Sabtu, 21 September 2013

DOMAIN PSIKOMOTORIK

Menurut Simson (1972) kemampuan psikomotor termasuk gerakan, koordinasi dan keterampilan fisik. Perkembangan kemampuan tersebut membutuhkan latihan berulang. Menurut Dick and Carey (2005: 42)[1] sebuah kegiatan dapat digolongkan sebagai psikomotorik apabila eksekusinya menggunakan gerakan otot tanpa atau menggunakan peralatan. Kemampuan psikomotorik diukur dalam besaran kecapatan, akurasi (ketepatan), jarak, kekuatan dan kelenturan dalam melakukan gerakan sesuai dengan prosedur atau teknik pelaksanaan. Kegiatan yang termasuk kemampuan psikomotorik diantaranya: keterampilan menggunakan peralatan laboratorium IPA, kursus keterampilan vokasional sepertimenjahit, mengukir, membuat gerabah dan sebagainya; pendidikan olah raga, gerakan beribadah, latihan menggnakan peralatan seperti computer, kamera, alat musik dan seni pertinjukkan seperti menari, melukis dan sejenisnya.
Melemparkan bola baseball merupakan kemampuan psikomotor yang membutuhkan tenaga, kecepatan, akurasi dan kelenturan otot. Kemampuan ini harus dilatih berulang untuk dapat melakukannya dengan baik. Demikian juga kemampuan memegang kamera untuk memperoleh gambar yang jelas dari benda yang bergerak. Beda lagi dengan memprogram tatanyala lampu panggung agar berganti secara otomatis dengan cara menekan tombol-tombol tertentu. Kegiatan tersebut lebih cenderung atau dominan membutuhkan kemampuan kognisi.
Dalam mata pelajaran bahasa banyak yang mengelompokkan kemampuan menulis sebagai psikomotorik. Sebenarnya kemampuan tersebut lebih banyak masuk kedalam domain kognisi kategori aplikasi. Menuliskan kalimat lebih banyak melibatkan mental seperti kognisi mengeksplorasi ide, memilih kalimat, dan menerapkan konsep kalimat. Ada aspek psikomotornya, yaitu menggunakan otot tangan, tapi yang diukur dalam kemampaun menulis bukan keterampilan ototnya tapi aspek lain seperti struktur kalimat, penggunaan kosa kata, dan ide yang terkandung dalam kalimat. Boleh saja kemampuan menulis dikelompokkan kedalam domain psikomotorik tapi yang diukur misalnya kecepatan menulkis atau daya tahan tangan dalam menulis.
Kadang para pendidik menganggap bahwa setiap kegiatan praktek termasuk spikomotorik. Anggapan tersebut tidak tepat karena banyak praktek yang tidak dominan menggunakan otot. Misalnya praktek berpidato, praktek berbicara dalam bahasa asing,  praktek membuat puisi. Kelompok kompetensi yang ini juga cenderung tidak termasuk kemampuan psikomotorik melainkan kemampuan kognisi pada kategori penerapan.
Ada beberapa taksonomi kemampuan psikomotorik. Diantaranya yang disusun oleh Simson tahun 1972, Anita Harrow tahun 1972 dan HR. Dave’s tahun 1975. Dari ketiga taksonomi tersebut yang paling sesuai untuk desain pembelajaran anak-anak adalah taksonomi dari HR. Dave.
 
Taksonomi Dave’s terdiri dari lima kategori dari yang tingkat pemulai ke yang paling piawai seperti yang Nampak dalam piramida disamping. Penjelasan singkat dan kata kuci dari kelimta kelima kategori tersbut adalah sebagai berikut.
  1. Imitasi – meniru gerakan yang dilakukan oleh orang lain. Contoh: peserta didik meniru gerakan menendang bola gurunya.
  2. Manipulasi – melakukan gerakan berbeda dengan yang diajarkan. Contoh: peserta didik melakukan gerakan menendang bola dengan gaya sendiri, tidak lagi persis yang dicontohkan.
  3. Presisi – melakukan gerakan yang tepa atau akurat. Contoh: peserta didik menendang bola lebih terarah dan tepat sasaran.
  4. Artikulasi – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan beberapa hal yang hasilnya sebuah harmoni. Contoh: peserta didik menendang bola indah dengan gerakan melengkung (gerakan pisang).
  5. Naturalisasi – gerakan yang berkualitas menjadi bagian dari dirinya yang ketika dilakukan terjadi secara reflek. Contoh: peserta didik nampak sudah biasa menendang bola secara terarah, akurat dan indah sepeti layaknya seorang pesepak bola bertarap professional.


[1] Wlater Dick, Lou Carey dan James O Carey. The Systematic Design of Instruction (Sixth Edition). New Yirk: Pearson. 2005. P. 42.

Tidak ada komentar: