Tampilkan postingan dengan label KARYA TULIS ILMIAH (KTI). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KARYA TULIS ILMIAH (KTI). Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Februari 2013

Makalah Karya Tulis Ilmiah



METODOLOGI PENELITIAN
Oleh : Susanto, S.Pd
(Guru Kimia MAN Pesanggaran)

A.   PENGERTIAN DAN JENIS PENELITIAN
Penelitian adalah usaha untuk memperoleh fakta dan atau prinsip (menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran) dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi yang dilaksanakan dengan teliti, jelas, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan (metoda ilmiah). (Musa Hubeis 2004: 2). Penelitian adalah suatu kegiatan pengkajian terhadap suatu permasalahan yang dilakukan berdasarkan metode ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dari hal yang dipermasalahkan (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001:2).
 Penelitian juga dapat diartikan suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah dan atau teknologi yang baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori dan atau proses gejala sosial. Mencari kebenaran perolehan makna tentang sesuatu yang dikaji, memahami makna/hakekat suatu keberadaan, fakta, dan kejadian-kejaidian sebagi suatu kausalitas (hukum sebab-akibat). Pencarian kebenaran yang mendasarkan pada dua faham:
Rasionalisme
Rasio merupakan sumber pengetahuan, sumber daya nalar dalam memahami segala sesuatu yg ada dipermukaan bumi termasuk kehidupannya. Rasional = berfikir jernih, logis, dan dapat dipertanggujawabkan. Penalaran yang digunakan dalam penarikan kesimpulan adalah ”deduksi” atau silogisme. Rasionalisme ini masuk dalam Bab II (Kajian Teori) suatu penelitian. Silogisme adalah penalaran deduksi yang dimulai dari pangkal   pendapat (premis mayor), dalil, atau pernyataan yang sudah diakui kebenarannya, diturunkan menjadi pernyataan kedua (premis minor) yang lebih khusus dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan.
Contoh:       
         Premis Mayor          : Semua makluk hidup akan mati
          Premis Minor         : Hasan adalah makhuk hidup
          Kesimpulan            : Hasan akan mati

          Premis Mayor         : Semua ayam jantan berkokok
          Premis Minor         : Ayam saya jantan
          Kesimpulan            : Ayam saya akan berkokok.

Empirisme.
Kebenaran berasal dari pengalaman nyata (empiris). Dasar paham empirisme adalah”induktif”, yaitu berpangkal dari fakta yg dikaji secara khusus selanjutnya disusun penjelasan umum.  Contoh: kebalikan dari deduktif dimuka.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematik untuk mengumpulkan, mengolah dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode dan teknik tertentu dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi.

B.   JENIS-JENIS PENELITIAN
Penelitian dapat dikelompokkan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi dan jenis data serta analisisnya.
  1. Penelitian menurut Bidang dibagi menjadi penelitian akademik, profesional, dan institusional. Penelitian akademik merupakan penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis dan disertasi. Penelitian profesional merupakan penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai peneliti, misalnya para dosen dan peneliti LIPI. Penelitian institusional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan kelembagaan.
  2. Penelitian menurut Tujuan dapat dikelompokkan menjadi penelitian murni dan terapan. Penelitian murni adalah penelitian yang diarahkan sekedar untuk memahami masalah organisasi secara mendalam tanpa ingin menerapkan hasilnya. Sedangkan penelitian terapan adalah penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang bersifat praktis/aplikatif.
  3. Penelitian menurut Metode dapat dibedakan menjadi penelitian survey, ex post facto, eksperimen, naturalistik, penelitian kebijakan, penelitian tindakan, evaluasi dan sejarah.
  4. Penelitian menurut Tingkat Eksplanasinya (Penjelasannya) artinya penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Berdasrkan hal ini penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian deskriptif, komparatif dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antar variabel satu dengan variabel yang lain. Contoh penelitian yang berusaha menjawab: bagaimanakah profil presiden di Indonesia, seberapa besar produktivitas kerja PNS, bagaimana kualitas SDM Indonesia adalah suatu bentuk penelitian deskriptif. Yang dicetak miring adalah variabel yang diteliti, yang bersifat mandiri. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Di sini variabelnya masih sama dengan penelitian variaabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda. Contoh: adakah perbedaan profil Presiden Indonesia dari waktu ke waktu, adakah perbedaan keuntungan antara BUMN dengan perusahan Swasta, adakah perbedaan kemampuan kerja antara lulusan SMK dengan SMA, adakah perbedaan efektivitas antara UUD yang lama dengan yang baru.  Penelitian asosiatif/hubungan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Pada penelitian asosiatif minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan. Bentuk hubungan antara variabel ada tiga yaitu: simetris, kausal dan interaktif/resiprocal. Hubungan simetris adalah suatu bentuk hubungan karena munculnya bersama-sama, misalnya ada hubungan antara datangnya kupu-kupu dengan tamu. Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, bila X maka Y. Contoh: bila pelayanan kepada masyarakat baik, maka tidak akan terjadi demonstrasi. Hubungan interaktif (timbal balik) adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Bila pengeluaran untuk iklan naik, maka nilai penjualan juga akan naik dan bila nilai penjualan naik, maka biaya untuk iklan akan naik juga. Jenis penelitian menurut tingkat eksplanasi digunakan sebagai dasar untuk merumuskan judul penelitian. Jadi akan ada judul penelitian deskriptif, komparatif dan asosiatif. Contoh: judul penelitian deskriptif: Disiplin kerja PNS setelah otda, Profil Guru yang Profesional, Kesiapan sekolah melaksanakan MBS. Judul penelitian komparatif: Perbandingan disiplin kerja PNS dan Swasta, Perbandingan profil guru yang profesional dan tidak profesional, perbandingan tingkat kesiapan sekolah negeri dan swasta dalam melaksanakan MBS. Judul asosiatif: pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai, hubungan antara tingkat pendidikan dan kerukunan masyarakat di daerah tertentu, pengaruh insentif terhadap prestasim kerja pegawai, faktor-faktor yang mempengaruhi merebaknya KKn di instansi pemerintah.
  5. Penelitian menurut analisis datanya dibedakan menjadi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dimana analisis datanya menggunakan uji statistik. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang analisis datanya tidak menggunakan analisis statistik.

KARAKTERISTIK METODE KUANTITATIF DAN KUALITATIF
NO.
METODE KUANTITATIF
METODE  KUALITATIF
1.
A. Desain
a. Spesifik, jelas dan rinci
b. Ditentukan secara mantap sejak awal
c. Menjadi pegangan langkah demi langkah
A. Desain
a. Umum
b. Fleksibel

c. Berkembang, dan muncul dalam proses penelitian
2.
B. Tujuan
a. Menunjukan hubungan antar variabel
b. Menguji teori
c. Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif 
B. Tujuan
a. Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif
b. Menemukan teori
c. Menggambarkan realitas yang kompleks dan mempeoleh pemahaman makna 
3.
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuesioner
b. Observasi dan wawancara terstruktur
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Participant observation
b. In depth interview
c. Dokumentasi
d. Tringulasi
4.
D. Instrumen penelitian
a. Tes, angket, wawancara terstruktur
b. Instrumen yang telah terstandar
D. Instrumen penelitian
a. Peneliti sebagai instrumen
b. Buku catatan, tape recorder, camera, handycam, dll.

5.
E. Data
a. Kuantitatif
b. Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen
E. Data
a. Deskriptif kualitatif
b. Dokumentasi pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dokumen, dll.
6.
F. Sampel
a. Besar
b. Representatif
c. Sedapat mungkin random
d. Ditentukan sejak awal
F. Sampel
a. Kecil
b. Tidak representatif
c. Purposive, snowball
d. Berkembang selama proses penelitian
7.
G. Analisis
a. Setelah selesai pengumpulan data
b. Deduktif
c. Menggunakan statistik untuk menguji hipotesis
G. Analisis
a. Terus mmenerus sejak awal samapai akhir penelitian
b. Induktif
c. Mencari pola. Model, tema, teori
8.
H. Hubungan dengan Responden
a. Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif
b. Kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden
c. Jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan
H. Hubungan dengan Responden
a. Empati, akrab supaya memperoleh pemahaman yang mendalam
b. Kedudukan sama bahkan sebagai guru, konsultan
c. Jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan hipotesis atau teori

9.
I. usulan Desain
a. Luas dan rinci
b. Literatur yang behubungan dengan masalah, dan variabel yang diteliti
c. Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya
d. Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas
e. Hipotesisdirumuskan dengan jelas
f. Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan
I. usulan Desain
a. Singkat, umum bersifat sementara
b. Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan utama
c. Prosedur bersifat umum, seperti akan merencanakan tour/piknik
d. Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi pendahuluan
e. Tidak dirumuskan hipotesis, karena justru akan menemukan hipotesis
f. Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data awal dari lapangan
10.
J. Kapan Penelitian Dianggap Selesai?
Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselsaikan
J. Kapan Penelitian Dianggap Selesai?
Setelah tidak ada data yang dianggap baru/jenuh
11.
K. Kepercayaan terhadap Hasil Penelitian
Penguijian validitas dan realibilitas instrumen
K. Kepercayaan terhadap Hasil Penelitian
Pengujian kredibilitas, depenabilitas, proses dan hasil penelitian
            
C. Menentukan Masalah Penelitian
Setiap penelitian selalu berangkat dari suatu masalah. Tanpa masalah yang jelas dan tegas suatu penelitian sulit dilaksanakan. Hakekat masalah adalah kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein).
Kriteria masalah penelitian yang baik:
  1. Memiliki nilai penelitian: masalah harus mempunyai keaslian, menyatakan suatu hubungan, merupakan hal yang penting, dan harus dapat diuji serta harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
  2. Masalah harus mempunyai fisibilitas: masalah tersebut harus dapat dicari pemecahannya. Artinya: data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia, biaya untuk memecahkan masalah dalam batas-batas kemampuan, waktu untuk memecahkan masalah wajar, biaya dengan hasil seimbang, administrasi dan sponsor harus kuat, dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada.
Sumber masalah dapat diperoleh dari:
  1. Pengamatan terhadap suatu kegiatan manusia
  2. Bacaan
  3. Cabang studi yang sedang di tekuni
  4. Pengalaman dan catatan pribadi
  5. Bidang spesialisasi
  6. Pengamatan terhadap alam sekeliling
  7. Diskusi-diskusi ilmiah.
D.   Merancang Judul Penelitian
Meskipun judul penelitian itu selalu tercantum di bagian paling depan dalam suatu penelitian, tetapi tidak berarti penelitian berangkat dari judul. Dalam memberikan judul penelitian bisa dilakukan di awal penelitian, bisa juga di akhir penelitian. Judul penelitian yang baik dan lengkap harus mencakup:
  1. Sifat dan jenis penelitian
  2. Objek yang diteliti
  3. Subyek penelitian
  4. Lokasi/daerah penelitian
  5. Tahun/waktu terjadinya peristiwa
Contoh:
Hubungan Pemahaman Masyarakat Tentang Pendidikan dengan Motivasi untuk Melanjutkan Pendidikan Anak Ke Jenjang Yang Lebih Tinggi                          (Suatu Studi di Kelurahan Pulau Untung Jawa Kab. Adm. Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta tahun 2006)
Keterangan:
  1. Studi korelasi = sifat dan jenis penelitian
  2. Pemahaman Masyarakat Tentang Pendidikan dengan Motivasi untuk Melanjutkan Pendidikan Anak Ke Jenjang Yang Lebih Tinggi = objek penelitian
  3. Masyarakat = subyek penelitian
  4. Kelurahan Pulau Untung Jawa Kab. Adm. Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta = lokasi penelitian
  5. Tahun 2006 = tahun terjadinya peristiwa     
    1. Menentukan Variabel Penelitian
Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap penelitian. Variabel (peubah) merupakan konsep atau konstruk yang mempunyai variasi nilai, keadaan, kondisi atau kategori. Nilai dari variabel inilah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian untuk diukur, diuji dan dijelaskan perbedaannya. Atau variabel adalah simbol/lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai. Variabel dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari dan sebagainya. Contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran, kepandaian dan sebagainya.
Jenis-jenis variabel menurut bentuknya ada dua:
  1. Variabel bersambungan/kontinu: variabel yang mempunyai sehimpunan harga yang teratur dalam suatu cakupan atau jarak jangkau (range) tertentu.  Contoh: nilai skala sikap.
  2. Variabel kategori: variabel yang berkaitan dengan jenis pengukuran nominal. Dalam pengukuran nominal terdapat dua himpunan bagian atau lebih yang merupakan bagian dari himpunan obyek yang diukur. Individu-individu sebagai obyek yang diukur, dikategorikan atau ditempatkan berdasarkan pemilikan ciri-ciri tertentu yang merupakan penentu himpunan bagian dari suatu himpunan. Variabel kategori yang mempunyai dua himpunan/golongan (dikotomi), seperti laki-laki-perempuan (jenis kelamin). Variabel kategori yang mempunyai lebih dari dua himpunan (politomi): tingkat pendidikan (TK,SD,SMP,SMA,PT).
Dilihat dari ciri-cirinya, maka jenis variabel penelitian dibedakan:
  1. Variabel diskrit: variabel yang mempunyai variasi nilai sebagai hasil perhitungan, hasil membilang atau variasi nilai utuh, seperti jumlah anggota DPR/MPR.
  2. Variabel bersambungan: variabel yang variasi nilainya sebagai hasil pengukuran, sehingga nilainya dapat dinyatakan dengan angka pecahan, seperti berat badan seorang anak 40,25 kg dan tingginxa 137 cm.
Dilihat dari skala pengukuran yang digunakan, maka jenis variabel penelitian dapat dibedakan:
  1. Nominal: variabel dimana angkanya bukan nilai, melainkan hanya simbol dari kelompok-kelompok yang terpisah sebagai taraf, sehingga tidak dapat dioperasikan dengan operasi hitung. Misal: jenis kelamin yang tarafnya dua, yaitu laki-laki dengan nagka 1 dan perempuan dengan angka 2.
  2. Ordinal: variabel dimana angka yang diberikan merupakan simbol dari kelompok-kelompok yang terpisah dan berurutan. Misal: kendaraan, angka yang diberikan 1 untuk sepeda, 2 untuk motor dan 3 untuk mobil. Hubungan di sini dinyatakan 1<2<3.
  3. Interval: variabel yang mempunyai nilai identik dengan bilangan riil, sehingga dapat dioperasikan dengan operasi hitung, tetapi tidak mempunyai nilai nol mutlak. Misal: anak yang dapat 0 dalam tes Pendidikan Agama bukan berarti ia tidak tahu sama sekali.
  4. Rasio: variabel yang mempunyai nilai sebagai bilangan riil, yang mempunyai nol mutlak. Misal: ukuran berat kg, anak yang beratnya 10 kg digabung dengan anak yang beratnya 15 kg akan sama dengan anak ketiga yang beratnya 25 kg.
Di lihat dari segi desain penelitian(eskperimen), variabel dibedakan:
  1. Variabel aktif/eksperimental: variabel yang dapat dimanipulasi (perlakuan yang berlainan antar kelompok subyek). Misal: Peneliti menggunakan metode pembelajaran yang berbeda.
  2. Variabel atribut: variabel yang diukur atau sulit untuk dimanipulasi. Misal: ciri-ciri manusia, seperti: intelegensia, bakat, sikap dan sebagainya.
Di lihat dari segi hubungan antar variabel, maka jenis variabel dalam penelitian, meliputi:
  1. Variabel bebas (X): suatu variabel penyebab yang diduga atau terjadi lebih dahulu. Contoh: Pemahaman tentang pendidikan
  2. Variabel terikat (Y): suatu variabel yang diperkirakan atau diduga terjadi kemudian. Contoh: Sikap untuk melanjutkan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi.                  
F. Rancangan Penelitian
Rancangan pada dasarnya merencanakan suatu kegiatan sebelum dilaksanakan. Kegiatan merencanakan itu mencakup komponen-komponen penelitian yang diperlukan. Rancangan penelitian adalah sebagai usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Rancangan penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Memilih masalah: memilih masalah bukanlah pekerjaan yang terlalu mudah terutama bagi orang-orang yang belum banyak berpengalaman meneliti. Untuk itu diperlukan kepekaan dari calon peneliti.
  2. Studi Pendahuluan: Walaupun sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu studi pendahuluan, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti. Studi pendahuluan juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya.
  3. Merumuskan masalah: apabila telah diperoleh informasi yang cukup dari studi pendahuluan, maka masalah yang akan diteliti menjadi jelas. Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus dimulai, ke mana harus pergi dan dengan apa.
  4. Merumuskan anggapan dasar: anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya. Misalnya kita akan mengadakan penelitian tentang prestasi belajar siswa, kita mempunya anggapan dasar bahwa prestasi belajar siswa adalah berbeda-beda, tidak seragam. Jika prestasi belajar siswa ini seragam, maka bukanlah merupakan variabel yang perlu diteliti.
  5. Hipotesis: jika anggapan dasar merupakan dasar pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau dites atau diujim kebenarannya.
  6. Memilih pendekatan: metode atau cara mengadakan penelitian, seperti eksperimen atau non eksperimen.
  7. Menentukan variabel dan sumber data: apa yang akan diteliti dan dari mana data diperoleh
  8. Menentukan dan menyusun instrumen: menentukan dengan apa data akan dikumpulkan.
  9. Mengumpulkan data: kegiatan mengumpulkan data penelitian sesuai dengan instrumen yang telah ditentukan
  10. Analisis data: kegiatan menganalisis data sesuai dengan jenis datanya.
  11. Menarik kesimpulan: kegiatan menarik kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian
  12. Menyusun laporan: kegiatan penelitian menuntut agar hasilnya disusun, ditulis dalam bentuk laporan penelitian agar hasilnya diketahui orang lain, serta prosedurnya pun diketahui orang lain pula sehingga dapat mengecek kebenaran pekerjaan penelitian tersebut.        




G. BAB I PENDAHULUAN
1.   Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa masalah yang diteliti itu penting dilihat dari segi profesi peneliti, pengembangan ilmu dan kepentingan pembangunan. Dalam latar belakang masalah yang perlu dipaparkan adalah:
  1. Apa yang membuat peneliti merasa gelisah dan resah sekiranya masalah tersebut tidak diteliti.
  2. Gejala-gejala kesenjangan yang terdapat di lapangan sebagai dasar pemikiran untuk untuk memunculkan permasalahan
  3. Kerugian-kerugian dan keuntungan-keuntungan apa yang akan terjadi kalau masalah tersebut tidak diteliti  
Dalam pemaparan latar belakang masalah pada umumnya memakai pendekatan deduksi, yakni dari hal-hal yang sifatnya umum ke hal-hal yang sifatnya khusus (kerucut terbalik).

2.   Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah kegiatan mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengaan masalah atau variabel yang akan diteliti. Hasil identifikasi dapat diangkat beberapa permasalahan yang saling keterkaitan satu dengan lainnya. Contoh identifikasi masalah:
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
a.    Adakah partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan?
b.    Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan partisipasi dalam pelaksanaan pendidikan?
c.    Upaya apa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan?
d.    Faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan?
e.    Apakah terdapat hubungan antara pemahaman masyarakat tentang pendidikan dengan sikap untuk melanjutkan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi? 
3.   Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah kegiatan membatasi masalah sesuai dengan fokus penelitian dengan mengacu para latar belakang masalah dan identifikasi masalah. Dari beberapa identifikasi masalah dipilih dua atau tiga permasalahan xang akan dijadikan fokus penelitian disertai dengan penjelasan ruang lingkup masalah, baik keluasan maupun kedalamannya . Contoh pembatasan masalah:
          Tidak semua masalah yang ada berdasarkan kepada identifikasi masalah di atas akan diteliti.  Melainkan dibatasi pada ruang lingkup permasalahan hubungan antara pemahaman tentang pendidikan dengan sikap untuk melenjutkan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi.
          Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menghubungkan antara fakta-fakta atau konsep-konsep yang telah diketahui dengan segala sesuatu, yakni diantaranya sanggup untuk menjelaskan, membedakan, memberi contoh dan menyimpulkan.
          Pendidikan yang dinaksud meliputi ruang lingkup bahasan mengenai pengertian pendidikan, pentingnya arti pendidikan, tanggung jawab pendidikan, partisipasi pendidikan, tujuan pendidikan, jalur pendidikan dan jenjang pendidikan.
          Yang dimaksud dengan pemahaman tentang pendidikan adalah kemampuan seseorang menghubungkan konsep-konsep (menjelaskan, membedakan, memberi contoh dan menyimpulkan) tentang pengertian pendidikan, pentingnya arti pendidikan, tanggung jawab pendidikan, partisipasi dalam pendidikan, tujuan pendidikan, jalur pendidikan dan jenjang pendidikan dengan segala sesuatu dan situasi yang terjadi dalam menangani pendidikan anak.
          Sedangkan yang dimaksud dengan sikap untuk melanjutkan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi, adalah kecenderungan dari orang tua untuk mendukung atau tidak mendukung, berbuat atau tidak berbuat dalam melanjutkan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi, yang diketegorikan dalam tiga indikator, yaitu kognisi, afeksi, dan konasi.
4.   Perumusan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi dan dipilih, maka masalah tersebut harus dirumuskan. Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesa nantinya, dan dari perumusan masalah dapat menghasilkan topik penelitian atau judul dari penelitian. Umumnya rumusan masalah harus dilakukan dengan kondisi sebagai berikut:
  1. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
  2. Rumusan hendaknya jelas dan padat
  3. Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
  4. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesa
  5. Hindari rumusan masalah yang terlalu umum atau terlalu sempit, terlalu bersifat lokal atau terlalu argumentatif.
  6. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian  
Membuat masalah dalam penelitian merupakan hal yang tidak mudah, dikarenakan:
  1. Tidak semua masalah di lapangan dapat diuji secara empiris
  2. Tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat mencari masalah
  3. Terkadang sipeneliti dihadapkan kepada banyak sekali masalah penelitian. Dan peneliti tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan.
  4. Adakalanya masalah cukup menarik, tetapi data yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut sulit diperoleh.
  5. Peneliti tidak tahu kegunaan spesifik yang ada dipikirannya dalam memilih masalah.
Contoh Perumusan Masalah:
          Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
“Apakah terdapat hubungan antara pemahaman masyarakat tentang pendidikan dengan sikap untuk melanjutkan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi?”.

5.   Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian dengan mengetengahkan indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.
Contoh Tujuan Penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris mengenai ada atau tidaknya hubungan antara pemahaman tentang pendidikan dengan sikap untuk melanjutkan pendidikan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Kelurahan Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta
6.   Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kalau tujuan penelitian dapat tercapai dan rumusan masalah dapat terjawab secara akurat, maka sekarang manfaatnya apa dari penelitian tersebut.
Contoh manfaat penelitian:
          Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.    Masyarakat, agar lebih mengerti dan memahami betapa penting dan bermanfaatnya pendidikan anak.  Sebab hanya dengan semakin tinggi pendidikan, maka derajat kehidupan dapat semakin ditingkatkan.
2.    Pemerintah, agar lebih giat mengadakan pengarahan dan bimbingan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan
3.    Bidang penelitian, agar dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran dan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya dalam rangka penelitian pendidikan.
                   
H. BAB II KAJIAN ATAU LANDASAN TEORI
1.   Landasan Teori
Landasan teori adalah teori-teori relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis) serta penyusunan instrumen penelitian.
Teori-teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat pakar atau ahli, tetapi teori yang benar-benar telah teruji kebenarannya. Dalam kajian teori juga perlu didukung hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya dan ada kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Jumlah teori yang dikemukakan tergantung pada variabel yang akan diteliti. Setelah diuraikan dan dikemukakan kajian teori atau landasan teori yang mendukung kemudian variabel tersebut dijabarkan menjadi dimensi-dimensi (sub variabel), kemudian menjadi indikator-indikator dan diteruskan menjadi item-item pernyataan atau pertanyaan penelitian (instrumen penelitian), yang merupakan bagian bab III metodologi penelitian. Jadi kajian atau landasan teori menjadi landasan bagi si peneliti dalam menyusun instrumen penelitian.  
Contoh-contoh landasan teori yang diuraikan menurut variabel dan dimensi (sub variabel) dan indikator-indikatornya sebagai berikut.
Judul penelitiannya: ”Hubungan antara Karakteristik Kepribadian Guru dalam Proses Belajar Mengajar dengan Motivasi Belajar siswa di SMAN 1 Jakarta tahun 2006”.
Kerangka atau Landasan Teorinya:
a. Hakekat Karakteristik Kepribadian Guru (Variabel Bebas Penelitian)
Sub variabel karakteristik kepribadian guru menurut Reber (Syah, 1995:226-227) kepribadian sebagai susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan dan sebagainya) dengan aspek perilaku (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap. Kepribadian guru dalam PBM meliputi dimensi:
1. Fleksibilitas Kognitif guru (sub variabel/dimensi
 1.1 Sikap kognitif guru terhadap siswa:
 1.1.1 Menunjukan sikap demokratis (indikator)
 1.1.2 Responsif terhadap kelas (indikator)
 1.1.3 Memandang siswa sebagai fartner dalam PBM (indikator)
 1.2 Sikap kognitif guru terhadap materi dan metode mengajar:
 1.2.1 Menguasai materi pelajaran (indikator)
 1.2.2 Menyusun dan menyajikan materi secara sistematis (indikator)
 1.2.3 Menggunakan metode mengajar yang bervariasi (indikator)
 1.2.4 Ketepatan dalam memilih metode mengajar (indikator)      
 2. Keterbukaan psikologis guru  (sub variabel/dimensi
 2.1 Kemampuan berkomunikasi: mampu berkomunikasi dengan orang lain  (indikator)
2.2 Berempati: peduli akan masalah siswa dan terbuka dalam memberikan bantuan (indikator)
3. Sifat-sifat Pribadi (sub variabel/dimensi
3.1 Sabar (tidak cepat marah) (indikator)
3.2 Jujur (menggunakan kata-kata yang dapat dipercaya untuk
      mengungkapkan hal yang sebenarnya (indikator)
3.3 Memiliki rasa humor (dapat menggunakan humor dalam menciptakan situasi PBM yang menarik (indikator)
3.4 Ramah (menunjukkan perilaku simpatik) (indikator)
  
b. Hakekat Motivasi Belajar Siswa (Variabel Terikat Penelitian)
Prayitno (1989:8) menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakan siswa untuk belajar, tetapijuga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Motivasi belajar adalah dorongan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa. Mark dan Tombuch (Prayitno, 1989:8) mengumpamakan, motivasi sebagai bahan bakar dalam berioperasinya mesin. Tidaklah menjadi berarti betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau bakat siswa dan materi yang diajarkan serta lengkapnya sarana belajar, namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajarnya, maka PBM tidak akan berlangsung optimal. Motivasi belajar siswa meliputi dimensi:
1. Ketekunan dalam Belajar (sub variabel/dimensi   
1.1 Kehadiran di sekolah (indikator)
1.2 Mengikuti PBM di kelas (indikator)
1.3 Belajar di rumah (indikator)
2. Ulet dalam menghadapi kesulitan (sub variabel/dimensi
2.1 Sikap terhadap kesulitan (indikator)
2.2 Usaha mengatasi kesulitan (indikator)
3. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar (sub variabel/dimensi
3.1 Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran (indikator)
3.2 Semangat dalam mengikuti PBM (indikator)
4. Berprestasi dalam belajar (sub variabel/dimensi
4.1 Keinginan untuk berprestasi (indikator)
4.2 Kualifikasi hasil (indikator)
5. Mandiri dalam belajar (sub variabel/dimensi
5.1 Penyelesaian tugas/PR (indikator)
5.2 Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran (indikator)

2.   Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah penjelasan rasional dan logis tentang variabel-variabel penelitian serta pola keterkaitan variaabel-variabel tersebut. Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran juga dapat diartikan dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan. Oleh karena itu, kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian dijelaskan secara mendalam dan relevan dengan permasalahan yang diteliti, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan penelitian.
Kerangka berpikir juga menggambarkan alur pemikiran penelitian dan memberikan penjelasan kepada pembaca mengapa ia mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam hipotesis. Kerangka pemikiran yang baik yaitu apabila mengidentifikasikan veriabel-variebel penting yang sesuai dengan permasalahan penelitian dan secara logis mampu menjelaskan keterkaitan antar variabel. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dijelaskan secara rinci dan masuk akal.
Kerangka berpikir yang baik disusun berdasarkan lima elemen di bawah ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Umu Sekaran (1992:72):
a.      Variabel-variabel penelitian seharusnya diidentifikasi secara jelas dan diberi nama
b. Uraian kerangka berpikir seharusnya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu dengan yang lainnya.
 c. Jika karakteristik atau sifat-sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari penelitian sebelumnya, hal itu seharusnya menjadi dasar dalam uraian kerangka berpikir apakah hubungan itu positif  atau negatif.
d. Seharusnya dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan antara variabel itu ada. Argumentasi atas hal itu dapat digambarkan melalui hasil-hasil penelitian sebelumnya.
 e. Kerangka pemikiran seharusnya digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat secara jelas melihat hubungan antar variabel.     
3.   Perumusan Hipotesis
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, maka selanjutnya dapat digunakan untuk menysun kerangka berpikir. Dengan kerangka berpikir ini selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusam masalah yang diajukan peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya.
Hipotesis penelitian harus dirumuskan dalam kalimat positif. Hipotesis tidak boleh dirumuskan dalam kalimat bertanya, kalimat menyarankan atau kalimat mengharapkan.
3.1 Konsep Hipotesis
          Hipotesis secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “hupo” artinya sementara dan “thesis” artinya pernyataan atau teori. Jadi hipotesis adalah jawaban atau pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, yang masih membutuhkan uji pembuktian. Menurut Kerlinger (1996:18) hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah.    
          Hipotesis penelitian adalah hipotesis kerja (hipotesisi alternatif Ha atau H1), yaitu hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang ada hubungannya (relevan) dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan data yang nyata di lapangan. Hipotesis alternatif (Ha) dirumuskan dengan kalimat positif.
3.2 Macam-Macam Hipotesis Penelitian
          Ada tiga macam hipotesis penelitian, yaitu:
a. Hipotesis Deskriptif, yaitu hipotesis yang tidak membandingkan dan
   menghubungkan dengan variabel lain atau hipotesis yang dirumuskan untuk menentukan titik peluang, hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan taksiran. Contoh:
Ø  Kontribusi layanan bimbingan dalam PBM (Proses belajar mengajar di SMA negeri 1 Jakarta paling rendah 60% dari nilai ideal
Ø  Tindakan kepala sekolah dalam penegakkan disiplin di SMPN 1 Tegal paling tinggi 40% dari nilai ideal.
b. Hipotesis Asosiatif adalah hipotesis penelitian yang dirumuskan untuk memberikan jawabaan pada permasalahan yang bersifat hubungan atau mempengaruhi. 
Contoh hipotesis bentuk hubungan:
Ø  Ada hubungan yang signifikan antara disiplin kerja guru  dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan prestasi belajar siswa kelas V bidang studi IPS Kabupaten Sumbawa Besar.
Ø  Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan berpikir logis dengan kemampuan menulis eksposisi di SMA 5 Tegal
Contoh hipotesis bentuk pengaruh:
Ø  Ada pengaruh yang signifikan antara penempatan dan kepuasan terhadap produktivitas kerja guru PNS SMP di Kabupaten Tegal.
Ø  Ada pengaruh yang signifikan antara pembelajaran IPA dengan pendkatan topik dan tematik terhadap peningkatan keterampilan berpikir rasional siswa SD kelas V di Jakarta Selatan  
c. Hipotesis Komparatif adalah hipotesis yang dirumuskan untuk memberikan jaw`ban pada permasalahan yang bersifat membedakan.
Contoh:
Ø  Terdapat perbedaan etos kerja guru SMPN dengan SMP swasta di kota Tegal, bahwa etos kerja guru SMPN lebih baik dari pada etos kerja guru SMP swasta
Ø  Terdapat komparasi siswa yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler dengan siswa biasa dalam peningkatan hasil belajar di SMPN Semarang, bahwa siswa yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler lebih baik dari pada siswa biasa
Berdasarkan contoh hipotesis di atas, maka tampak jelas bahwa rumusan hipotesis penelitian yang berupa hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha) merujuk pada tiga tingkatan, yakni tingkat gambaran atau peluang terhadap keadaan satu variabel; hubungan dan pengaruh antar dua variabel atau lebih; dan perbedaan antara dua variabel atau lebih.

I. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1.   Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan tentang metode apa yang digunakan dalam penelitian. Metode penelitian dapat berbentuk: metode penelitian survei, ex post facto, eksperimen, naturalistik, policy research (penelitian kebijakan), action research (penelitian tindakan), evaluasi dan sejarah.
a. Penelitian Survei
          Kerlinger (1996) berpendapat bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian survei biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif. Contoh penelitian survei:
Ø  Pengaruh kemampuan dan motivasi kerja pegawai terhadap kualitas pelayanan masyarakat di Dinas Pendikan Kota Tegal
Ø  Hubungan keterampilan dan pengetahuan siswa terhadap hasil belajar siswa di SD Jakarta Selatan.
b. Penelitian Ex Post Facto
          Sugiyono (1999) mengemukakan bahwa penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan logika dasar yang sama dengan penelitian eksperimen, yaitu jika X, maka Y, hanya saja dalam penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap variabel bebas. Misalnya: ada penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan sebab-sebab terjadinya keracunan makanan siswa SD di Bandung; Pemeriksaan bebas narkoba di SMP sekabupaten Tasik Malaya; Terjadinya kesurupan siswa SMA gara-gara main Jalangkung di Bali.
c. Penelitian Eksperimen
          adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Dengan kata lain, eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Contoh penelitian eksperimen:
Ø  Pengaruh susu bubuk terhadap perkembangan bayi di Kota Malang
Ø  Pengaruh penggunaan metode pemberian tugas untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII MTs 3 Jakarta.
d. Penelitian Naturalistik
          Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara induktif (penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan-keadaan yang khusus untuk diperlakukan secara umum). Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari daripada generalisasi. Misalnya penelitian tentang:
Ø  Model pelatihan PNS jarak jauh
Ø  Model manajemen pendidikan di Indonesia
Ø  Model kepemimpinan kepala sekolah di Indonesia
Ø  Pengembangan model sistem kualitas MI di Jawa Barat
e. Penelitian Kebijakan (Policy Research)
          adalah suatu proses penelitian yang dilakukan pada masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga hasil temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan kasus-kasus di tempat kerjanya. Contoh penelitian kebijakan:
Ø  Implementasi kebijakan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas terhadap pelaksanaan MTs di Indonesia
Ø  Implementasi kebijakan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas siswa MTs N se-Kabupaten Tegal
f. Penelitian Tindakan (action Research)
          Penelitian tindakan adalah suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut dan kemudian, setelah sampai pada tahap kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur tersebut.
          Tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk mengubah situasi, perilaku, organisasi dan termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja, sarana dan prasarana dan lingkungan sekitarnya. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Penelitian melibatkan peneliti dan pegawai untuk mengkaji bersama-sama tentang kelemahan dan dukungan prosedur kerja, metode kerja, dan alat-alat kerja yang digunakan selama ini dan selanjutnya mendapatkan metode kerja baru yang dipandang paling efisien lalu diujicobakan, dievaluasi secara terus menerus dalam pelaksanaannya sehingga sampai ditemukan metode yang paling efisien untuk dilaksanakan. Contoh penelitian tindakan:
Ø  Perencanaan prosedur kerja dalam rangka perbaikan mutu layanan pendidikan di SMK kota Tegal
Ø  Implementasi kebijakan MBS untuk meningkatkan pelayanan siswa di MI kota Bandung
g. Penelitian Evaluasi
          adalah suatu penelitian yang merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan, produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi untuk menjelaskan fenomena. Ada dua jenis dalam penelitian evaluasi, yaitu penelitian evaluasi formatif yang menekankan pada proses dan penelitian evaluasi sumatif yang menekankan pada produk.
          Hasil dari penelitian evaluasi formatif adalah ingin mendapatkan umpan balik dari suatu aktivitas dalam proses tersebut, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan program atau produk tertentu. Sedangkan penelitian evaluasi sumatif hasilnya menekankan pada efektivitas pencapaian program yang berupa produk tertentu. Contoh penelitian evaluasi:
Ø  Analisis peningkatan prestasi belajar siswa MA se-Kabupaten Brebes
Ø  Evaluasi implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan di MI se-Jakarta Pusat.
h. Penelitian Sejarah
          Penelitian sejarah berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Penelitian tidak mungkin lagi mengamati kejadian yang akan diteliti. Walaupun demikian sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlibat langsung dalam kejadian tersebut atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu.
          Tujuan penelitian sejarah adalah untuk merekonstruksi berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu secara sitematis dan objektif melalui pengumpulan data, evaluasi, verifikasi dan sintesa data yang diperoleh, sehingga dapat ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan. Penelitian sejarah terutama dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang: mengapa hal itu terjadi, kapan kejadian itu berlangsung, siapa pelaku-pelakunya, dan bagaimana prosesnya. Contoh penelitian sejarah:
Ø  Perkembangan politik di Indonesia tahun 1998-2004
Ø  Menyusuri patung Ken Dedes di Candi Singosari malang.
2.   Populasi dan Sampel
2.1. Populasi
Populasi adalah objek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Berdasarkan jenisnya populasi dapat dibedakan menjadi dua:
             f.      Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Contoh: Jumlah guru MI di kota Bandung 1.000 guru, jumlah 200 siswa yang mendapat bapak asuh di Bogor, dan lain sebagainya.
            g.      Populasi tak terbatas adalah sumber datanya tidak dapat ditentukan batasan-batasannya, sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Contoh: Penelitian berapa liter pasang surut air laut pada bulan purnama. 
Berdasarkan sifatnya, populasi dapat dibedakan menjadi dua:
  1. Populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif
  2. Populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. Dalam hal ini sampel harus representatif di samping itu peneliti harus mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling dan karakteristik populasi dalam sampel.
Teknik penarikan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus sedemikian rupa sehiggna diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Ada dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian:
a.   Probability Sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Yang termasuk probaility sampling yaitu:
a.1 Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis). Contoh:
Ø  Jumlah guru MA yang mengikuti penataran manajemen berbasis sekolah di kota Bandung
Ø  Jumlah siswa yang mendapatkan beasiswa di kota Tegal
          a.2 Proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). Contoh:
Ø  Jumlah guru MI se-DKI Jakarta yang mengikuti seminar pendidikan:
     a) Guru Bahasa Indonesia            = 20 orang
     b) Guru Bahasa Inggris                = 25 orang
     c) Guru PKn                               = 10 orang
     d) Guru Matematika                    = 50 orang
     e) Guru IPS                                = 30 orang
     f) Guru IPA                                = 40 orang
Jumlah sampel yang diambil harus sama porsinya dengan jumlah guru sesuai dengan bidang studi.
a.3 Dis Proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila anggota populasi heterogen (tidak sejenis). Contoh:
Ø  Jumlah pegawai pada Dinas Pendidikan Kota padang:
       a) Kepala Dinas Pendidikan          = 1 orang
        b) Kasubag Tata Usaha                = 1 orang
        c) Kepala seksi                           = 10 orang
        d) Kepala Sub Seksi                    = 20 orang
        e) Kepala Urusan                        = 15 orang
        f) Kepala Cabang Dinas               = 10 orang
Dari jumlah pegawai yang berasal dari Kepala Dinas Pendidikan = 1 orang dan Kasubag Tata Usaha         = 1 orang tersebut diambil dijadikan sampel karena terlalu kecil bila dibandingkan dengan staf lain.
a.4 Area Sampling (Kluster Sampling) ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada. Contoh: Peneliti akan melihat pelaksanaan MBS MI se-Indonesia. Karena wilayah cukup luas terdiri dari 33 provinsi dan masing-masing berbeda kondisinya, maka peneliti mengambil sampel dari MI tingkat provinsi, MI tingkat provinsi dari MI tingkat Kabupaten/Kota, MI tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari MI tingkat Kecamatan, MI tingkat Kecamatan terdiri dari MI tingkat kelurahan/Desa yang akan melaksanakan MBS.  Teknik untuk mendapatkan sampel kluster mula-mula secara acak diambil sampel yang terdiri dari MI tingkat provinsi, dari tiap MI tingkat provinsi dalam sampel disebut MI tingkat provinsi sampel. Dari tiap MI tingkat Kabupaten/Kota dalam sampel disebut MI tingkat Kabupaten/Kota sampel, secara acak diambil MI tingkat Kecamatan. Banyaknya Kecamatan yang diambil dari MI tiap Kabupaten/Kota sampel mungkin sama banyak mungkin pula berbeda. Setelah didapat MI tingkat Kecamatan sebagai sampel. Kemudian dari tiap MI tingkat Kecamatan sampel secara acak diambil MI tingkat Kelurahan/Desa, untuk mendapatkan MI tingkat Kelurahan/Desa sampel selanjutnya dari tiap Desa sampel diambil secara acak.            
b.   Non-Probability Sampling      
Adalah teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel. Teknik non-probability sampling antara lain:
b.1 Sampling Sistematis ialah pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang dengan urutan yang beragam.
Ø  Jumlah populasi 140 guru diberi nomor urut  no. 1 s.d no. 140. pengambilan sampel dilakukan berdasarkan nomor genap (2,4.6 sampai 140) atau nomor ganjil (1,3.5 sampai 139).
b.2 Sampling Kuota ialah teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Caranya menetapkan besar jumlah sampal yang diperlukan, kemudian menetapkan jumlah (jatah yang diinginkan), maka jatah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Contoh:    
Ø  Peneliti ingin mengetahui informasi tentang penempatan karyawan yang tinggal di perumahan Pondok Hijau, dalam kategori jabatan tertentu dan pendapatannya termasuk kelas tertentu pula. Dalam pemilihan orangnya (pengambilan sampel) akan ditentukan pertimbangan oleh peneliti sendiri atau petugas yang diserahi mandat.
b.3 Sampling Aksidental ialah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden). Contoh: 
Ø  Peneliti ingin mengetahui sejauh mana fluktuasi pemasaran buku Matematika yang dipakai oleh siswa MTs, peneliti mengambil stand di toko Gramedia Jakarta. Cara pengambilan sampe, yaitu membatasi jumlah sampel misalnya 100 orang, maka setiap orang yang mampir di toko tersebut dan sesuai dengan karakteristik penggunaan buku Matematika MTs itu dijadikan responden.
b.4 Purposive Sampling (sampling pertimbangan) ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Hanya mereka yang ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan. Contoh:
Ø   Peneliti ingin mengetahui model kurikulum MA (plus), maka sampel yang dipilih adalah para guru yang ahli dalam bidang kurikulum pendidikan dan manajemen pendidikan, masyarakat yang berpengalaman dan para ahli di bidang pendidikan.
b.5 Sampling Jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan ddikenal juga dengan istilah sensus. Sampling jenuh digunakan bila populasinya kurang dari 30 orang. Contoh:
Ø  Akan diadakan penelitian di laboratorium Bahasa Inggris SMA percobaan UPI Bandung mengenai tingkat keterampilan percakapan para siswa yang akan dikirim ke Amerika. Dalam hal ini populasi yang akan diteliti kurang dari 30 orang, maka seluruh populasi dapat dijadikan sampel.
b.6 Snowball Sampling yaitu teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel (responden) mengajak para temannya untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin membengkak jumlahnya seperti bola salju yang sedang mengelinding semakin jauh semakin besar. Contoh:   
Ø  Akan diteliti siapa yang membocorkan rahasia soal UN tahun 2005. penelitian yang cocok menggunakan samling ini biasanya metode penelitian kualitatif.     
3.   Menentukan Sumber Data
Sumber data dalam penlitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber datanya disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Peneliti yang mengamati tumbuhnya padi, sumber datanya adalah padi, sedangkan objek penelitiannya adalah pertumbuhan padi. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan merupakan subjek penelitian atau variabel penelitian.  Jenis sumber data ada dua, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang pengambilan datanya langsung oleh peneliti. Sedangan sumber data sekunder adalah sumber data yang pengambilan datanya melalui tangan kedua.  
4.   Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Instrumen Penelitian
4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh atau mendapatkan data penelitian, sehingga diperoleh data yang valid dan realibel yang mampu dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam penelitian jangan semua teknik pengumpulan data (angket, observasi, wawancara) dicantumkan kalau sekiranya tidak dapat dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dari mencantumkan ketiga teknik pengumpulan data itu adalah setiap teknik pengumpulan data yang dicantumkan harus ada datanya. Memang untuk mendapatkan data yang lengkap dan objektif penggunaan berbagai teknik sangat diperlukan, tetapi jika satu teknik dipandang mencukupi, maka teknik lain tidak perlu digunakan dan tidak efisien.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan.  
4.2 Jenis Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data.  Ada beberapa jenis instrumen penelitian:
a. Angket (Questionnaire) adalah pengumpulan data berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan maksud agar responden bersedia memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan atau sesuai dengan permintaan peneliti. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Angket dibedakan menjadi dua jenis:
a.1 Angket terbuka yaitu angket yang disajikan dalam bentuk pertanyaan/pernyataan di mana responden dapat memberi isian/jawaban sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka ini dipergunakan jika peneliti belum bisa menduga atau memperkirakan kemungkinan alternatif jawabaan dari responden.
Contoh:
Bagaimana pendapat saudara tentang lahirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
Latihan:
Buatlah angket terbuka sesuai dengan masalah penelitian anda!
Angket terbuka:
……………………………………………………………………………………………………………………..
a.2 Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk pertanyaan/pernyataan dimana responden tinggal mengisi/memilih jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang pada kolom yang sesuai.
Contoh:
Pernakah anda mengikuti penataran yang sesuai dengan mata pelajaran yang anda ajarkan?
a. pernah                                            b. tidak pernah 
a.3 Skala adalah instrumen pengumpul data yang bentuknya seperti daftar cocok, tetapi alternatif yang disediakan merupakan sesutu yang berjenjang.
Jenis skala ada empat:
1.    Nominal atau kategorik: skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan yang hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya. Ciri-ciri skala nominal: hasil penghitungan dan tidak dijumpai bilangan pecahan, angka yang tertera hany label saja, tidak mempunyai urutan (ranking), tidak mempunyai ukuran baru dan tidak mempunyai nol mutlak. Contoh: Agama yang dianut: Islam (1), Kristen (2), Hindu (3), Budha (4) dan lain-lain (5).  
2.    Ordinal: skala yang didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah, atau sebaliknya. Contoh: mengukur status sosial: kaya (1), sederhana (2) dan miskin (3)
3.    Interval: skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data  yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Contoh: mengukur kualitas pelayanan: sangat puas (5), puas (4), cukup puas (3), kurang puas (2), tidak puas (1)
4.    Rasio: skala pengukuran yang menunjukkan data perbandingan. Contoh: tinggi pak Badrun 170 cm, sedangkan tinggi si Amat 85 cm, maka tinggi pak Badrun dua kali tinggi si Amat.
Skala Sikap adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. Macam-macam skala sikap:
a. Skala Likert: digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, sub variabel dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Contoh:
NO.
PERNYATAAN
ALTERNATIF JAWABAN
SS
S
N
TS
STS
1.
Pedoman pembuatan struktur organisasi dewan sekolah telah disosialisasikan





2.
Dinas Pendidikan belum memiliki data sejumlah sekolah yang telah memiliki struktur organisasi dewan sekolah





Keterangan:
Pernyataan Positif:
Sangat Setuju (SS) skornya                   = 5
Setuju (S) skornya                                = 4
Netral (N) skornya                                = 3
Tidak Setuju (TS) skornya                      = 2
Sangat Tidak Setuju (STS) skornya         = 1
Pernyataan Negatif:
Sangat Setuju (SS) skornya                   = 1
Setuju (S) skornya                                = 2
Netral (N) skornya                                = 3
Tidak Setuju (TS) skornya                     = 4
Sangat Tidak Setuju (STS) skornya         = 5
b. Skala Guttman: adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas, tegas dan konsisten. Contoh:
Pernakah kepala sekolah anda mengajak makan bersama?
1)   Pernah
2)   Tidak Pernah
c. Skala Diferensial Semantik: skala perbedaan semantik yang berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti populer-tidak populer. Contoh:
Berilah tanda (v) pada skala yang paling cocok dengan anda:
Hubungan peserta diklat dalam satu kelas
Intim  5        4        3        2        1  Renggang
d. Rating Skala: berdasarkan skala pengukuran Likert, Guttman, dan perbedaan semantik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating skala adalah data mentah yang didapat berupa data angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. 
Contoh:
NO
PERNYATAAN TENTANG MENCIPTAKAN KELUARGA SEJAHTERA
INTERVAL JAWABAN
SB
S
CB
KB
STB
5
4
3
2
1
1.
Pengaturan keuangan keluarga





2.
Pembagian tugas rumah tangga





 
e. Thustone: skala yang meminta responden untuk memilih pernyataan yang ia setuju dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Biasanya tiap item mempunyai asosiasi nilai 1 sampai dengan 10, tetapi nilainya tidak diketahui oleh responden. Pemberian nilai ini berdasarkan jumlah tertentu pernyataan yang dipilih oleh responden tersebut.
Contoh:
Merekrut calon dosen Fakultas Kedokteran UI. Tolong pilihlan 5 dari 10 pernyataan yang sesuai dengan persepsi saudara:
1. Saya memilih pekerjaan dosen karena pekerjaan yang mulia dan terhormat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
2.    Bila saya seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran, saya akan mengusulkan agar mahasiswa memakai simbol-simbol tertentu yang dapat dibanggakan
3.    Saya merasa tersanjung bila saya lebih memiliki kemampuan dalam mengajarkan sesuatu daripada menguasai bidang studi saja
4.    Apa yang bisa dibanggakan seorang dosen, bila gaji hanya pas-pasan
5.    Senangnya jadi dosen apabila berhasil mendemonstrasikan pelajaran kepada mahasiswa yang menghadapi kesulitan di Lab.
6.    Sebagai dosen, saya bangga karena dosenlah sebagai pewaris ilmuwan
7.    Semestinya gaji dosen lebih besar daripada gaji pegawai lain
8.    Apakah perlu dosen berbangga diri atas keberhasilan mahasiswa karena dosen sendiri sering tidak pernah merasa diawasi oleh dekannya
9.    Sebaiknya dosen membimbing saya dengan sepenuh hati memberikan keilmuannya, karena jika saya menjadi dosen pembimbing nanti akan mewarisi ilmunya
10. Jika saya mahasiswa Fakultas Kedokteran, saya akan menyembunyikan identitas saya
Berdasarkan pernyataan item di atas, dapat dianalisis dengan cara sebagai berikut:
Peneliti memberikan kunci jawaban dan penilaian yang akurat.

No. Item
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nilai
10
7
6
2
8
9
4
3
5
1
Nilai Tertinggi: 6+7+8+9+10 = 40----40 : 5 = 8
Nilai terendah: 1+2+3+4+5   = 15----15 : 5 = 3

Memberikan nilai sesuai dengan jawaban responden dan menghitung hasil rekapitulasi data responden:
Misalnya: Agus (nama responden menjawab)
No. Item
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jawaban Responden
V
V


V
V


V

Nilai
10
7


8
9


5

Perhitungan: 10+7+6+8+9 = 39
Nilai: 39:5 = 7,8
Kesimpulan: Nilai 7,8 dari Agus adalah mempunyai rsepon yang tinggi untuk menjadi dosen
b. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari responden dengan mewawancarainya. Wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Jenis-jenis wawancara:
b.1 Wawancara Terstuktur: wawancara yang daftar pertanyaannya disusun secara terperinci dan urut sehingga pewawancara tidak akan menanyakan lain daripada yang sudah ditentukan.
b.2 wawancara tidak terstruktur: wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan, sehingga kreatifitas dan seni pewawancara sangat diperlukan untuk mewawancarai responden agar dapat mengungkap masalah, jenis ini sangat cocok untuk penelitian kualitatif.  
c. Observasi: teknik pengambilan data dengan cara mengamati/mengobservasi secara langsung perilaku atau kejadian yang digambarkan akan terjadi atau muncul. Contohnya: guru akan mengamati kerja sama siswa dengan kelompoknya dalam pelaksanaan diskusi.
d. Dokumentasi: teknik pengumpulan data untuk variabel atau hal-hal yang berupa catatan, buku, dartar nilai, leger, surat kabar, prasasti, notulen rapat dan sebagainya .
e. Test: serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Ada beberapa macam tes:
e.1 Tes Kepribadian: tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang
e.2 Tes Bakat: tes yang digunakan untuk mengukur bakat seseorang
e.3 Tes Prestasi: tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu
e.4 Tes intelegensia: tes yang digunakan untuk membuat penaksiran atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang.

5.   Penyusunan Instrumen
Pada penelitian kuantitatif, umumnya peneliti menggunakan instrumen (alat ukur) untuk mengumpulkan data. Sedangkan penelitian kualitatif (naturalistik) peneliti lebih banyak menjadi instrumen (human instruments), sebab dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan kunci dari instrumen itu sendiri (key instruments).
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti. Instrumen penelitian ada yang dibuat oleh peneliti dan ada juga yang sudah dibakukan oleh para ahli.
Dalam menyusun instrumen penelitian harus diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen, yaitu sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dengan sumber data, metode yang digunakan dan instrumen yang disusun. Manfaat kisi-kisi:
a.    Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun.
b.    Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun instrumen karena kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan butir-butir.
Ada dua macam kisi-kisi:
  1. Kisi-kisi Umum: kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan semua variabel yang akan diukur, dilengkapi dengan semua kemungkinan sumber data, semua metode, dan instrumen yaang mungkin dapat dipakai.
  2. Kisi-kisi Khusus: kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan rancangan butir-butir yang akan disusun untuk sesuatu instrumen.
Contoh kisi-kisi umum:
  Variabel Penelitian
Sumber Data
Metode
Instrumen
Kualitas Guru Mengajar
- Guru sebagai
   pelaku
- Kegiatan
- Siswa yang
  mengalami
- Wawancara

- Pengamatan
- Angket
- Pedoman
  wawancara
- Ceklis
- Angket
Kualitas Siswa Belajar
- Siswa sebagai
   pelaku
- Kegiatan
- Guru yang
  menangani
- Angket

- Pengamtan
- wawancara
- Angket

- Ceklis
- Pedoman
  wawancara

Contoh kisi-kisi khusus:
VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
NO. ITEM
Kepribadian Guru
Fleksibilitas kognitif guru:
- terhadap siswa







- terhadap materi dan metode mengajar


- menunjukkan
   perilaku
   demokratis
- responsif thd
  siswa
- memandang
  siswa sbg fartner
  dalam PBM
- menguasai
  materi pelajaran
- menyusin dan
  menyajikan
  materi secara
  sistematis
- metode
  bervariasi
- ketepatan
  memilih metode


1,2,3,4,5,6,7,8
9,10 dst.






20,21,22,23,24
25,26, dst.
Motivasi Belajar Siswa
Ketekunan dalam belajar
- kehadiran di sekolah
- mengikuti PBM
- Belajar di rumah
Item positif = 1,3,5, dst
Item negatif =
2,4,6 dst

6.   Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka segera dilakukan analisis data. Langkah-langkah analisis data secara garis besar adalah:
  1. Persiapan :
Ø  Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden
Ø  Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data
Ø  Mengecek macam isian data
  1. Tabulasi :
Ø  Memberi skor terhadap item-item yang perlu diberi skor, misalnya: tes, angket, dsb.
Ø  Memberi kode terhadap item-item yang tidak diberi skor: jenis kelamin, laki-laki diberi kode 1 dan perempuan diberi kode 0.
Ø  Mengubah jenis data disesuaikan dengan teknik analisis yang digunakan
  1. Penerapan Data sesuai dengan Pendekatan Penelitian
Ø  Chi-Kuadrat , digunakan untuk mengadakan pendekatan dari beberapa faktor atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi dengan frekuensi yang diharapkan dari sampel apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan atau tidak. Contoh judul penelitiannya:perbedaan antara siswa SMA, SMK dan MA dalam pelaksanaan UN.
Ø  Korelasi Spearman Rank; digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang berskala ordinan, mengetahui tingkat kecocokan dari dua variabel terhadap grup yang sama, mendapatkan validitas empiris. Contoh judul penelitiannya: hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.
Ø  Korelasi Pearson Product Moment; digunakan untuk data interval dan rasio dengan persyaratan tertentu. Misalnya : data dipilih secara acak, datanya brdistribusi normal, data yang dihubungkan berpola linier, dan data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subyek yang sama. Contoh judul penelitiannya: hubungan partisipasi orang tua siswa terhadap pelaksanaan MBS.

J. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini memuat penjelasan tentang apa, bagaimana, dan mengapa hasil penelitian ini diperoleh. Dijelaskan pula hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan data deskriptif, seperti median, rata-rata, modus, standar deviasi, varians, dan penyajian data dalam bentuk distribusi yang disertai grafik histogram untuk setiap variabel kalau ada.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
          Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap analisis data. Dilakukan pembahasan mengenai pendapat peneliti setelah dibandingkan teori dengan penerapan dari teori tersebut dalam bentuk uraian.

K. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1.   Kesimpulan
Kesimpulan sering disalah artikan dengan ringkasan/hasil. Padahal kesimpulan adalah penyimpulan yang ditarik atas dasar pembahasan dari hasil atau temuan penelitian atau abstraksi dari hal-hal pokok temuan dan mengacu pada tujuan penelitian.
Sebagai acuan dalam penyusunan kesimpulan hendaknya peneliti: (1) memahami penelitian secara keseluruhan sebagai suatu sistem; (2) memahami tujuan penelitian yang akan dicapai; (3) membedakan antara temuan penelitian dan kesimpulan; (4) lenarik kesimpulan dari hasil pembahasan terhadap temuan; dan (5) memiliki cara berpikir tertib, teratur dan terarah.
Secara singkat kesimpulan harus berdasarkan/didukung dengan data/temuan. Pengambil kesimpulan tidak bisa menyimpulkan berdasarkan persepsinya sendiri, tidak berdasarkan data temuan.
2.   Saran
Saran yang diajukan harus berhubungan dengan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu saran harus didahului dengan uraian yang merupakan argumentasi saran yang diajukan. Saran bisa diajukan kepada pemerintah, atau lembaga, kelompok masyarakat yang relevan, atau saran penelitian lanjutan serta anjuran penggunaan hasil penelitian. 
L. TEKNIK PENULISAN HASIL PENELITIAN (MENULIS LAPORAN
     PENELITIAN
          Laporan penelitian adalah uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses kegiatan penelitian.
Sistematika laporan penelitian kuantitatif:
Bagian Awal:
Halaman sampul
          Halaman judul
          Abstrak
          Kata pengantar
          Daftar isi
          Daftar tabel
          Daftar gambar
          Daftar lampiran
          Daftar lainnya
Bagian Inti:
          BAB I PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang Masalah
    2. Identifikasi Masalah
    3. Pembatasan Masalah
    4. Perumusan Masalah
    5. Manfaat Penelitian
BAB II KERANGKA ATAU LANDASAN TEORI
A.   Deskripsi Teoritis
B.    Kerangka Berpikir
C.   Pengajuan Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.   Tujuan Penelitian
B.    Tempat dan Waktu Penelitian
C.   Metode penelitian
D.   Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
E.    Instrumen Penelitian
F.    Teknik Analisis data
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.   Deskripsi Data
B.    Pengujian Hipotesis Penelitian
C.   Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
B.    Saran
DAFTAR PUSTAKA

Sistematika laporan penelitian kualitatif:
Bagian Awal:
Halaman sampul
          Halaman judul
          Abstrak
          Kata pengantar
          Daftar isi
          Daftar tabel
          Daftar gambar
          Daftar lampiran
          Daftar lainnya
Bagian Inti:
BAB I PENDAHULUAN
A.   Konteks penelitian/Latar Belakang Masalah
B.    Fokus Penelitian/Rumusan Masalah
C.   Tujuan Penelitian
D.   Landasan Teori
E.    Kegunaan Penelitian
BAB II METODE PENELITIAN
  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
  2. Kehadiran Peneliti
  3. Lokasi Penelitian
  4. Sumber Data
  5. Prosedur Pengumpulan Data
  6. Analisis Data
  7. Pengecekan Keabsahan Temuan
  8. Tahap-Tahap Penelitian
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP


Pustaka Acuan

Arikunto, Suharsimi, (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineke Cipta.

____________, (2003), Manajemen Penelitia, Jakarta: Rineka Cipta.

Ary, D., Jacobs, LC., dan Razavieh, (1982), Pengantar penelitian dalam Pendidikan. Alih Bahasa oleh Arief Furchan, Surabaya: Usaha Nasional

Bogdan, Robert, (1982), Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods, Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Hadjar, Ibnu, (1996), Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakararta: Grafindo Persada.  

Hasan, Iqbal, (2004), Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara.
J. Moleong, Lexy, (1988), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya
Mulyana, Deddy, (2003), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya.
Riduwan, (2003), Dasar-Dasar Statistika, Bandung: Alfabeta.
_________, (2004), Belajar Mudah Penelitian, Bandung: Alfabeta.

________, (2004), Statistika untuk lembaga dan Instansi Pemerintah/Swata, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta.