Menurut
Simson (1972) kemampuan psikomotor termasuk gerakan, koordinasi dan
keterampilan fisik. Perkembangan kemampuan tersebut membutuhkan latihan
berulang. Menurut Dick and Carey (2005: 42)[1]
sebuah kegiatan dapat digolongkan sebagai psikomotorik apabila
eksekusinya menggunakan gerakan otot tanpa atau menggunakan peralatan.
Kemampuan psikomotorik diukur dalam besaran kecapatan, akurasi (ketepatan), jarak, kekuatan dan kelenturan
dalam melakukan gerakan sesuai dengan prosedur atau teknik pelaksanaan.
Kegiatan yang termasuk kemampuan psikomotorik diantaranya: keterampilan
menggunakan peralatan laboratorium IPA, kursus keterampilan vokasional
sepertimenjahit, mengukir, membuat gerabah dan sebagainya; pendidikan
olah raga, gerakan beribadah, latihan menggnakan peralatan seperti
computer, kamera, alat musik dan seni pertinjukkan seperti menari,
melukis dan sejenisnya.
Melemparkan
bola baseball merupakan kemampuan psikomotor yang membutuhkan tenaga,
kecepatan, akurasi dan kelenturan otot. Kemampuan ini harus dilatih
berulang untuk dapat melakukannya dengan baik. Demikian juga kemampuan
memegang kamera untuk memperoleh gambar yang jelas dari benda yang
bergerak. Beda lagi dengan memprogram tatanyala lampu panggung agar
berganti secara otomatis dengan cara menekan tombol-tombol tertentu.
Kegiatan tersebut lebih cenderung atau dominan membutuhkan kemampuan
kognisi.
Dalam
mata pelajaran bahasa banyak yang mengelompokkan kemampuan menulis
sebagai psikomotorik. Sebenarnya kemampuan tersebut lebih banyak masuk
kedalam domain kognisi kategori aplikasi. Menuliskan kalimat lebih
banyak melibatkan mental seperti kognisi mengeksplorasi ide, memilih
kalimat, dan menerapkan konsep kalimat. Ada aspek psikomotornya, yaitu
menggunakan otot tangan, tapi yang diukur dalam kemampaun menulis bukan
keterampilan ototnya tapi aspek lain seperti struktur kalimat,
penggunaan kosa kata, dan ide yang terkandung dalam kalimat. Boleh saja
kemampuan menulis dikelompokkan kedalam domain psikomotorik tapi yang
diukur misalnya kecepatan menulkis atau daya tahan tangan dalam menulis.
Kadang
para pendidik menganggap bahwa setiap kegiatan praktek termasuk
spikomotorik. Anggapan tersebut tidak tepat karena banyak praktek yang
tidak dominan menggunakan otot. Misalnya praktek berpidato, praktek
berbicara dalam bahasa asing, praktek
membuat puisi. Kelompok kompetensi yang ini juga cenderung tidak
termasuk kemampuan psikomotorik melainkan kemampuan kognisi pada
kategori penerapan.
Ada
beberapa taksonomi kemampuan psikomotorik. Diantaranya yang disusun
oleh Simson tahun 1972, Anita Harrow tahun 1972 dan HR. Dave’s tahun
1975. Dari ketiga taksonomi tersebut yang paling sesuai untuk desain
pembelajaran anak-anak adalah taksonomi dari HR. Dave.
Taksonomi
Dave’s terdiri dari lima kategori dari yang tingkat pemulai ke yang
paling piawai seperti yang Nampak dalam piramida disamping. Penjelasan
singkat dan kata kuci dari kelimta kelima kategori tersbut adalah
sebagai berikut.
- Imitasi – meniru gerakan yang dilakukan oleh orang lain. Contoh: peserta didik meniru gerakan menendang bola gurunya.
- Manipulasi – melakukan gerakan berbeda dengan yang diajarkan. Contoh: peserta didik melakukan gerakan menendang bola dengan gaya sendiri, tidak lagi persis yang dicontohkan.
- Presisi – melakukan gerakan yang tepa atau akurat. Contoh: peserta didik menendang bola lebih terarah dan tepat sasaran.
- Artikulasi – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan beberapa hal yang hasilnya sebuah harmoni. Contoh: peserta didik menendang bola indah dengan gerakan melengkung (gerakan pisang).
- Naturalisasi – gerakan yang berkualitas menjadi bagian dari dirinya yang ketika dilakukan terjadi secara reflek. Contoh: peserta didik nampak sudah biasa menendang bola secara terarah, akurat dan indah sepeti layaknya seorang pesepak bola bertarap professional.
[1] Wlater Dick, Lou Carey dan James O Carey. The Systematic Design of Instruction (Sixth Edition). New Yirk: Pearson. 2005. P. 42.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar