Kekuatan dari forensik adalah memungkinkan analisa dan mendapatkan
kembali fakta dari kejadian dan lingkungan. Berbagai fakta dan bukti
tersembunyi meliputi Forensik secara umum misalnya : darah, rambut,
struktur gigi, riwayat kesehatan, sidik jari dan lainya harus dianalisa
sedemikian rupa sehingga menjadi fakta yang layak diajukan sebagai
barang bukti.
Perkembangan Metodologi forensik sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan sains. Perkembangan dan perubahan metodologi ini
dimaksudkan untuk mengungkap fakta menjadi lebih mudah dan sederhana.
Berbagai ilmu baru tentang forensic berkembang sejalan dengan semakin
komplek dan rumitnya permasalahan yang di pecahkan. Beberapa teknik
forensik digunakan sesuai dengan kebutuhan. Berikut beberapa jenis
forensic yang umum digunakan untuk mengumpulkan fakta dan data :
Tampilkan postingan dengan label KARYA TULIS ILMIAH (KTI). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KARYA TULIS ILMIAH (KTI). Tampilkan semua postingan
Sabtu, 23 November 2013
Sabtu, 21 September 2013
KIMIA UNTUK TUNA NETRA
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOLYMOOD PADA
SUBMATERI TATANAMA SENYAWA HIDROKARBON SEBAGAI ALAT BANTU AJAR BAGI SISWA TUNANETRA KELAS X DI SMA INKLUSI
Wilda Ulin Nuha, Endah Rohmawati
(Pendidikan kimia 2009 FMIPA Universitas Negeri Surabaya)
Abstrak
Sebagai
salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa maka
program pendidikan untuk semua kalangan menjadi salah satu prioritas
program pendidikan nasional, tak terkecuali bagi
anak berkebutuhan khusus sesuai dengan UU RI No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu perwujudan program ini adalah
adanya sekolah berbasis inklusi. Pendidikan
inklusif merupakan suatu pendekatan pendidikan yang memperluas akses
pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus termasuk anak penyandang
cacat.
Selasa, 05 Februari 2013
Karya Tulis Ilmiah
SINGKONG SEBAGAI SALAH SATU SUMBER BAHAN
BAKAR NABATI (BBN)
Oleh : Susanto, S.Pd
(Guru Kimia MAN Pesanggaran Banyuwangi)
Sebagai
bahan baku BBN
singkong diolah menjadi bioetanol pengganti premium. Singkong merupakan salah
satu sumber pati. Pati merupakan senyawa karbohidrat yang komplek. Sebelum
difermentasi pati diubah menjadi glukosa,karbohidrat yang lebih sederhana.
Dalam penguraian pati memerlukan bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan ini akan menghasilkan enzim alfaamilase dan glikoamilase yang akan berperan dalam mengurai pati menjadi glukosa
atau gula sederhana. Setelah menjadi
gula baru difermentasi menjadi etanol. Selengkapnya....
Karya Tulis Ilmiah
APLIKASI
UNSUR RADIOAKTIF DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Oleh
: Susanto, S.Pd
(Guru
Kimia MAN Pesanggaran Banyuwangi)
Radioisotop
merupakan zat radioaktif yang bernomor atom sama, tetapi nomor massanya
berbeda. Ratusan radioisotop yang dapat meluruh secara alami banyak digunakan
dalam berbagi bidang. Penggunaan radioisotop tersebut berkaitan dengan waktu
paruh yang dimiliki dan jenis radiasi partikel yang dipancarkan. Berikut
beberapa contoh kegunaan radioisotop dalam berbagai bidang.Selengkapnya....
Senin, 04 Februari 2013
Karya Tulis Ilmiah
SINGKONG SEBAGAI SALAH SATU SUMBER BAHAN
BAKAR NABATI (BBN)
Oleh : Susanto, S.Pd
(Guru Kimia MAN Pesanggaran Banyuwangi)
A. Pendahuluan
Kenaikan
harga minyak dunia memaksa pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) dan ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Dengan
meningkatnya harga BBM maka muncul kata
baru Bahan Bakar Nabati (BBN). Berbeda dengan BBM dari fosil yang terbentuk
dari tanaman dan hewan selama ratusan juta tahun,BBN lebih berbasiskan pada
industri perkebunan dan pertanian.
BBN
lebih menekankan pada budidaya energi (energy
rarming). Energy farming lebih
mengedepankan pengumpulan dan penyimpanan energi matahari yang dapat
diperbaharui dengan sendirinya (self
sustainable) dan tidak merusak lingkungan karena tidak menyebabkan polusi. Energy farming berpikir tentang
membudidayakan energi melalui tumbuhan hijau sehingga dikenal sebagai energy
hijau (Green energy).
Sebenarnya
BBN bukan hal yang baru dalam kehidupan masyarakat hanya teknologinya yang
berbeda. Salah satu contoh pemanfaatan BBN pada zaman purba yaitu dengan
membakar biji jarak untuk penerangan. Saat ini dengan kemajuan IPTEK aplikasi
BBN telah berubah lebih modern dan lebih populer dengan nama bioetanol dan
biodiesel,keduanya disebut sebagai biofuel.
Penelitian
dan pengembangan BBN telah dilakukan sejak adanya Kebijakan Umum Bidang energi
(KUBE) pada tahun 1981. Salah satu wujud diversifikasi energi yang menonjol
adalah penelitian dan pengembangan bioetanol. Penelitian bioetanol yang
dirintis oleh Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) pada tahun 1983 berbahan dasar
singkong.
Penelitian
dan pengembangan biodiesel mulai dilakukan secra ekstensif pada tahun 1990 oleh
Lembaga Minyak Dan Gas(Lemigas),Pusat Penelitian Kelapa Sawit dan
lembaga-lembaga yang lain.
B.Peningkatan Produksi Singkong
Pada
saat ini di berbagai daerah di Indonesia
telah tersedia lahan yang cukup luas,tetapi sumber daya lahan tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal karena kondisinya yang kritis. Kekritisan lahan
ditandai dengan dengan terbatasnya suplai air dan kurangnya unsure hara
tanaman.
Lahan-lahan
kritis tersebut saat ini biasanya hanya ditanami dengan singkong tetapi
singkong yang dihasilkan masih rendah. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan
petani sehingga penanaman singkong tidak disertai teknik budidaya yang baik dan
tanpa sentuhan teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika banyak kemiskinan
terjadi di lahan-lahan kritis. Sebenarnya lahan tersebut sangat berpotensi
untuk ditanamai tanaman bahan baku
BBN sehingga bisa dijadikan sumber pendapatan yang lumayan. Hanya saja
diperlukan penerapan teknologi yang tepat dan penanganan yang intensif. Salah
satu tanaman bahan baku
BBN khususnya bioetanol yang bisa dikembangkan secara besar-besaran di lahan kritis adalah singkong.
Selain kondisi lahan yang kritis adanya
degradasi lahan juga dapat menyebabkan penurunan hasil produksi singkong. Salah
satu penyebab degradasi lahan yang cukup penting adalah penurunan kualitas
fisik tanah,dalam hal ini adalah rusaknya struktur tanah. Kerusakan struktur
tanah dimulai dari terbentuknya lapisan (seal)
dan kerak (crust) dipermukaan tanah (surface sealing dan crusting). Keadaan tersebut dapat menyebabkan kesulitan
perkecambahan biji,menghambat pertumbuhan tanaman dan pengurangan laju
infiltrasi tanah. Penurunan laju infiltrasi tanah dapat mengurangi persediaan
air dalam tanah,meningkatkan jumlah dan laju aliran permukaan serta
meningkatkan bahaya erosi pada tanah.
Soil
crusting merupakan
lapisan tipis yang mengeras dipermukaan tanah dan biasanya banyak terjadi
ditanah kering sedangkan soil sealing
terjadi jika agregat-agregat yang hancur menjadi partikel-partikel yang lebih
kecil masuk ke dalam pori tanah membentuk horizon tanah yang padat dan kemudian
dapat menurunkan infiltrasi. Faktor penting yang dapat mempermudah terbentuknya
sealing adalah tingginya kadar debu
dan rendahnya kadar bahan organik tanah (Ramos et al 2000).
Bissonnais (1996) mengemukakan bahwa
terbentuknya struktur crust pada
permukaan tanah disebabkan energi kinetik hujan yang menimpa permukaan tanah
dan terjadi pembasahan secara cepat yang menyebabkan slaking (perpecahan agregat) dan dispersi liat yang selanjutnya
menutupi pori-pori tanah. Lapisan seal yang tipis berkembang dan setelah kering
menjadi lapisan crust yang keras.
Terbentuknya crust dipermukaan tanah tergantung pada sifat dan proses
pembentukan crust,pengaruh
pengelolaan lahan dan tindakan pengelolaan untuk mengurangi degradasi struktur
tanah. Kondisi struktur tanah cukup bervariasi tergantung pada jenis
tanah,iklim dan pengelolaan lahan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi
secara komplek dan selanjutnya akan mempengaruhi proses-proses fisik dan
biologi dalam tanah untuk mengontrol
struktur tanah.
Pengelolaan tanah yang dapat mempengaruhi
pembentukan sealing dan crusting antara lain pengolahan
tanah,sistem pertanaman dan penambahan bahan kimia ke dalam tanah. Ketiga
faktor tersebut sulit untuk dipisahkan pengaruhnya karena dalam pelaksanaan
dilapangan sering dilakukan secara bersama-sama (dilakukan secara kombinasi).
Pengaruh pengkerakan permukaan tanah pada
pertumbuhan tanaman melalui berbagai cara antara lain (1) kerak dipermukaan
tanah dapat menurunkan infiltrasi dan permeabilitas tanah dipermukaan. Hal ini
dapat mengurangi imbibisi biji dan selanjutnya akan menghambat perkecambahan
biji dan pertumbuhan tanaman. Kerak dipermukaan tanah juga dapat menghambat
permeabilitas udara.(2) Dalam keadaan kering kerak dipermukaan tanah memiliki
ketahanan penetrasi yang cukup tinggi sehingga dapat menghambat penyerapan hara
dan selanjutnya akan berpengaruh pada produksi tanaman.
Upaya pengendalian crusting dapat dilakukan dengan pencegahan kerusakan struktur tanah
dan perbaikan struktur tanah yang telah rusak. Pencegahan dan perbaikan
kerusakan struktur tanah dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik dan melindungi permukaan tanah dari energi
kinetik hujan dengan mengatur sistem pertanaman.
Penambahan
bahan organik ke dalam tanah dapat meningkatkan stabilitas agregat tanah
sehingga dapat mengurangi surface sealing.
Penambahan bahan organik dapat
dilakukan dengan dengan pemberian pupuk kandang,pengembalian sisa tanaman
maupun pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah.
Pengaturan sistem pertanaman meliputi pola
tanam dan jenis tanaman yang diusahakan. Dengan mengatur pola tanam yang
disesuaikan dengan distribusi hujan sepanjang tahun maka perlindungan terhadap
permukaan tanah dapat terjadi secara terus menerus. Sehingga pada saat curah
hujan tinggi tanah telah tertutup dengan vegetasi secara sempurna.
Perbaikan kondisi fisik tanah akibat
berkurangnya crusting dapat meningkatkan produksi singkong sampai 30,92 ton/ha
dibanding kontrol yang hanya 4,33 ton/ha (Therfaelder,2002)
Penanaman
dan pemeliharaan singkong relatif mudah dan memiliki tingkat produksi yang
sangat tinggi. Singkong mempunyai daya adaptasi yang cukup luas,mampu bertahan
hidup di daerah-daerah yang cukup ekstrim dan umumnya beriklim tropis.Tanaman
singkong termasuk jenis herba tahunan. Tingginya dapat mencapai 7 meter.
Daunnya bertangkai panjang dengan bentuk menjari antara 5 – 9.
Singkong
merupakan tanaman yang fleksibel karena dapat tumbuh dan berproduksi di daerah
dataran rendah sampai dataran tinggi,mulai dari ketinggian 10 – 1500 m dpl.
Singkong juga cocok dikembangkan di lahan marginal,kurang subur dan kekurangan
air. Lahan-lahan ini masih banyak
tersedia terutama di luar pulau Jawa.
Singkong
dalam pengembangannya selain sebagai tanaman pangan juga sebagai bahan baku
bioetanol.Dalam budidaya singkong yang diambil adalah umbinya,sebagai bahan
pangan umbi ini kaya akan karbohidrat tetapi miskin akan protein namun hal ini
bisa dipenuhi dari daun singkong yang juga merupakan sumber protein cukup
tinggi. Beberapa jenis singkong memiliki umbi yang beracun karena mengandung
asam sianida. Saat ini singkong racun ini dianggap sebagai obat kanker.
C. Mengolah Singkong Menjadi Etanol
Sebagai
bahan baku BBN
singkong diolah menjadi bioetanol pengganti premium. Singkong merupakan salah
satu sumber pati. Pati merupakan senyawa karbohidrat yang komplek. Sebelum
difermentasi pati diubah menjadi glukosa,karbohidrat yang lebih sederhana.
Dalam penguraian pati memerlukan bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan ini akan menghasilkan enzim alfaamilase dan glikoamilase yang akan berperan dalam mengurai pati menjadi glukosa
atau gula sederhana. Setelah menjadi
gula baru difermentasi menjadi etanol.
Sebelum difermentasi menjadi etanol pati
yang dihasilkan dari umbi singkong terlebih dahulu diubah menjadi glukosa
dengan bantuan cendawan Aspergillus sp.
Langkah – langkah dalam pembuatan bioetanol berbahan dasar singkong adalah :
1.
Mengupas singkong segar,semua jenis dapat
dimanfaatkan,kemudian membersihkan dan mencacah berukuran kecil.
Gambar.
1
2.
Mengeringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16 % sama dengan
singkong yang dibuat gaplek. Tujuan pengeringan ini untuk pengawetan sehungga
produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku.
Gambar.
2
3.
Memasukkan 25 kg gaplek kedalam tangki berkapasitas 120
liter,kemudian menambahkan air hingga mencapai volume 100 liter dan memanaskan
gaplek hingga suhu 100° C sam diaduk
selama 30 menit sampai mengental menjadi bubur.
Gambar.
3
4.
Memasukkan bubur gaplek kemudian memasukkan kedalam
tangki skarifikasi. Skarifikasi merupakan proses penguraian pati menjadi glukosa.
Setelah dingin memasukkan cendawan Aspergilus
sp yang akan menguraikan pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter
bubur pati singkong memerlukan 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10 % dari total bubur. Konsentrasi cendawan
mencapai 100 juta sel/ml. Sebelum digunakan cendawan dibenamkan ke dalam bubur
gaplek yang telah dimasak agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek.
Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.
Gambar.
4
5.
Setelah dua jam bubur gaplek akan berubah menjadi 2 lapisan
yaitu air dan endapan gula. Mengaduk kembali pati yang sudah berubah menjadi
gula kemudian memasukkanya kedalam tangki fermentasi. Sebelum difermentasi
kadar gula maksimum larutan pati adalah 17 – 18 % karena itu merupakan kadar
gula yang cocok untuk hidup bakteri Saccaromyces
dan bekerja untuk mengurai gula
menjadi alcohol. Penambahan air dilakukan bila kadar gula terlalu tinggi dan
sebaliknya jika kadar gula terlalu rendah perlu penambahan gula.
Gambar.
5
6.
Menutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah
kontaminasi dan menjaga Saccharomyces agar
bekerja lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob atau tidak membutuhkan
oksigen pada suhu 28° - 32° C.
Gambar.
6
7.
Setelah 2 – 3 hari larutan pati berubah menjadi 3
lapisan yaitu lapisan terbawah berupa endapan protein,lapisan tengah air dan
lapisan teratas etanol. Hasil fermentasi disebut bir yang mengandung 6 – 12 %
etanol.
Gambar.
7
8.
Menyedot larutan etanol dengan selang plastik melalui
kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
Gambar.
8
9.
Melakukan destilasi atau penyulingan untuk memisahkan
etanol dari air dengan cara memanaskan pada suhu 78° C atau setara titik didih
etanol sehinnga etanol akan menguap dan mengalirkannya melalui pipa yang
terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
Gambar.
9
10.
Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat
larut dalam bensin. Agar larut diperlukan etanol dengan kadar 99% atau disebut
etanol kering sehingga memerlukan destilasi absorbent. Destilasi absorbent dilakukan
dengan cara etanol 95% dipanaskan dengan suhu 100° C sehingga etanol dan air
akan menguap. Uap tersebut dilewatkan pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau
pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga hingga diperoleh etanol
dengan kadar 99 %. Sepuluh liter etanol 99% membutuhkan 120 – 130 liter bir
yang dihasilkan dari 25 kg gaplek.
Gambar.
10.
Daftar Pustaka
Angers,D.A.1998. Water stable aggregation of Quebec silty clay
soils,some factors controlling its dynamics. Soil Tillage Research.
Anonim. 1999.
Pengembangan Usaha Agrobisnis Singkong.
Bresson,L.M.1995.
A Review of Physical management for crusting control in Australian ropping
systems research opportunities. Aust.J.Soil Res.
Chalifah A. 2007.
Mengubah singkong menjadi bioetanol : Sebuah Upaya Meningkatkan Nilai Tambah
Singkong di Kabupaten Gunung Kidul,Yogyakarta.
Le
Bissonnais,Y.1996. Agregate stability and assessment of crustability and
erodibity. Theory and methodology.Europ.J.Soil Sci.
Ramos,M.C.S Nacci. 2000. Soil sealing and
its influence on erosion rates for some soils in the Mediterranean area. Soil
sci.
Tatang, 2007.
Mengebor Bensin di Ladang Singkong.
Tim Nasional
Pengembangan BBN,2007. Bahan Bakar Nabati. Penebar Swadaya.Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)