Salah satu model pembelajaran yang menjadi andalan dalam pembelajaran sain adalah inquri. Pembelajaran berbasis inquiri (inquiry-base instruction)
adalah pembelajaran yang menggunakan langkah-langkah ilmiah sebagai
skenario pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini menguasai konsep
pengetahuan melalui upaya menjawab pertanyaan melalui. Upaya dilakukan
melalui proses eksplorasi, pengolahan data dan menyusun kesimpulan.
Inquiri (Inquiry)
didefinisikan sebagai sebuah pencarian kebenaran, informasi/
pengetahuan, atau pencarian informasi dengan cara mempertanyakan dan
melakukan upaya menjawab pertanyaan dimaksud. Alfred Novak (Haury, 1993) mendefinikan bahwa inquiry
merupakan usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional
fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain,
inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif pencarian
pengetahuan untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).
Pada dasarnya iquiri
adalah perilaku yang melekat erat pada sifat manusia. Setiap orang
melakukan proses inquiri sejak ia lahir sampai meninggal. Hal itu sangat
nyata meskipun tidak menyadarinya. Seorang bayi misalnya, melakukan
inquiri ketika mengenali wajah yang mendekat, memegang objek, meletakkan
benda di mulut, dan menoleh kea rah suara. Demikian juga pada
anak-anak. Dalam benak mereka selalu timbul pertanyaan dan diikuti oleh
upaya untuk menjawabnya. Ketika seorang anak umur 4 tahun melihat
sebuah mainan maka ia ingin sekali mengetahui seperti apa mainan
tersebut dan selalu ingin membongkarnya sebagai upaya mengetahuinya.
Tidak heran kalau pada usia tersbut mainan jarang awet. Seiring
meningkatnya usia anak, semakin banyak pula pertanyaan mengenai fenomena
yang ditemui dalam keseharian. Sayangnya ketika anak tumbuh lebih besar
upaya untuk menjawab pertanyaan terhambat dengan kekhawatiran dan
keterbatasan. Ketika seorang siswa usia 12 tahun ingin tahu mengapa
telivisi dapat menayangkan gambar hidup, mereka terbentur oleh
keterbatasan kemampuan dan sarana untuk mengetahuimnya. Ketika hal ini
sering terjadi maka kemampuan melakukan inquiri pada anak-anak kurang
berkembang hingga dewasa. Dengan alas an itulah maka inquiri harus
dijadikan model utama khususnya dalam pemblajaran sain.
Melalui
model inquiri siswa dilatih untuk menerapkan proses ilmiah. Mereka
harus mengambil kesimpulan sendiri berdasarkan hasil olah data yang
diperolehnya. Dalam model ini siswa dilatih untuk memahami sesuatu
secara mendalam dengan cara menemukannya sendiri. Dengn menemukan
sendiri siswa tidak sekedar belajar untuk mengingat melainkan
memahaminya.
Menurut National Science Education Standards (Sebuah Standar Pendidikan Sain di Amerika) inquiry instruction
adalah sebuah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam sebuah kegiatan
mempertanyakan, analisis data, dan berpikir kritis. Dalam sebuah dokumen
disubutkan: "Students
at all grade levels and in every domain of science should have the
opportunity to use scientific inquiry and develop the ability to think
and act in ways associated with inquiry, including asking questions,
planning and conducting investigations, using appropriate tools and
techniques to gather data, thinking critically and logically about
relationships between evidence and explanations, constructing and
analyzing alternative explanations, and communicating scientific
arguments" (NRC 1996, p. 105). Dalam dokumen tersebut ditegaskan
bahwa dalam pembelajaran inquiri siswa semua tingkatan mendapatkan
kesempatan untuk berlatih penelitian untuk mengembangkan kemempauan
berpikir dan berperilaku ilmiah termasuk didalamnya mengajukan
pertanyaan, merencanakan dan melakukan penelitian, menggunakan alat dan
teknik pengumpul data, berpikir kritis, berpikir logis mengenai hubungan
antar bukti dan penejelasan, membangun dan menganalisis penjelasan
serta mengkomunikasikan argumen secara ilmiah.
Model
pembelajaran Inquiri merupakan sebuah kegiatan belajar dimana siswa
menjawab pertanyaan penelitian melalui metode ilmiah. Kegiatan inquiri
yang paling otentik adalah ketika isiswa menjawab pertanyaan yang
diajukan sendiri melalui analisis data yang dikumpulkannya sendiri
secara independent. Meskipun begitu masih tergolong inquiri ketika
kegiatan berbentuk menjawab pertanyaan dan mengloha data yang telah
tersedia, sepanjang siswa tetap melakukan analisis dan merumuskan
kesimpulan secara mandiri. Jadi cirri utama pembelajaran inquiri adalah
pada kegiatan analisis data yang diperoleh melalui kegiatan esplorasi.
Ciri model pembelajaran inquiri
Model
inquiri mengarah ke pembelajaran yang menggunakan materi ajar sebagai
sebuah kendaraan untuk membangun kemampuan ilmiah. Model inquiri
bersifat student centered dan guru bertindak sebagai fasilitator belajar. Model ini menekankan kepada how we come to know (bagaimana cara mengetahuinya); bukan kepada what we know (apa yang harus diketahui). Dalam model ini siswa terlibat dalam mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan dalam belajar.
Randy L. Bell, Lara Smetana dan Ian Binns (Haury, 1993), menegaskan bahwa pertanyaan petama
yang harus diajukan untuk menentukan bahwa sebuah pembelajaran dapat
digolongkan inquiri atau tidak adalah: Apakah siswa menjawab pertanyaan
penelitian melalui proses analisis data? Kalau jawabannya “ya” berarti
kegiatan dapat digolongkan pembelajaran berbasis inquiri. Kalau tidak
maka belum dapat digolongkan pembelajaran berbasis inquiri. Pembelajaran
dalam bentuk kegiatan penelitian yang hanya berbentuk kajian pustaka
atau brosing informasi melalui internet belum dapat dikatakan
pembelajaran berbasisi inquiri. Dalam pembelajaran tersebut siswa hanya
mengumpulkan informasi namun tidak melakukan analisis data untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan.
Perbedaan
penting antara model pembelajaran inquiri dengan yang lainnya antara
lain, pada model pembelajaran lain lebih cenderung kepada learning about things (belajar tentang sesutu); sedangkan pada model pembelajaran inquiri pembelajaran cenderung kearah learning things (mempelajari sesutu). Cara lain untuk membedakan keduanya adalah melalui kalimat thinking what (berpikir apa) sebagai kebalikan dari thinking how (berpikir bagaimana). Pembelajaran Inkuiri cenderung pada thinking how.
Beberapa ciri dari model pembelajaran inquiri dapat dilihat dalam rincian berikut:
a. Siswa
berpandangan bahwa dirinya sebagai pemelajar . Mereka menampakkan sikap
semangat, berupaya untuk bekerja sama baik dengan guru maupun dengan
teman, lebih percaya diri dalam belajar, menampakkan kehendak untuk
memperbaharui ide dan berani mengambil risiko dan selalu skeptis.
b. Siswa
selalu menerima inovasi dalam belajar dan memiliki keinginan untuk
selalu terlibat dalam proses esplorasi. Siswa selalu bergerak,
menggunakan bahan dan materi yang tersedia, selalu berdialog dengan
orang lain, serta selalu mencoba ide berbeda.
c. Siswa
mengajukan pertanyaan, mengusulkan penjelasan dan menggunakan teknik
pengamatan kritis untuk mengumpulkan fakta, menyambungkan ide satu
dengan lainnya.
d. Siswa
merancang rencana dan melaksanakan kegiatan belajar. Mereka merancang
prosedur untuk menguji ide dengan cara menggunakan bahan-bahan,
mengobservasi, mengumpulkan data, mengolah data, memutuskan mana yang
penting dan mana yang tidak, melihat persamaan dan perbedaan dan
menyusun kesimpulan.
e. Siswa
berkomunikasi menggunakan berbagai metode. Mereka menyatakan ide
malalui berbagai cara termasuk jurnal, gambar, laporan, gerafik dan
lainnya. Mereka mendengarkan, berbicara dan menuliskan ppeoses dan hasil
belajar dengan orang tua, guru, taman dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.
f. Siswa
mengkritisi cara belajar dengan cara mengenali dan mendiskusikan
kekuatan dan kekurangn serta melakukan refleksi bersama guru dan teman.
Jenis Inquiri
Menurut
Herron (1971), ada empat tingkatan inquiri. Tingkatan ini didasarkan
kepada intensitas belajar yang dialami oleh siswa. Keepat tingkatan
dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Confirmation/Verification –
siswa menegaskan prinsip melalui kegiatan yang telah ditentukan.
Tingkatan ini dilakukan ketika prinsip yang harus dipelajari akan
dilanjutkan kemudian di tingkat berikutnya.
b. Structured Inquiry –
siswa melakukan penelitian menggunakan prosedur yang ditentukan guru
untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah disediakan.
c. Guided Inquiry - siswa melakukan penelitian menggunakan prosedur yang dirancang sendiri untuk menjawab pertanyaan yang telah disediakan guru.
d. Open Inquiry – siswa merumuskan sendiri pertanyaan penelitian dan merancang proseduru sendiri untuk menjawabnya.
Penjelasan di atas dapat dinyatakan dalam tabel What is given to the learner sebagai berikut:
Tingkat Inquiri
|
Pertanyaan
|
Prosedur
|
Hasil
|
0
|
X
|
X
|
x
|
1
|
X
|
X
|
-
|
2
|
X
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
DAFTAR PUSTAKA
Atherton J S, Learning and Teaching; Assimilation and Accommodation [On-line] UK: Available: http://www.learningandteaching.info/learning/assimacc.htm Accessed: 22 August 2010.
Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L. (1990). Selecting Procedures for Improving the Science Curriculum. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for
Haury,
L. David. (1993). Teaching Science Through Inquiry. Columbus, OH: ERIC
Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education.
(ED359048)
Inquiry-Based Science, What Does It Look Like? Connect Magazine. Majalah yang diterbitkan Maret-April 1995.
Instructional Strategy Online, http://olc.spsd.sk.ca/de/pd/instr/index.html
Joice, Bruce; Well, Marsha and Calhoun, Emily, Models of Teaching,Pearson. Boston: Prantica Hall, 2000.
Lawson,A.E. Science Teaching and The Development of Thinking. California :Wadswort 1995.
National Research Council (NRC). 2000. Inquiry and the national science education standards: A guide for teaching and learning. Washington, DC: National Academy Press.
Randy L. Bell, Lara Smetana, and Ian Binns. Simplifying Inquiry Instruction, The Science Teacher October 2005, p. 30-33. http://www.sxi.sbc.edu/Simplifying_Inquiry_Instruction.pdf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar