Tantangan dari seorang pendidik adalah menyediakan sebuah sistem
pendidikan yang menciptakan kesempatan kepada peserta didik untuk
menghubungkan antara pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi
familiar bagi setiap peserta didik. Kesempatan tidak akan tercipta jika
pengetahuan dan keterampilan dipisahkan dalam suatu proses
pembelajaran. Pfeiffer, Ignatov, & Poelmans (2013) menyatakan bahwa
dalam pembelajaran STEM keterampilan dan pengetahuan digunakan secara
bersamaan oleh peserta didik. Perbedaan dari aspek pada STEM akan
membutuhkan sebuah garis penghubung yang membuat seluruh aspek dapat
digunakan secara bersamaan dalam pembelajaran. Peserta didik mampu
menghubungkan seluruh aspek dalam STEM merupakan indikator yang baik
bahwa ada pemahaman metakognisi yang dibangun oleh peserta sehingga bisa
merangkai 4 aspek inter disiplin dalam STEM.
Setiap aspek dari STEM memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan antara
ke empat aspek tersebut. Masing-masing dari aspek membantu peserta didik
menyelesaikan masalah jauh lebih komprehensif jika diintegrasikan.
Adapun ke empat ciri tersebut berdasarkan defenisi yang dijabarkan oleh
Torlakson (2014) yakni: (1) sains yang mewakili pengetahuan mengenai
hukum-hukum dan konsep-konsep yang berlaku di alam; (2) teknologi adalah
keterampilan atau sebuah sistem yang digunakan dalam mengatur
masyarakat, organisasi, pengetahuan atau mendesain serta menggunakan
sebuah alat buatan yang dapat memudahkan pekerjaan; (3) teknik atau Engineering
adalah pengetahuan untuk mengoperasikan atau mendesain sebuah prosedur
untuk menyelesaikan sebuah masalah; dan (4) matematika adalah ilmu yang
menghubungkan antara besaran, angka dan ruang yang hanya membutuhkan
argument logis tanpa atau disertai dengan bukti empiris. Seluruh aspek
ini dapat membuat pengetahuan menjadi lebih bermakna jika diintegrasikan
dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STEM secara langsung
memberikan latihan kepada peserta didik untuk dapat mengintegrasikan
masing-masing aspek sekaligus. Proses pembelajaran yang melibatkan
keempat aspek akan membentuk pengetahuan tentang subjek yang dipelajari
lebih dipahami. Bybee (2010) dalah karakter dalam pembelajaran STEM
adalah kemampuan peserta didik mengenali sebuah konsep atau pengetahuan
dalam sebuah kasus. Sebagaimana dalam pembelajaran fisika, maka STEM
membantu peserta didik untuk menggunakan teknologi dan merangkai sebuah
sebuah percobaan yang dapat membuktikan sebuah hukum atau konsep sains.
Kesimpulan tersebut didukung oleh data yang telah dikelola secara
matematis.
Tujuan dari pembelajaran dengan pendekatan STEM cocok untuk diterapkan
pada pembelajaran sekolah menengah yang subjek dalam pembelajarannya
membutuhkan pengetahuan yang komplek. Gonzalez & Kuenzi (2010)
menemukan bahwa STEM memiliki arti pengajaran dan pembelajaran yang
berkaitan dengan bidang Sains, Teknologi, Engineering dan Matematika.
Pendekatan STEM tidak hanya dapat dilakukan dalam tingkat pendidikan
dasar dan menengah saja, tetapi juga dapat dilaksanakan sampai tingkat
kuliah bahkan sampai jenjang postdoctoral. Manfaat dari pembelajaran
STEM yang berkelanjutan sebaiknya mulai ditunjukkan oleh pendidikan
sejak dini dan pada tahap peserta didik sudah mampu mengkombinasikan
antara pengetahuan kognitif dan psikomotorik.
Penggunaan pendekatan STEM dalam bidang pendidikan memiliki tujuan untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat bersaing dan siap untuk bekerja
sesuai bidang yang ditekuninya. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga
penelitian Hannover (2011) menunjukkan bahwa tujuan utama dari STEM
Education adalah sebuah usaha untuk menunjukkan pengetahuan yang
bersifat holistik antara subjek STEM. Keterpaduan dalam sistem
pembelajaran STEM dapat dikatakan berhasil jika seluruh aspek yang ada
dalam STEM terdapat dalam setiap proses pembelajaran untuk masing-masing
subjek.
Pada masa pendidikan sekolah menengah atas program ilmu alam, peserta
didik sebaiknya disiapkan untuk dilatih dalam menggunakan segala sumber
daya yang dimiliki. Bekal ini ini selanjutnya digunakan peserta didik
setelah menempuh jenjang pendidikan SMA. White (2010) menyatakan bahwa
pendekatan STEM dalam pembelajaran akan memberikan pengenalan yang bagi
peserta didik pasca melewati masa sekolah. Pengenalan ini sangat
bermanfaat bagi peserta didik dalam melanjutkan pendidikan pada tingkat
universitas baik itu untuk ilmu murni maupun pada pendidikan sains
terapan.
Penerapan pendekatan STEM dalam pembelajaran tentunya terintegrasi
selama proses pembelajaran. Keempat aspek dalam STEM mengambil bagian
dalam setiap pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran. Adapun
langkah-langkah dari setiap pelaksanaan aspek tersebut adalah sebagai
berikut; (1) Aspek Science dalam pendekatan STEM didefinisikan oleh
Hannover (2011) adalah keterampilan menggunakan pengetahuan dan proses
sains dalam memahami gejala alam dan memanipulasi gejala tersebut
sehingga dapat dilaksanakan; (2) Aspek Technology adalah
keterampilan peserta didik dalam mengetahui bagaimana teknologi baru
dapat dikembangkan, keterampilan menggunakan teknologi dan bagaimana
teknologi dapat digunakan dalam memudahkan kerja manusia; (3) Aspek
Engineering memiliki lima tahap fase dalam proses pembelajaran; dan (4)
Aspek Mathematics adalah keterampilan yang digunakan untuk menganalisis,
memberikan alasan, mengkomunikasikan idea secara efektif, menyelesaikan
masalah dan menginterpretasikan solusi berdasarkan perhitungan dan data
dengan matematis.
Aspek engineering dalam pendekatan STEM adalah keterampilan yang
dimiliki seseorang untuk mengoperasikan ata merangkai sesuatu. Bligh,
(2015) mengklasifikasikan aspek engineering merujuk pada aplikasi
dari pengetahuan sains dan keterampilan dalam menggunakan teknologi
dalam menciptakan suatu cara yang memiliki manfaat. Pada pembelajaran
fisika tingkat sekolah menengah aspek ini diimplementasikan sebagai
keterampilan dalam menggunakan alat dan menyusun suatu rancangan untuk
mencapai suatu tujuan seperti keterampilan memasukkan bahasa matematis
dalam bahasa program.
Sumber Rujukan:
Bligh, A. (2015) Towards a 10-year plan for science, technology, engineering and mathematics (STEM) education and skills in Queensland. Queensland: Department of Education, Training and the Arts
Gonzalez, H.B. & Kuenzi, J. J. (2012). Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Education: A Primer. Congressional Research Service.[di akses 5-2-2014].
Hannover Research. (2011) Successful K-12 STEM Education: Identifying Effective Approaches in Science, Technology, Engineering, and Mathematics. National Academies Press. NW, Suite 300, P 202.756.2971 F 866.808.6585]. Washington, DC: U.S.
--------, (2014). Future Trends in K-12 Education. [1101 Connecticut Ave. NW, Suite 300, Desember 2013. Washington, DC: U.S. Distric Administration Practice
Pfeiffer, H.D, Ignatov, D.I., & Poelmans, J (2013) Conceptual Structures for STEM Research and Education. 20th International Conference on Conceptual Structures, ICCS 2013 Mumbai, India, January 10-12, 2013Proceedings. Springger. ISBN 978-3-642-35785-5.
Torlakson. T, 2014. Innovate: A Blueprint For Science, Technology, Engineering, and Mathematics in California Public Education. California: State Superintendent of Public Instruction.
White, D.W., (2010) What Is STEM Education and Why Is It Important?. Florida Association of Teacher Educators Journal Volume 1 Number 14 2014 1-9. http://www.fate1.org/journals/2014/white.pdf
di posting ulang dari sumber : https://www.eurekapendidikan.com/2017/03/pembelajaran-berbasis-science-Technology-Engineering-Mathematics-STEM.html
Sumber Rujukan:
Bligh, A. (2015) Towards a 10-year plan for science, technology, engineering and mathematics (STEM) education and skills in Queensland. Queensland: Department of Education, Training and the Arts
Gonzalez, H.B. & Kuenzi, J. J. (2012). Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Education: A Primer. Congressional Research Service.[di akses 5-2-2014].
Hannover Research. (2011) Successful K-12 STEM Education: Identifying Effective Approaches in Science, Technology, Engineering, and Mathematics. National Academies Press. NW, Suite 300, P 202.756.2971 F 866.808.6585]. Washington, DC: U.S.
--------, (2014). Future Trends in K-12 Education. [1101 Connecticut Ave. NW, Suite 300, Desember 2013. Washington, DC: U.S. Distric Administration Practice
Pfeiffer, H.D, Ignatov, D.I., & Poelmans, J (2013) Conceptual Structures for STEM Research and Education. 20th International Conference on Conceptual Structures, ICCS 2013 Mumbai, India, January 10-12, 2013Proceedings. Springger. ISBN 978-3-642-35785-5.
Torlakson. T, 2014. Innovate: A Blueprint For Science, Technology, Engineering, and Mathematics in California Public Education. California: State Superintendent of Public Instruction.
White, D.W., (2010) What Is STEM Education and Why Is It Important?. Florida Association of Teacher Educators Journal Volume 1 Number 14 2014 1-9. http://www.fate1.org/journals/2014/white.pdf
di posting ulang dari sumber : https://www.eurekapendidikan.com/2017/03/pembelajaran-berbasis-science-Technology-Engineering-Mathematics-STEM.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar