METODOLOGI PENELITIAN
Oleh : Susanto, S.Pd
(Guru Kimia MAN Pesanggaran)
A. PENGERTIAN DAN JENIS PENELITIAN
Penelitian
adalah usaha untuk memperoleh fakta dan atau prinsip (menemukan, mengembangkan,
dan menguji kebenaran) dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi yang dilaksanakan dengan teliti, jelas, sistematis, dan dapat
dipertanggungjawabkan (metoda ilmiah). (Musa Hubeis 2004: 2). Penelitian adalah suatu
kegiatan pengkajian terhadap suatu permasalahan yang dilakukan berdasarkan
metode ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dari hal yang
dipermasalahkan (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001:2).
Penelitian juga dapat diartikan suatu kegiatan
penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk
menemukan informasi ilmiah dan atau teknologi yang baru, membuktikan kebenaran
atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori dan atau proses
gejala sosial. Mencari kebenaran perolehan makna tentang sesuatu yang dikaji,
memahami makna/hakekat suatu keberadaan, fakta, dan kejadian-kejaidian sebagi
suatu kausalitas (hukum sebab-akibat). Pencarian kebenaran yang
mendasarkan pada dua faham:
Rasionalisme
Rasio merupakan sumber pengetahuan, sumber daya
nalar dalam memahami segala sesuatu yg ada dipermukaan bumi termasuk
kehidupannya. Rasional = berfikir jernih, logis, dan dapat dipertanggujawabkan.
Penalaran yang digunakan dalam penarikan kesimpulan adalah ”deduksi” atau
silogisme. Rasionalisme ini masuk dalam Bab II (Kajian Teori) suatu
penelitian. Silogisme adalah penalaran deduksi yang dimulai dari pangkal pendapat (premis mayor),
dalil, atau pernyataan yang sudah diakui kebenarannya, diturunkan menjadi
pernyataan kedua (premis minor) yang lebih khusus dan akhirnya ditarik
suatu kesimpulan.
Contoh:
•
Premis Mayor :
Semua makluk hidup akan mati
•
Premis Minor
: Hasan adalah makhuk hidup
•
Kesimpulan : Hasan akan mati
•
Premis Mayor
: Semua ayam jantan berkokok
•
Premis Minor :
Ayam saya jantan
•
Kesimpulan : Ayam saya akan berkokok.
Empirisme.
Kebenaran
berasal dari pengalaman nyata (empiris). Dasar paham empirisme adalah”induktif”,
yaitu berpangkal dari fakta yg dikaji secara khusus selanjutnya disusun
penjelasan umum. Contoh:
kebalikan dari deduktif dimuka.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah suatu kegiatan
ilmiah yang dilakukan secara sistematik untuk mengumpulkan, mengolah dan
menyimpulkan data dengan menggunakan metode dan teknik tertentu dalam rangka
mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi.
B. JENIS-JENIS PENELITIAN
Penelitian
dapat dikelompokkan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi dan
jenis data serta analisisnya.
- Penelitian menurut Bidang dibagi menjadi penelitian akademik, profesional, dan institusional. Penelitian akademik merupakan penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis dan disertasi. Penelitian profesional merupakan penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai peneliti, misalnya para dosen dan peneliti LIPI. Penelitian institusional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan kelembagaan.
- Penelitian menurut Tujuan dapat dikelompokkan menjadi penelitian murni dan terapan. Penelitian murni adalah penelitian yang diarahkan sekedar untuk memahami masalah organisasi secara mendalam tanpa ingin menerapkan hasilnya. Sedangkan penelitian terapan adalah penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang bersifat praktis/aplikatif.
- Penelitian menurut Metode dapat dibedakan menjadi penelitian survey, ex post facto, eksperimen, naturalistik, penelitian kebijakan, penelitian tindakan, evaluasi dan sejarah.
- Penelitian menurut Tingkat Eksplanasinya (Penjelasannya) artinya penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Berdasrkan hal ini penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian deskriptif, komparatif dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antar variabel satu dengan variabel yang lain. Contoh penelitian yang berusaha menjawab: bagaimanakah profil presiden di Indonesia, seberapa besar produktivitas kerja PNS, bagaimana kualitas SDM Indonesia adalah suatu bentuk penelitian deskriptif. Yang dicetak miring adalah variabel yang diteliti, yang bersifat mandiri. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Di sini variabelnya masih sama dengan penelitian variaabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda. Contoh: adakah perbedaan profil Presiden Indonesia dari waktu ke waktu, adakah perbedaan keuntungan antara BUMN dengan perusahan Swasta, adakah perbedaan kemampuan kerja antara lulusan SMK dengan SMA, adakah perbedaan efektivitas antara UUD yang lama dengan yang baru. Penelitian asosiatif/hubungan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Pada penelitian asosiatif minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan. Bentuk hubungan antara variabel ada tiga yaitu: simetris, kausal dan interaktif/resiprocal. Hubungan simetris adalah suatu bentuk hubungan karena munculnya bersama-sama, misalnya ada hubungan antara datangnya kupu-kupu dengan tamu. Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, bila X maka Y. Contoh: bila pelayanan kepada masyarakat baik, maka tidak akan terjadi demonstrasi. Hubungan interaktif (timbal balik) adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Bila pengeluaran untuk iklan naik, maka nilai penjualan juga akan naik dan bila nilai penjualan naik, maka biaya untuk iklan akan naik juga. Jenis penelitian menurut tingkat eksplanasi digunakan sebagai dasar untuk merumuskan judul penelitian. Jadi akan ada judul penelitian deskriptif, komparatif dan asosiatif. Contoh: judul penelitian deskriptif: Disiplin kerja PNS setelah otda, Profil Guru yang Profesional, Kesiapan sekolah melaksanakan MBS. Judul penelitian komparatif: Perbandingan disiplin kerja PNS dan Swasta, Perbandingan profil guru yang profesional dan tidak profesional, perbandingan tingkat kesiapan sekolah negeri dan swasta dalam melaksanakan MBS. Judul asosiatif: pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai, hubungan antara tingkat pendidikan dan kerukunan masyarakat di daerah tertentu, pengaruh insentif terhadap prestasim kerja pegawai, faktor-faktor yang mempengaruhi merebaknya KKn di instansi pemerintah.
- Penelitian menurut analisis datanya dibedakan menjadi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dimana analisis datanya menggunakan uji statistik. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang analisis datanya tidak menggunakan analisis statistik.
KARAKTERISTIK
METODE KUANTITATIF DAN KUALITATIF
NO.
|
METODE KUANTITATIF
|
METODE
KUALITATIF
|
1.
|
A. Desain
a. Spesifik,
jelas dan rinci
b. Ditentukan
secara mantap sejak awal
c. Menjadi
pegangan langkah demi langkah
|
A. Desain
a. Umum
b. Fleksibel
c. Berkembang,
dan muncul dalam proses penelitian
|
2.
|
B. Tujuan
a. Menunjukan
hubungan antar variabel
b. Menguji
teori
c. Mencari
generalisasi yang mempunyai nilai prediktif
|
B. Tujuan
a. Menemukan
pola hubungan yang bersifat interaktif
b. Menemukan
teori
c.
Menggambarkan realitas yang kompleks dan mempeoleh pemahaman makna
|
3.
|
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuesioner
b. Observasi
dan wawancara terstruktur
|
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Participant
observation
b. In depth
interview
c. Dokumentasi
d. Tringulasi
|
4.
|
D. Instrumen penelitian
a. Tes,
angket, wawancara terstruktur
b. Instrumen
yang telah terstandar
|
D. Instrumen penelitian
a.
Peneliti sebagai instrumen
b.
Buku catatan, tape recorder, camera, handycam, dll.
|
5.
|
E. Data
a.
Kuantitatif
b.
Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen
|
E. Data
a.
Deskriptif kualitatif
b.
Dokumentasi pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden,
dokumen, dll.
|
6.
|
F. Sampel
a. Besar
b.
Representatif
c. Sedapat
mungkin random
d. Ditentukan
sejak awal
|
F. Sampel
a. Kecil
b. Tidak
representatif
c. Purposive,
snowball
d. Berkembang
selama proses penelitian
|
7.
|
G. Analisis
a. Setelah
selesai pengumpulan data
b. Deduktif
c. Menggunakan
statistik untuk menguji hipotesis
|
G. Analisis
a. Terus
mmenerus sejak awal samapai akhir penelitian
b. Induktif
c. Mencari
pola. Model, tema, teori
|
8.
|
H. Hubungan dengan Responden
a. Dibuat
berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif
b. Kedudukan
peneliti lebih tinggi dari responden
c. Jangka
pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan
|
H. Hubungan dengan Responden
a. Empati,
akrab supaya memperoleh pemahaman yang mendalam
b. Kedudukan
sama bahkan sebagai guru, konsultan
c. Jangka
lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan hipotesis atau teori
|
9.
|
I. usulan Desain
a. Luas dan
rinci
b. Literatur
yang behubungan dengan masalah, dan variabel yang diteliti
c. Prosedur
yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya
d. Masalah
dirumuskan dengan spesifik dan jelas
e.
Hipotesisdirumuskan dengan jelas
f. Ditulis
secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan
|
I. usulan Desain
a. Singkat,
umum bersifat sementara
b. Literatur
yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan utama
c. Prosedur
bersifat umum, seperti akan merencanakan tour/piknik
d. Masalah
bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi pendahuluan
e. Tidak
dirumuskan hipotesis, karena justru akan menemukan hipotesis
f. Fokus
penelitian ditetapkan setelah diperoleh data awal dari lapangan
|
10.
|
J. Kapan Penelitian Dianggap Selesai?
Setelah semua kegiatan yang
direncanakan dapat diselsaikan
|
J. Kapan Penelitian Dianggap Selesai?
Setelah tidak
ada data yang dianggap baru/jenuh
|
11.
|
K. Kepercayaan terhadap Hasil Penelitian
Penguijian validitas dan
realibilitas instrumen
|
K. Kepercayaan terhadap Hasil Penelitian
Pengujian kredibilitas,
depenabilitas, proses dan hasil penelitian
|
C. Menentukan Masalah Penelitian
Setiap
penelitian selalu berangkat dari suatu masalah. Tanpa masalah yang jelas dan
tegas suatu penelitian sulit dilaksanakan.
Hakekat masalah adalah kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das
sein).
Kriteria masalah penelitian yang
baik:
- Memiliki nilai penelitian: masalah harus mempunyai keaslian, menyatakan suatu hubungan, merupakan hal yang penting, dan harus dapat diuji serta harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
- Masalah harus mempunyai fisibilitas: masalah tersebut harus dapat dicari pemecahannya. Artinya: data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia, biaya untuk memecahkan masalah dalam batas-batas kemampuan, waktu untuk memecahkan masalah wajar, biaya dengan hasil seimbang, administrasi dan sponsor harus kuat, dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada.
Sumber masalah dapat diperoleh dari:
- Pengamatan terhadap suatu kegiatan manusia
- Bacaan
- Cabang studi yang sedang di tekuni
- Pengalaman dan catatan pribadi
- Bidang spesialisasi
- Pengamatan terhadap alam sekeliling
- Diskusi-diskusi ilmiah.
D.
Merancang
Judul Penelitian
Meskipun
judul penelitian itu selalu tercantum di bagian paling depan dalam suatu
penelitian, tetapi tidak berarti penelitian berangkat dari judul. Dalam
memberikan judul penelitian bisa dilakukan di awal penelitian, bisa juga di
akhir penelitian. Judul penelitian yang baik dan lengkap harus mencakup:
- Sifat dan jenis penelitian
- Objek yang diteliti
- Subyek penelitian
- Lokasi/daerah penelitian
- Tahun/waktu terjadinya peristiwa
Contoh:
Hubungan
Pemahaman Masyarakat Tentang Pendidikan dengan Motivasi untuk Melanjutkan
Pendidikan Anak Ke Jenjang Yang Lebih Tinggi (Suatu Studi di Kelurahan Pulau
Untung Jawa Kab. Adm. Kepulauan
Seribu Provinsi DKI Jakarta tahun 2006)
Keterangan:
- Studi korelasi = sifat dan jenis penelitian
- Pemahaman Masyarakat Tentang Pendidikan dengan Motivasi untuk Melanjutkan Pendidikan Anak Ke Jenjang Yang Lebih Tinggi = objek penelitian
- Masyarakat = subyek penelitian
- Kelurahan Pulau Untung Jawa Kab. Adm. Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta = lokasi penelitian
- Tahun 2006 = tahun terjadinya peristiwa
- Menentukan Variabel Penelitian
Istilah
variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap
penelitian. Variabel (peubah) merupakan konsep atau konstruk yang mempunyai
variasi nilai, keadaan, kondisi atau kategori. Nilai dari variabel inilah yang
menjadi pusat perhatian dalam penelitian untuk diukur, diuji dan dijelaskan
perbedaannya. Atau variabel adalah simbol/lambang yang padanya dilekatkan
bilangan atau nilai. Variabel dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif.
Contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam
sehari dan sebagainya. Contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran,
kepandaian dan sebagainya.
Jenis-jenis
variabel menurut bentuknya ada dua:
- Variabel bersambungan/kontinu: variabel yang mempunyai sehimpunan harga yang teratur dalam suatu cakupan atau jarak jangkau (range) tertentu. Contoh: nilai skala sikap.
- Variabel kategori: variabel yang berkaitan dengan jenis pengukuran nominal. Dalam pengukuran nominal terdapat dua himpunan bagian atau lebih yang merupakan bagian dari himpunan obyek yang diukur. Individu-individu sebagai obyek yang diukur, dikategorikan atau ditempatkan berdasarkan pemilikan ciri-ciri tertentu yang merupakan penentu himpunan bagian dari suatu himpunan. Variabel kategori yang mempunyai dua himpunan/golongan (dikotomi), seperti laki-laki-perempuan (jenis kelamin). Variabel kategori yang mempunyai lebih dari dua himpunan (politomi): tingkat pendidikan (TK,SD,SMP,SMA,PT).
Dilihat
dari ciri-cirinya, maka jenis variabel penelitian dibedakan:
- Variabel diskrit: variabel yang mempunyai variasi nilai sebagai hasil perhitungan, hasil membilang atau variasi nilai utuh, seperti jumlah anggota DPR/MPR.
- Variabel bersambungan: variabel yang variasi nilainya sebagai hasil pengukuran, sehingga nilainya dapat dinyatakan dengan angka pecahan, seperti berat badan seorang anak 40,25 kg dan tingginxa 137 cm.
Dilihat dari
skala pengukuran yang digunakan, maka jenis variabel penelitian dapat
dibedakan:
- Nominal: variabel dimana angkanya bukan nilai, melainkan hanya simbol dari kelompok-kelompok yang terpisah sebagai taraf, sehingga tidak dapat dioperasikan dengan operasi hitung. Misal: jenis kelamin yang tarafnya dua, yaitu laki-laki dengan nagka 1 dan perempuan dengan angka 2.
- Ordinal: variabel dimana angka yang diberikan merupakan simbol dari kelompok-kelompok yang terpisah dan berurutan. Misal: kendaraan, angka yang diberikan 1 untuk sepeda, 2 untuk motor dan 3 untuk mobil. Hubungan di sini dinyatakan 1<2<3.
- Interval: variabel yang mempunyai nilai identik dengan bilangan riil, sehingga dapat dioperasikan dengan operasi hitung, tetapi tidak mempunyai nilai nol mutlak. Misal: anak yang dapat 0 dalam tes Pendidikan Agama bukan berarti ia tidak tahu sama sekali.
- Rasio: variabel yang mempunyai nilai sebagai bilangan riil, yang mempunyai nol mutlak. Misal: ukuran berat kg, anak yang beratnya 10 kg digabung dengan anak yang beratnya 15 kg akan sama dengan anak ketiga yang beratnya 25 kg.
Di lihat
dari segi desain penelitian(eskperimen), variabel dibedakan:
- Variabel aktif/eksperimental: variabel yang dapat dimanipulasi (perlakuan yang berlainan antar kelompok subyek). Misal: Peneliti menggunakan metode pembelajaran yang berbeda.
- Variabel atribut: variabel yang diukur atau sulit untuk dimanipulasi. Misal: ciri-ciri manusia, seperti: intelegensia, bakat, sikap dan sebagainya.
Di lihat
dari segi hubungan antar variabel, maka jenis variabel dalam penelitian,
meliputi:
- Variabel bebas (X): suatu variabel penyebab yang diduga atau terjadi lebih dahulu. Contoh: Pemahaman tentang pendidikan
- Variabel terikat (Y): suatu variabel yang diperkirakan atau diduga terjadi kemudian. Contoh: Sikap untuk melanjutkan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi.
F. Rancangan Penelitian
Rancangan
pada dasarnya merencanakan suatu kegiatan sebelum dilaksanakan. Kegiatan
merencanakan itu mencakup komponen-komponen penelitian yang diperlukan.
Rancangan penelitian adalah sebagai usaha merencanakan dan menentukan segala
kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Rancangan
penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
- Memilih masalah: memilih masalah bukanlah pekerjaan yang terlalu mudah terutama bagi orang-orang yang belum banyak berpengalaman meneliti. Untuk itu diperlukan kepekaan dari calon peneliti.
- Studi Pendahuluan: Walaupun sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu studi pendahuluan, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti. Studi pendahuluan juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya.
- Merumuskan masalah: apabila telah diperoleh informasi yang cukup dari studi pendahuluan, maka masalah yang akan diteliti menjadi jelas. Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus dimulai, ke mana harus pergi dan dengan apa.
- Merumuskan anggapan dasar: anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya. Misalnya kita akan mengadakan penelitian tentang prestasi belajar siswa, kita mempunya anggapan dasar bahwa prestasi belajar siswa adalah berbeda-beda, tidak seragam. Jika prestasi belajar siswa ini seragam, maka bukanlah merupakan variabel yang perlu diteliti.
- Hipotesis: jika anggapan dasar merupakan dasar pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau dites atau diujim kebenarannya.
- Memilih pendekatan: metode atau cara mengadakan penelitian, seperti eksperimen atau non eksperimen.
- Menentukan variabel dan sumber data: apa yang akan diteliti dan dari mana data diperoleh
- Menentukan dan menyusun instrumen: menentukan dengan apa data akan dikumpulkan.
- Mengumpulkan data: kegiatan mengumpulkan data penelitian sesuai dengan instrumen yang telah ditentukan
- Analisis data: kegiatan menganalisis data sesuai dengan jenis datanya.
- Menarik kesimpulan: kegiatan menarik kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian
- Menyusun laporan: kegiatan penelitian menuntut agar hasilnya disusun, ditulis dalam bentuk laporan penelitian agar hasilnya diketahui orang lain, serta prosedurnya pun diketahui orang lain pula sehingga dapat mengecek kebenaran pekerjaan penelitian tersebut.
G. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Latar
belakang masalah ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa masalah yang diteliti
itu penting dilihat dari segi profesi peneliti, pengembangan ilmu dan
kepentingan pembangunan. Dalam latar belakang masalah yang perlu dipaparkan
adalah:
- Apa yang membuat peneliti merasa gelisah dan resah sekiranya masalah tersebut tidak diteliti.
- Gejala-gejala kesenjangan yang terdapat di lapangan sebagai dasar pemikiran untuk untuk memunculkan permasalahan
- Kerugian-kerugian dan keuntungan-keuntungan apa yang akan terjadi kalau masalah tersebut tidak diteliti
Dalam
pemaparan latar belakang masalah pada umumnya memakai pendekatan deduksi, yakni
dari hal-hal yang sifatnya umum ke hal-hal yang sifatnya khusus (kerucut
terbalik).
2.
Identifikasi
Masalah
Identifikasi
masalah adalah kegiatan mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan
yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengaan masalah atau
variabel yang akan diteliti. Hasil identifikasi dapat diangkat beberapa
permasalahan yang saling keterkaitan satu dengan lainnya. Contoh identifikasi
masalah:
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Adakah partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pendidikan?
b. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
masyarakat dengan partisipasi dalam pelaksanaan pendidikan?
c. Upaya apa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pendidikan?
d. Faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan?
e. Apakah terdapat hubungan antara pemahaman masyarakat
tentang pendidikan dengan sikap untuk melanjutkan pendidikan anak ke jenjang
yang lebih tinggi?
3. Pembatasan Masalah
Pembatasan
masalah adalah kegiatan membatasi masalah sesuai dengan fokus penelitian dengan
mengacu para latar belakang masalah dan identifikasi masalah. Dari beberapa
identifikasi masalah dipilih dua atau tiga permasalahan xang akan dijadikan
fokus penelitian disertai dengan penjelasan ruang lingkup masalah, baik
keluasan maupun kedalamannya . Contoh
pembatasan masalah:
Tidak
semua masalah yang ada berdasarkan kepada identifikasi masalah di atas akan
diteliti. Melainkan dibatasi pada ruang
lingkup permasalahan hubungan antara pemahaman tentang pendidikan dengan sikap
untuk melenjutkan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi.
Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
untuk menghubungkan antara fakta-fakta atau konsep-konsep yang telah diketahui
dengan segala sesuatu, yakni diantaranya sanggup untuk menjelaskan, membedakan,
memberi contoh dan menyimpulkan.
Pendidikan
yang dinaksud meliputi ruang lingkup bahasan mengenai pengertian pendidikan,
pentingnya arti pendidikan, tanggung jawab pendidikan, partisipasi pendidikan,
tujuan pendidikan, jalur pendidikan dan jenjang pendidikan.
Yang
dimaksud dengan pemahaman tentang pendidikan adalah kemampuan seseorang
menghubungkan konsep-konsep (menjelaskan, membedakan, memberi contoh dan
menyimpulkan) tentang pengertian pendidikan, pentingnya arti pendidikan,
tanggung jawab pendidikan, partisipasi dalam pendidikan, tujuan pendidikan,
jalur pendidikan dan jenjang pendidikan dengan segala sesuatu dan situasi yang
terjadi dalam menangani pendidikan anak.
Sedangkan
yang dimaksud dengan sikap untuk melanjutkan pendidikan anak ke jenjang yang
lebih tinggi, adalah kecenderungan dari orang tua untuk mendukung atau tidak
mendukung, berbuat atau tidak berbuat dalam melanjutkan pendidikan anak ke
jenjang yang lebih tinggi, yang diketegorikan dalam tiga indikator, yaitu
kognisi, afeksi, dan konasi.
4. Perumusan Masalah
Setelah
masalah diidentifikasi dan dipilih, maka masalah tersebut harus dirumuskan.
Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesa nantinya, dan
dari perumusan masalah dapat menghasilkan topik penelitian atau judul dari
penelitian. Umumnya rumusan masalah harus dilakukan dengan kondisi sebagai
berikut:
- Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
- Rumusan hendaknya jelas dan padat
- Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
- Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesa
- Hindari rumusan masalah yang terlalu umum atau terlalu sempit, terlalu bersifat lokal atau terlalu argumentatif.
- Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian
Membuat
masalah dalam penelitian merupakan hal yang tidak mudah, dikarenakan:
- Tidak semua masalah di lapangan dapat diuji secara empiris
- Tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat mencari masalah
- Terkadang sipeneliti dihadapkan kepada banyak sekali masalah penelitian. Dan peneliti tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan.
- Adakalanya masalah cukup menarik, tetapi data yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut sulit diperoleh.
- Peneliti tidak tahu kegunaan spesifik yang ada dipikirannya dalam memilih masalah.
Contoh Perumusan
Masalah:
Berdasarkan
identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka perumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
“Apakah terdapat hubungan
antara pemahaman masyarakat tentang pendidikan dengan sikap untuk melanjutkan
pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi?”.
5. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian dengan
mengetengahkan indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian,
terutama yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.
Contoh
Tujuan Penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris mengenai ada atau
tidaknya hubungan antara pemahaman tentang pendidikan dengan sikap untuk
melanjutkan pendidikan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di
Kelurahan Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta
6. Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kalau tujuan penelitian
dapat tercapai dan rumusan masalah dapat terjawab secara akurat, maka sekarang
manfaatnya apa dari penelitian tersebut.
Contoh
manfaat penelitian:
Hasil dari penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. Masyarakat, agar lebih mengerti dan memahami betapa
penting dan bermanfaatnya pendidikan anak.
Sebab hanya
dengan semakin tinggi pendidikan, maka
derajat kehidupan dapat semakin ditingkatkan.
2. Pemerintah, agar lebih giat mengadakan pengarahan dan
bimbingan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan
3. Bidang penelitian, agar dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran dan bahan
perbandingan bagi penelitian selanjutnya dalam rangka penelitian pendidikan.
H. BAB II KAJIAN ATAU LANDASAN TEORI
1. Landasan Teori
Landasan
teori adalah teori-teori relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang
variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara
terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis) serta penyusunan instrumen
penelitian.
Teori-teori
yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat pakar atau ahli,
tetapi teori yang benar-benar telah teruji kebenarannya. Dalam kajian teori
juga perlu didukung hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya dan ada
kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Jumlah teori yang dikemukakan
tergantung pada variabel yang akan diteliti. Setelah diuraikan dan dikemukakan
kajian teori atau landasan teori yang mendukung kemudian variabel tersebut
dijabarkan menjadi dimensi-dimensi (sub variabel), kemudian menjadi
indikator-indikator dan diteruskan menjadi item-item pernyataan atau pertanyaan
penelitian (instrumen penelitian), yang merupakan bagian bab III metodologi
penelitian. Jadi kajian atau landasan teori menjadi landasan bagi si peneliti
dalam menyusun instrumen penelitian.
Contoh-contoh
landasan teori yang diuraikan menurut variabel dan dimensi (sub variabel) dan
indikator-indikatornya sebagai berikut.
Judul penelitiannya: ”Hubungan antara Karakteristik
Kepribadian Guru dalam Proses Belajar Mengajar dengan Motivasi Belajar siswa di SMAN 1 Jakarta tahun 2006”.
Kerangka atau
Landasan Teorinya:
a. Hakekat
Karakteristik Kepribadian Guru (Variabel Bebas Penelitian)
Sub
variabel karakteristik kepribadian guru menurut Reber (Syah, 1995:226-227)
kepribadian sebagai susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental
(pikiran, perasaan dan sebagainya) dengan aspek perilaku (perbuatan nyata).
Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu,
sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap. Kepribadian guru
dalam PBM meliputi dimensi:
1. Fleksibilitas Kognitif guru (sub variabel/dimensi
1.1 Sikap kognitif
guru terhadap siswa:
1.1.1 Menunjukan sikap demokratis (indikator)
1.1.2 Responsif terhadap kelas (indikator)
1.1.3 Memandang siswa sebagai fartner dalam
PBM (indikator)
1.2 Sikap kognitif
guru terhadap materi dan metode mengajar:
1.2.1 Menguasai materi pelajaran (indikator)
1.2.2 Menyusun dan menyajikan materi secara
sistematis (indikator)
1.2.3 Menggunakan metode mengajar yang
bervariasi (indikator)
1.2.4 Ketepatan dalam memilih metode mengajar (indikator)
2.
Keterbukaan psikologis guru (sub variabel/dimensi
2.1 Kemampuan berkomunikasi: mampu
berkomunikasi dengan orang lain (indikator)
2.2 Berempati: peduli akan masalah siswa dan terbuka
dalam memberikan bantuan (indikator)
3. Sifat-sifat
Pribadi (sub variabel/dimensi
3.1 Sabar (tidak cepat marah) (indikator)
3.2 Jujur (menggunakan kata-kata yang dapat dipercaya
untuk
mengungkapkan
hal yang sebenarnya (indikator)
3.3 Memiliki rasa humor (dapat menggunakan humor dalam
menciptakan situasi PBM yang menarik (indikator)
3.4 Ramah (menunjukkan perilaku simpatik) (indikator)
b. Hakekat Motivasi Belajar Siswa (Variabel Terikat
Penelitian)
Prayitno
(1989:8) menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi
yang menggerakan siswa untuk belajar, tetapijuga sebagai suatu yang mengarahkan
aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Motivasi belajar adalah dorongan dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki siswa. Mark dan Tombuch (Prayitno, 1989:8) mengumpamakan,
motivasi sebagai bahan bakar dalam berioperasinya mesin. Tidaklah menjadi
berarti betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau
bakat siswa dan materi yang diajarkan serta lengkapnya sarana belajar, namun
bila siswa tidak termotivasi dalam belajarnya, maka PBM tidak akan berlangsung
optimal. Motivasi belajar siswa meliputi dimensi:
1. Ketekunan
dalam Belajar (sub variabel/dimensi
1.1 Kehadiran di sekolah (indikator)
1.2 Mengikuti PBM di kelas (indikator)
1.3 Belajar di rumah (indikator)
2. Ulet dalam menghadapi kesulitan (sub variabel/dimensi
2.1 Sikap terhadap kesulitan (indikator)
2.2 Usaha mengatasi kesulitan (indikator)
3. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar (sub variabel/dimensi
3.1 Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran (indikator)
3.2 Semangat dalam mengikuti PBM (indikator)
4. Berprestasi dalam belajar (sub variabel/dimensi
4.1 Keinginan untuk berprestasi (indikator)
4.2 Kualifikasi hasil (indikator)
5. Mandiri dalam belajar (sub variabel/dimensi
5.1 Penyelesaian tugas/PR (indikator)
5.2 Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran (indikator)
2. Kerangka Berpikir
Kerangka
berpikir adalah penjelasan rasional dan logis tentang variabel-variabel
penelitian serta pola keterkaitan variaabel-variabel tersebut. Kerangka
berpikir atau kerangka pemikiran juga dapat diartikan dasar pemikiran dari
penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah
kepustakaan. Oleh karena itu, kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep
yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka
berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian.
Variabel-variabel penelitian dijelaskan secara mendalam dan relevan dengan
permasalahan yang diteliti, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menjawab
permasalahan penelitian.
Kerangka
berpikir juga menggambarkan alur pemikiran penelitian dan memberikan penjelasan
kepada pembaca mengapa ia mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam
hipotesis. Kerangka pemikiran yang baik yaitu apabila mengidentifikasikan
veriabel-variebel penting yang sesuai dengan permasalahan penelitian dan secara
logis mampu menjelaskan keterkaitan antar variabel. Hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat dijelaskan secara rinci dan masuk akal.
Kerangka
berpikir yang baik disusun berdasarkan lima elemen di bawah ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Umu Sekaran (1992:72):
a.
Variabel-variabel penelitian seharusnya diidentifikasi
secara jelas dan diberi nama
b. Uraian kerangka
berpikir seharusnya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan
satu dengan yang lainnya.
c. Jika
karakteristik atau sifat-sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan
penemuan dari penelitian sebelumnya, hal itu seharusnya menjadi dasar dalam
uraian kerangka berpikir apakah hubungan itu positif atau negatif.
d. Seharusnya
dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan antara
variabel itu ada. Argumentasi atas hal itu dapat digambarkan melalui
hasil-hasil penelitian sebelumnya.
e. Kerangka
pemikiran seharusnya digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga
pembaca dapat secara jelas melihat hubungan antar variabel.
3. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan
teori-teori yang dikemukakan, maka selanjutnya dapat digunakan untuk menysun
kerangka berpikir. Dengan kerangka berpikir ini selanjutnya dapat digunakan
untuk menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusam masalah yang diajukan peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori
atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya.
Hipotesis
penelitian harus dirumuskan dalam kalimat positif. Hipotesis tidak boleh
dirumuskan dalam kalimat bertanya, kalimat menyarankan atau kalimat
mengharapkan.
3.1 Konsep Hipotesis
Hipotesis secara etimologis berasal dari
bahasa Yunani, yakni “hupo” artinya sementara dan “thesis” artinya pernyataan
atau teori. Jadi hipotesis adalah jawaban atau pernyataan sementara yang masih
lemah kebenarannya, yang masih membutuhkan uji pembuktian. Menurut Kerlinger
(1996:18) hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variabel
atau lebih. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan
sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah.
Hipotesis penelitian adalah hipotesis
kerja (hipotesisi alternatif Ha atau H1), yaitu hipotesis yang dirumuskan untuk
menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang ada hubungannya
(relevan) dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan
data yang nyata di lapangan. Hipotesis alternatif (Ha) dirumuskan dengan
kalimat positif.
3.2 Macam-Macam Hipotesis Penelitian
Ada
tiga macam hipotesis penelitian, yaitu:
a.
Hipotesis Deskriptif, yaitu hipotesis yang tidak membandingkan dan
menghubungkan
dengan variabel lain atau hipotesis yang dirumuskan untuk menentukan titik
peluang, hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan taksiran.
Contoh:
Ø Kontribusi
layanan bimbingan dalam PBM (Proses belajar mengajar di SMA negeri 1 Jakarta
paling rendah 60% dari nilai ideal
Ø Tindakan
kepala sekolah dalam penegakkan disiplin di SMPN 1 Tegal paling tinggi 40% dari
nilai ideal.
b. Hipotesis
Asosiatif adalah hipotesis penelitian yang dirumuskan untuk
memberikan jawabaan pada permasalahan yang bersifat hubungan atau
mempengaruhi.
Contoh hipotesis bentuk hubungan:
Ø Ada
hubungan yang signifikan antara disiplin kerja guru dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan
prestasi belajar siswa kelas V bidang studi IPS Kabupaten Sumbawa Besar.
Ø Ada
hubungan yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan
berpikir logis dengan kemampuan menulis eksposisi di SMA 5 Tegal
Contoh hipotesis bentuk pengaruh:
Ø Ada
pengaruh yang signifikan antara penempatan dan kepuasan terhadap produktivitas
kerja guru PNS SMP di Kabupaten Tegal.
Ø Ada
pengaruh yang signifikan antara pembelajaran IPA dengan pendkatan topik dan
tematik terhadap peningkatan keterampilan berpikir rasional siswa SD kelas V di
Jakarta Selatan
c. Hipotesis Komparatif adalah hipotesis yang dirumuskan
untuk memberikan jaw`ban pada permasalahan yang bersifat membedakan.
Contoh:
Ø Terdapat
perbedaan etos kerja guru SMPN dengan SMP swasta di kota Tegal, bahwa etos
kerja guru SMPN lebih baik dari pada etos kerja guru SMP swasta
Ø Terdapat
komparasi siswa yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler dengan siswa biasa
dalam peningkatan hasil belajar di SMPN Semarang, bahwa siswa yang mengikuti
kegiatan ekstra kurikuler lebih baik dari pada siswa biasa
Berdasarkan
contoh hipotesis di atas, maka tampak jelas bahwa rumusan hipotesis penelitian
yang berupa hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha) merujuk pada tiga
tingkatan, yakni tingkat gambaran atau peluang terhadap keadaan satu variabel;
hubungan dan pengaruh antar dua variabel atau lebih; dan perbedaan antara dua
variabel atau lebih.
I. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode
penelitian menjelaskan tentang metode apa yang digunakan dalam penelitian.
Metode penelitian dapat berbentuk: metode penelitian survei, ex post facto, eksperimen, naturalistik, policy research (penelitian kebijakan), action research (penelitian tindakan), evaluasi dan sejarah.
a. Penelitian Survei
Kerlinger (1996) berpendapat bahwa
penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi,
dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian survei
biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang
tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila
digunakan sampel yang representatif. Contoh penelitian survei:
Ø Pengaruh
kemampuan dan motivasi kerja pegawai terhadap kualitas pelayanan masyarakat di
Dinas Pendikan Kota Tegal
Ø Hubungan
keterampilan dan pengetahuan siswa terhadap hasil belajar siswa di SD Jakarta
Selatan.
b. Penelitian Ex Post Facto
Sugiyono (1999) mengemukakan bahwa
penelitian ex post facto adalah suatu
penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan
kemudian melihat kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan logika dasar yang
sama dengan penelitian eksperimen, yaitu jika X, maka Y, hanya saja dalam
penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap variabel bebas. Misalnya:
ada penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan sebab-sebab terjadinya
keracunan makanan siswa SD di Bandung; Pemeriksaan bebas narkoba di SMP
sekabupaten Tasik Malaya; Terjadinya kesurupan siswa SMA gara-gara main
Jalangkung di Bali.
c. Penelitian Eksperimen
adalah
suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap
variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Dengan kata
lain, eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat
(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Contoh
penelitian eksperimen:
Ø Pengaruh
susu bubuk terhadap perkembangan bayi di Kota Malang
Ø Pengaruh
penggunaan metode pemberian tugas untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di
kelas VIII MTs 3 Jakarta.
d. Penelitian Naturalistik
Metode penelitian ini sering disebut
dengan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan
data dilakukan secara induktif (penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan-keadaan
yang khusus untuk diperlakukan secara umum). Hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari daripada generalisasi. Misalnya penelitian tentang:
Ø Model
pelatihan PNS jarak jauh
Ø Model
manajemen pendidikan di Indonesia
Ø Model
kepemimpinan kepala sekolah di Indonesia
Ø Pengembangan
model sistem kualitas MI di Jawa Barat
e.
Penelitian Kebijakan (Policy Research)
adalah
suatu proses penelitian yang dilakukan pada masalah-masalah sosial yang
mendasar, sehingga hasil temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat
keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan kasus-kasus di
tempat kerjanya. Contoh penelitian kebijakan:
Ø
Implementasi
kebijakan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas terhadap pelaksanaan MTs di
Indonesia
Ø
Implementasi
kebijakan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas siswa MTs N
se-Kabupaten Tegal
f.
Penelitian Tindakan (action Research)
Penelitian
tindakan adalah suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau kelompok yang
menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang
diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut dan kemudian, setelah sampai
pada tahap kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur
tersebut.
Tujuan
utama penelitian tindakan adalah untuk mengubah situasi, perilaku, organisasi
dan termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja, sarana dan prasarana dan
lingkungan sekitarnya. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien,
sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat
meningkat. Penelitian melibatkan peneliti dan pegawai untuk mengkaji
bersama-sama tentang kelemahan dan dukungan prosedur kerja, metode kerja, dan
alat-alat kerja yang digunakan selama ini dan selanjutnya mendapatkan metode
kerja baru yang dipandang paling efisien lalu diujicobakan, dievaluasi secara
terus menerus dalam pelaksanaannya sehingga sampai ditemukan metode yang paling
efisien untuk dilaksanakan. Contoh penelitian tindakan:
Ø
Perencanaan
prosedur kerja dalam rangka perbaikan mutu layanan pendidikan di SMK kota Tegal
Ø
Implementasi
kebijakan MBS untuk meningkatkan pelayanan siswa di MI kota
Bandung
g. Penelitian Evaluasi
adalah
suatu penelitian yang merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu
untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan, produk dengan standar dan program
yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi untuk
menjelaskan fenomena. Ada
dua jenis dalam penelitian evaluasi, yaitu penelitian evaluasi formatif yang
menekankan pada proses dan penelitian evaluasi sumatif yang menekankan pada
produk.
Hasil
dari penelitian evaluasi formatif adalah ingin mendapatkan umpan balik dari
suatu aktivitas dalam proses tersebut, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan
program atau produk tertentu. Sedangkan penelitian evaluasi sumatif hasilnya
menekankan pada efektivitas pencapaian program yang berupa produk tertentu.
Contoh penelitian evaluasi:
Ø
Analisis
peningkatan prestasi belajar siswa MA se-Kabupaten Brebes
Ø Evaluasi
implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan di MI se-Jakarta Pusat.
h. Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah berkenaan dengan
analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Penelitian
tidak mungkin lagi mengamati kejadian yang akan diteliti. Walaupun demikian
sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlibat langsung dalam kejadian
tersebut atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu.
Tujuan penelitian sejarah adalah untuk
merekonstruksi berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian
yang berlangsung di masa lalu secara sitematis dan objektif melalui pengumpulan
data, evaluasi, verifikasi dan sintesa data yang diperoleh, sehingga dapat
ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan. Penelitian sejarah
terutama dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang: mengapa hal itu
terjadi, kapan kejadian itu berlangsung, siapa pelaku-pelakunya, dan bagaimana
prosesnya. Contoh penelitian sejarah:
Ø Perkembangan
politik di Indonesia tahun 1998-2004
Ø Menyusuri
patung Ken Dedes di Candi Singosari malang.
2. Populasi dan Sampel
2.1. Populasi
Populasi
adalah objek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Berdasarkan
jenisnya populasi dapat dibedakan menjadi dua:
f.
Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas
batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Contoh: Jumlah
guru MI di kota Bandung 1.000 guru, jumlah 200 siswa yang mendapat bapak asuh
di Bogor, dan lain sebagainya.
g.
Populasi tak terbatas adalah sumber datanya tidak dapat
ditentukan batasan-batasannya, sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk jumlah. Contoh: Penelitian berapa liter pasang surut air laut pada bulan
purnama.
Berdasarkan
sifatnya, populasi dapat dibedakan menjadi dua:
- Populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif
- Populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2.2 Sampel
Sampel
adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti). Sampel
penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi. Karena tidak semua data dan informasi akan
diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan
menggunakan sampel yang mewakilinya. Dalam hal ini sampel harus representatif
di samping itu peneliti harus mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik
sampling dan karakteristik populasi dalam sampel.
Teknik
penarikan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang
representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus sedemikian rupa
sehiggna diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Ada dua
macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian:
a. Probability Sampling adalah teknik
sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Yang termasuk probaility sampling yaitu:
a.1 Simple random
sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan
menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi
tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen
(sejenis). Contoh:
Ø Jumlah
guru MA yang mengikuti penataran manajemen berbasis sekolah di kota Bandung
Ø Jumlah
siswa yang mendapatkan beasiswa di kota Tegal
a.2 Proportionate stratified random sampling
adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata
secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya
heterogen (tidak sejenis). Contoh:
Ø Jumlah
guru MI se-DKI Jakarta yang mengikuti seminar pendidikan:
a) Guru Bahasa Indonesia = 20 orang
b) Guru Bahasa Inggris = 25 orang
c) Guru PKn = 10 orang
d) Guru Matematika = 50 orang
e) Guru IPS = 30 orang
f) Guru IPA = 40 orang
Jumlah sampel yang diambil harus sama porsinya dengan jumlah guru sesuai
dengan bidang studi.
a.3 Dis
Proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari
anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi sebagian ada yang kurang
proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila anggota populasi
heterogen (tidak sejenis). Contoh:
Ø Jumlah
pegawai pada Dinas Pendidikan Kota padang:
a) Kepala Dinas Pendidikan = 1 orang
b) Kasubag Tata Usaha = 1 orang
c) Kepala seksi = 10 orang
d) Kepala Sub Seksi = 20 orang
e) Kepala Urusan = 15 orang
f) Kepala Cabang Dinas = 10 orang
Dari jumlah pegawai yang berasal dari Kepala Dinas Pendidikan = 1 orang
dan Kasubag Tata Usaha = 1 orang
tersebut diambil dijadikan sampel karena terlalu kecil bila dibandingkan dengan
staf lain.
a.4 Area
Sampling (Kluster Sampling) ialah teknik sampling yang dilakukan dengan
cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada. Contoh: Peneliti
akan melihat pelaksanaan MBS MI se-Indonesia. Karena wilayah cukup luas terdiri
dari 33 provinsi dan masing-masing berbeda kondisinya, maka peneliti mengambil
sampel dari MI tingkat provinsi, MI tingkat provinsi dari MI tingkat
Kabupaten/Kota, MI tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari MI tingkat Kecamatan, MI
tingkat Kecamatan terdiri dari MI tingkat kelurahan/Desa yang akan melaksanakan
MBS. Teknik untuk mendapatkan sampel
kluster mula-mula secara acak diambil sampel yang terdiri dari MI tingkat
provinsi, dari tiap MI tingkat provinsi dalam sampel disebut MI tingkat
provinsi sampel. Dari tiap MI tingkat Kabupaten/Kota dalam sampel disebut MI
tingkat Kabupaten/Kota sampel, secara acak diambil MI tingkat Kecamatan.
Banyaknya Kecamatan yang diambil dari MI tiap Kabupaten/Kota sampel mungkin
sama banyak mungkin pula berbeda. Setelah didapat MI tingkat Kecamatan sebagai
sampel. Kemudian dari tiap MI tingkat Kecamatan sampel secara acak diambil MI
tingkat Kelurahan/Desa, untuk mendapatkan MI tingkat Kelurahan/Desa sampel
selanjutnya dari tiap Desa sampel diambil secara acak.
b. Non-Probability Sampling
Adalah
teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota
populasi untuk dijadikan anggota sampel. Teknik non-probability sampling antara
lain:
b.1 Sampling Sistematis ialah
pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor
urut atau anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang
dengan urutan yang beragam.
Ø Jumlah
populasi 140 guru diberi nomor urut no.
1 s.d no. 140. pengambilan sampel dilakukan berdasarkan nomor genap (2,4.6
sampai 140) atau nomor ganjil (1,3.5 sampai 139).
b.2 Sampling Kuota
ialah teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Caranya menetapkan besar
jumlah sampal yang diperlukan, kemudian menetapkan jumlah (jatah yang
diinginkan), maka jatah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel
yang diperlukan. Contoh:
Ø Peneliti
ingin mengetahui informasi tentang penempatan karyawan yang tinggal di
perumahan Pondok Hijau, dalam kategori jabatan tertentu dan pendapatannya
termasuk kelas tertentu pula. Dalam pemilihan orangnya (pengambilan sampel)
akan ditentukan pertimbangan oleh peneliti sendiri atau petugas yang diserahi
mandat.
b.3 Sampling Aksidental
ialah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa
saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan
karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai
sampel (responden). Contoh:
Ø Peneliti
ingin mengetahui sejauh mana fluktuasi pemasaran buku Matematika yang dipakai
oleh siswa MTs, peneliti mengambil stand di toko Gramedia Jakarta. Cara
pengambilan sampe, yaitu membatasi jumlah sampel misalnya 100 orang, maka
setiap orang yang mampir di toko tersebut dan sesuai dengan karakteristik
penggunaan buku Matematika MTs itu dijadikan responden.
b.4 Purposive Sampling
(sampling pertimbangan) ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika
peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya
atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Hanya mereka yang ahli yang patut
memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan. Contoh:
Ø Peneliti ingin mengetahui model kurikulum MA
(plus), maka sampel yang dipilih adalah para guru yang ahli dalam bidang
kurikulum pendidikan dan manajemen pendidikan, masyarakat yang berpengalaman
dan para ahli di bidang pendidikan.
b.5 Sampling Jenuh
ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel
dan ddikenal juga dengan istilah sensus. Sampling jenuh digunakan bila
populasinya kurang dari 30 orang. Contoh:
Ø Akan
diadakan penelitian di laboratorium Bahasa Inggris SMA percobaan UPI Bandung
mengenai tingkat keterampilan percakapan para siswa yang akan dikirim ke
Amerika. Dalam hal ini populasi yang akan diteliti kurang dari 30 orang, maka
seluruh populasi dapat dijadikan sampel.
b.6 Snowball Sampling
yaitu teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel
(responden) mengajak para temannya untuk dijadikan sampel dan seterusnya
sehingga jumlah sampel semakin membengkak jumlahnya seperti bola salju yang
sedang mengelinding semakin jauh semakin besar. Contoh:
Ø Akan
diteliti siapa yang membocorkan rahasia soal UN tahun 2005. penelitian yang
cocok menggunakan samling ini biasanya metode penelitian kualitatif.
3. Menentukan Sumber Data
Sumber
data dalam penlitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila
peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber datanya disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila
peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda,
gerak, atau proses sesuatu. Peneliti yang mengamati tumbuhnya padi, sumber
datanya adalah padi, sedangkan objek penelitiannya adalah pertumbuhan padi.
Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang
menjadi sumber data, sedangkan isi catatan merupakan subjek penelitian atau
variabel penelitian. Jenis sumber data
ada dua, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer
adalah sumber data yang pengambilan datanya langsung oleh peneliti. Sedangan
sumber data sekunder adalah sumber data yang pengambilan datanya melalui tangan
kedua.
4. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Instrumen Penelitian
4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data adalah cara memperoleh atau mendapatkan data penelitian,
sehingga diperoleh data yang valid dan realibel yang mampu dijadikan dasar
untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam penelitian jangan semua teknik
pengumpulan data (angket, observasi, wawancara) dicantumkan kalau sekiranya
tidak dapat dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dari mencantumkan ketiga
teknik pengumpulan data itu adalah setiap teknik pengumpulan data yang
dicantumkan harus ada datanya. Memang untuk mendapatkan data yang lengkap dan
objektif penggunaan berbagai teknik sangat diperlukan, tetapi jika satu teknik
dipandang mencukupi, maka teknik lain tidak perlu digunakan dan tidak efisien.
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena data yang diperoleh akan
dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan.
4.2 Jenis Instrumen Penelitian
Instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatan mengumpulkan data. Ada
beberapa jenis instrumen penelitian:
a. Angket (Questionnaire) adalah pengumpulan
data berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan maksud
agar responden bersedia memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan atau sesuai
dengan permintaan peneliti. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi
yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila
responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian
daftar pertanyaan. Angket dibedakan menjadi dua jenis:
a.1 Angket terbuka yaitu angket
yang disajikan dalam bentuk pertanyaan/pernyataan di mana responden dapat
memberi isian/jawaban sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka
ini dipergunakan jika peneliti belum bisa menduga atau memperkirakan
kemungkinan alternatif jawabaan dari responden.
Contoh:
Bagaimana
pendapat saudara tentang lahirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
Latihan:
Buatlah angket
terbuka sesuai dengan masalah penelitian anda!
Angket terbuka:
……………………………………………………………………………………………………………………..
a.2 Angket tertutup yaitu angket
yang disajikan dalam bentuk pertanyaan/pernyataan dimana responden tinggal
mengisi/memilih jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang pada kolom
yang sesuai.
Contoh:
Pernakah anda
mengikuti penataran yang sesuai dengan mata pelajaran yang anda ajarkan?
a. pernah b. tidak pernah
a.3 Skala adalah instrumen pengumpul data
yang bentuknya seperti daftar cocok, tetapi alternatif yang disediakan
merupakan sesutu yang berjenjang.
Jenis skala ada
empat:
1.
Nominal atau kategorik: skala yang paling sederhana
disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan yang hanya sebagai
simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya.
Ciri-ciri skala nominal: hasil penghitungan dan tidak dijumpai bilangan
pecahan, angka yang tertera hany label saja, tidak mempunyai urutan (ranking),
tidak mempunyai ukuran baru dan tidak mempunyai nol mutlak. Contoh: Agama yang
dianut: Islam (1), Kristen (2), Hindu (3), Budha (4) dan lain-lain (5).
2.
Ordinal: skala yang didasarkan pada ranking diurutkan
dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah, atau sebaliknya. Contoh:
mengukur status sosial: kaya (1), sederhana (2) dan miskin (3)
3.
Interval: skala yang menunjukkan jarak antara satu data
dengan data yang lain dan mempunyai
bobot yang sama. Contoh: mengukur kualitas pelayanan: sangat puas (5), puas
(4), cukup puas (3), kurang puas (2), tidak puas (1)
4. Rasio:
skala pengukuran yang menunjukkan data perbandingan. Contoh:
tinggi pak Badrun 170 cm, sedangkan tinggi si Amat 85 cm, maka tinggi pak
Badrun dua kali tinggi si Amat.
Skala
Sikap adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian.
Macam-macam skala sikap:
a. Skala Likert: digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub
variabel, sub variabel dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat
diukur. Indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk
membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu
dijawab oleh responden. Contoh:
NO.
|
PERNYATAAN
|
ALTERNATIF JAWABAN
|
||||
SS
|
S
|
N
|
TS
|
STS
|
||
1.
|
Pedoman
pembuatan struktur organisasi dewan sekolah telah disosialisasikan
|
|
|
|
|
|
2.
|
Dinas
Pendidikan belum memiliki data sejumlah sekolah yang telah memiliki struktur
organisasi dewan sekolah
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Pernyataan Positif:
Sangat Setuju
(SS) skornya = 5
Setuju (S)
skornya = 4
Netral (N)
skornya = 3
Tidak Setuju (TS)
skornya = 2
Sangat Tidak
Setuju (STS) skornya = 1
Pernyataan Negatif:
Sangat Setuju
(SS) skornya = 1
Setuju (S) skornya = 2
Netral (N)
skornya = 3
Tidak Setuju
(TS) skornya = 4
Sangat Tidak
Setuju (STS) skornya = 5
b. Skala Guttman: adalah skala
yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas, tegas dan konsisten. Contoh:
Pernakah kepala
sekolah anda mengajak makan bersama?
1)
Pernah
2)
Tidak Pernah
c. Skala Diferensial Semantik: skala
perbedaan semantik yang berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua
kutub), seperti populer-tidak populer. Contoh:
Berilah tanda
(v) pada skala yang paling cocok dengan anda:
Hubungan peserta
diklat dalam satu kelas
Intim 5 4 3 2 1
Renggang
d. Rating Skala: berdasarkan skala pengukuran
Likert, Guttman, dan perbedaan semantik, data yang diperoleh adalah data
kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating skala adalah data mentah
yang didapat berupa data angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif.
Contoh:
NO
|
PERNYATAAN
TENTANG MENCIPTAKAN KELUARGA SEJAHTERA
|
INTERVAL
JAWABAN
|
||||
SB
|
S
|
CB
|
KB
|
STB
|
||
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1.
|
Pengaturan
keuangan keluarga
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pembagian
tugas rumah tangga
|
|
|
|
|
|
e. Thustone: skala yang meminta responden
untuk memilih pernyataan yang ia setuju dari beberapa pernyataan yang
menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Biasanya tiap item mempunyai asosiasi
nilai 1 sampai dengan 10, tetapi nilainya tidak diketahui oleh responden.
Pemberian nilai ini berdasarkan jumlah tertentu pernyataan yang dipilih oleh
responden tersebut.
Contoh:
Merekrut calon
dosen Fakultas Kedokteran UI. Tolong pilihlan 5 dari 10 pernyataan yang sesuai
dengan persepsi saudara:
1. Saya memilih
pekerjaan dosen karena pekerjaan yang mulia dan terhormat untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan
2.
Bila saya seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran, saya
akan mengusulkan agar mahasiswa memakai simbol-simbol tertentu yang dapat
dibanggakan
3.
Saya merasa tersanjung bila saya lebih memiliki kemampuan
dalam mengajarkan sesuatu daripada menguasai bidang studi saja
4.
Apa yang bisa dibanggakan seorang dosen, bila gaji hanya
pas-pasan
5.
Senangnya jadi dosen apabila berhasil mendemonstrasikan
pelajaran kepada mahasiswa yang menghadapi kesulitan di Lab.
6.
Sebagai dosen, saya bangga karena dosenlah sebagai
pewaris ilmuwan
7. Semestinya
gaji dosen lebih besar daripada gaji pegawai lain
8. Apakah
perlu dosen berbangga diri atas keberhasilan mahasiswa karena dosen sendiri sering
tidak pernah merasa diawasi oleh dekannya
9. Sebaiknya
dosen membimbing saya dengan sepenuh hati memberikan keilmuannya, karena jika
saya menjadi dosen pembimbing nanti akan mewarisi ilmunya
10. Jika
saya mahasiswa Fakultas Kedokteran, saya akan menyembunyikan identitas saya
Berdasarkan
pernyataan item di atas, dapat dianalisis dengan cara sebagai berikut:
Peneliti
memberikan kunci jawaban dan penilaian yang akurat.
No.
Item
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Nilai
|
10
|
7
|
6
|
2
|
8
|
9
|
4
|
3
|
5
|
1
|
Nilai
Tertinggi: 6+7+8+9+10 = 40----40 : 5 = 8
|
||||||||||
Nilai
terendah: 1+2+3+4+5 = 15----15 : 5 =
3
|
Memberikan
nilai sesuai dengan jawaban responden dan menghitung hasil rekapitulasi data
responden:
Misalnya: Agus
(nama responden menjawab)
No.
Item
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Jawaban
Responden
|
V
|
V
|
|
|
V
|
V
|
|
|
V
|
|
Nilai
|
10
|
7
|
|
|
8
|
9
|
|
|
5
|
|
Perhitungan:
10+7+6+8+9 = 39
Nilai: 39:5 =
7,8
|
||||||||||
Kesimpulan:
Nilai 7,8 dari Agus adalah mempunyai rsepon yang tinggi untuk menjadi dosen
|
b. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data
yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari responden dengan
mewawancarainya. Wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari
responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Jenis-jenis
wawancara:
b.1 Wawancara Terstuktur: wawancara yang
daftar pertanyaannya disusun secara terperinci dan urut sehingga pewawancara
tidak akan menanyakan lain daripada yang sudah ditentukan.
b.2 wawancara tidak terstruktur: wawancara yang
hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan, sehingga kreatifitas dan seni
pewawancara sangat diperlukan untuk mewawancarai responden agar dapat
mengungkap masalah, jenis ini sangat cocok untuk penelitian kualitatif.
c. Observasi: teknik pengambilan data dengan
cara mengamati/mengobservasi secara langsung perilaku atau kejadian yang
digambarkan akan terjadi atau muncul. Contohnya: guru akan mengamati kerja sama
siswa dengan kelompoknya dalam pelaksanaan diskusi.
d. Dokumentasi: teknik pengumpulan data untuk
variabel atau hal-hal yang berupa catatan, buku, dartar nilai, leger, surat
kabar, prasasti, notulen rapat dan sebagainya .
e. Test: serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Ada beberapa macam tes:
e.1 Tes Kepribadian: tes yang
digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang
e.2 Tes Bakat: tes yang digunakan untuk mengukur
bakat seseorang
e.3 Tes Prestasi: tes yang
digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu
e.4 Tes intelegensia: tes yang
digunakan untuk membuat penaksiran atau perkiraan terhadap tingkat intelektual
seseorang.
5. Penyusunan Instrumen
Pada
penelitian kuantitatif, umumnya peneliti menggunakan instrumen (alat ukur) untuk
mengumpulkan data. Sedangkan penelitian kualitatif (naturalistik) peneliti
lebih banyak menjadi instrumen (human instruments), sebab dalam penelitian
kualitatif peneliti merupakan kunci dari instrumen itu sendiri (key
instruments).
Instrumen
penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Jumlah instrumen
yang akan digunakan tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti.
Instrumen penelitian ada yang dibuat oleh peneliti dan ada juga yang sudah
dibakukan oleh para ahli.
Dalam
menyusun instrumen penelitian harus diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen,
yaitu sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti
dengan sumber data, metode yang digunakan dan instrumen yang disusun. Manfaat
kisi-kisi:
a.
Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang
jenis instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun.
b.
Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun
instrumen karena kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan
butir-butir.
Ada dua macam
kisi-kisi:
- Kisi-kisi Umum: kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan semua variabel yang akan diukur, dilengkapi dengan semua kemungkinan sumber data, semua metode, dan instrumen yaang mungkin dapat dipakai.
- Kisi-kisi Khusus: kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan rancangan butir-butir yang akan disusun untuk sesuatu instrumen.
Contoh kisi-kisi umum:
Variabel
Penelitian
|
Sumber Data
|
Metode
|
Instrumen
|
Kualitas Guru
Mengajar
|
- Guru sebagai
pelaku
- Kegiatan
- Siswa yang
mengalami
|
- Wawancara
- Pengamatan
- Angket
|
- Pedoman
wawancara
- Ceklis
- Angket
|
Kualitas Siswa
Belajar
|
- Siswa sebagai
pelaku
- Kegiatan
- Guru yang
menangani
|
- Angket
- Pengamtan
- wawancara
|
- Angket
- Ceklis
- Pedoman
wawancara
|
Contoh kisi-kisi khusus:
VARIABEL
|
DIMENSI
|
INDIKATOR
|
NO. ITEM
|
Kepribadian
Guru
|
Fleksibilitas kognitif guru:
- terhadap siswa
- terhadap materi dan metode
mengajar
|
- menunjukkan
perilaku
demokratis
- responsif thd
siswa
- memandang
siswa sbg fartner
dalam PBM
- menguasai
materi pelajaran
- menyusin dan
menyajikan
materi secara
sistematis
- metode
bervariasi
- ketepatan
memilih metode
|
1,2,3,4,5,6,7,8
9,10 dst.
20,21,22,23,24
25,26, dst.
|
Motivasi Belajar Siswa
|
Ketekunan dalam belajar
|
- kehadiran di
sekolah
- mengikuti
PBM
- Belajar di
rumah
|
Item
positif = 1,3,5, dst
Item
negatif =
2,4,6
dst
|
6. Analisis Data
Setelah
data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka segera dilakukan analisis
data. Langkah-langkah analisis data secara garis besar adalah:
- Persiapan :
Ø Mengecek
nama dan kelengkapan identitas responden
Ø Mengecek
kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data
Ø Mengecek
macam isian data
- Tabulasi :
Ø Memberi
skor terhadap item-item yang perlu diberi skor, misalnya: tes, angket, dsb.
Ø Memberi
kode terhadap item-item yang tidak diberi skor: jenis kelamin, laki-laki diberi
kode 1 dan perempuan diberi kode 0.
Ø Mengubah
jenis data disesuaikan dengan teknik analisis yang digunakan
- Penerapan Data sesuai dengan Pendekatan Penelitian
Ø Chi-Kuadrat
, digunakan untuk mengadakan pendekatan dari beberapa faktor atau mengevaluasi
frekuensi yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi dengan frekuensi yang
diharapkan dari sampel apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan
atau tidak. Contoh judul penelitiannya:perbedaan antara siswa SMA, SMK dan MA
dalam pelaksanaan UN.
Ø Korelasi
Spearman Rank; digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang berskala ordinan,
mengetahui tingkat kecocokan dari dua variabel terhadap grup yang sama,
mendapatkan validitas empiris. Contoh judul penelitiannya: hubungan antara
motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.
Ø Korelasi
Pearson Product Moment; digunakan untuk data interval dan rasio dengan
persyaratan tertentu. Misalnya : data dipilih secara acak, datanya brdistribusi
normal, data yang dihubungkan berpola linier, dan data yang dihubungkan
mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subyek yang sama. Contoh judul
penelitiannya: hubungan partisipasi orang tua siswa terhadap pelaksanaan MBS.
J. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada
bagian ini memuat penjelasan tentang apa, bagaimana, dan mengapa hasil
penelitian ini diperoleh. Dijelaskan pula hasil penelitian yang telah diolah dari
data mentah dengan mempergunakan data deskriptif, seperti median, rata-rata,
modus, standar deviasi, varians, dan penyajian data dalam bentuk distribusi
yang disertai grafik histogram untuk setiap variabel kalau ada.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Melakukan pembahasan lebih lanjut
terhadap analisis data. Dilakukan pembahasan mengenai pendapat peneliti setelah
dibandingkan teori dengan penerapan dari teori tersebut dalam bentuk uraian.
K. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan
sering disalah artikan dengan ringkasan/hasil. Padahal kesimpulan adalah
penyimpulan yang ditarik atas dasar pembahasan dari hasil atau temuan
penelitian atau abstraksi dari hal-hal pokok temuan dan mengacu pada tujuan
penelitian.
Sebagai
acuan dalam penyusunan kesimpulan hendaknya peneliti: (1) memahami penelitian
secara keseluruhan sebagai suatu sistem; (2) memahami tujuan penelitian yang
akan dicapai; (3) membedakan antara temuan penelitian dan kesimpulan; (4)
lenarik kesimpulan dari hasil pembahasan terhadap temuan; dan (5) memiliki cara
berpikir tertib, teratur dan terarah.
Secara
singkat kesimpulan harus berdasarkan/didukung dengan data/temuan. Pengambil
kesimpulan tidak bisa menyimpulkan berdasarkan persepsinya sendiri, tidak
berdasarkan data temuan.
2. Saran
Saran
yang diajukan harus berhubungan dengan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu
saran harus didahului dengan uraian yang merupakan argumentasi saran yang
diajukan. Saran bisa diajukan kepada pemerintah, atau lembaga, kelompok
masyarakat yang relevan, atau saran penelitian lanjutan serta anjuran penggunaan
hasil penelitian.
L. TEKNIK PENULISAN HASIL PENELITIAN (MENULIS LAPORAN
PENELITIAN
Laporan penelitian adalah uraian
tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses kegiatan penelitian.
Sistematika laporan penelitian kuantitatif:
Bagian Awal:
Halaman
sampul
Halaman judul
Abstrak
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar gambar
Daftar lampiran
Daftar lainnya
Bagian Inti:
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
- Identifikasi Masalah
- Pembatasan Masalah
- Perumusan Masalah
- Manfaat Penelitian
BAB II
KERANGKA ATAU LANDASAN TEORI
A.
Deskripsi Teoritis
B.
Kerangka Berpikir
C.
Pengajuan Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
C.
Metode penelitian
D.
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
E.
Instrumen Penelitian
F.
Teknik Analisis data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi Data
B.
Pengujian Hipotesis Penelitian
C.
Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Sistematika laporan penelitian kualitatif:
Bagian Awal:
Halaman
sampul
Halaman judul
Abstrak
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar gambar
Daftar lampiran
Daftar lainnya
Bagian Inti:
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Konteks penelitian/Latar Belakang Masalah
B.
Fokus Penelitian/Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penelitian
D.
Landasan Teori
E.
Kegunaan Penelitian
BAB II METODE
PENELITIAN
- Pendekatan dan Jenis Penelitian
- Kehadiran Peneliti
- Lokasi Penelitian
- Sumber Data
- Prosedur Pengumpulan Data
- Analisis Data
- Pengecekan Keabsahan Temuan
- Tahap-Tahap Penelitian
BAB III PAPARAN
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Pustaka Acuan
Arikunto, Suharsimi, (1998), Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineke Cipta.
____________, (2003), Manajemen
Penelitia, Jakarta: Rineka Cipta.
Ary, D., Jacobs, LC., dan Razavieh, (1982), Pengantar penelitian dalam Pendidikan. Alih Bahasa oleh Arief
Furchan, Surabaya: Usaha Nasional
Bogdan, Robert,
(1982), Qualitative Research for
Education: An Introduction to Theory and Methods, Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Hadjar, Ibnu, (1996),
Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakararta: Grafindo Persada.
Hasan,
Iqbal, (2004), Analisis Data Penelitian
dengan Statistik, Jakarta:
Bumi Aksara.
J.
Moleong, Lexy, (1988), Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung:
Remaja Rosda Karya
Mulyana,
Deddy, (2003), Metodologi Penelitian
Kualitatif, Bandung:
Rosda Karya.
Riduwan,
(2003), Dasar-Dasar Statistika, Bandung: Alfabeta.
_________,
(2004), Belajar Mudah Penelitian, Bandung: Alfabeta.
________,
(2004), Statistika untuk lembaga dan Instansi
Pemerintah/Swata, Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, (2006), Metode
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar