Dunia maya memang mengasyikkan. Tapi
siapa sangka dalam dunia yang mengasyikkan itu ada srigala digital yang
mengancam. Heboh konten vulgar berseliweran, dan malware
(virus) jahat masuk dalam sistem komputer yang digunakan. Kita tak bisa
langsung menyikapinya dengan hanya menyensor internet. Sebab
dibutuhkan sebuah gerakan internet sehat agar kita nyaman berinternet.
Kita pun mendapatkan manfaat dari internet yang diakses setiap hari.
Pakar
Internet Onno W. Purbo menuliskan di buku internet sehat, kita sering
tidak menyadari bahwa di ujung komputer sebelah sana terdapat manusia
yang memegang keyboard. Sayangnya manusia tetap manusia, mereka bukan
malaikat. Manusia ada yang baik, tapi juga tidak kurang banyak yang
mempunyai hati dan niat yang tidak baik. Tidak heran, jika banyak
sekali kasus yang tidak baik di Internet, mulai dari pornografi
(berbentuk foto atau video), kekerasan, perjudian, penipuan, bahkan
yang tidak kalah marak belakangan ini adalah pencemaran nama baik
hingga penculikan yang bisa berakhir dengan mengenaskan.
Untuk mampu mengatasi hal-hal di atas
diperlukan internet sehat. Internet sehat bikin kebal pengguna internet
dengan imunisasi. Caranya? Perbanyak konten positif, lakukan kampanye offline,
dan imunisasi anak-anak kita tentang internet dengan pendidikan agama,
dan pendidikan karakter yang berbudaya. Anak-anak harus memiliki budi
pekerti yang baik, dan memahami ajaran agamanya dengan benar. Sekolah
mempunyai peranan penting dalam turut mengkampanyekan internet sehat
kepada para pelajar. Bila para pelajar dilibatkan, maka mereka sendiri
yang akan mengawasi internet, dan dampaknya sangat positif untuk
menjadikan diri mereka menjadi hebat. Kampanye internet sehatpun akan
berjalan baik bila sudah dimulai dari sekolah dan juga keluarga.
Heboh konten vulgar yang bersileweran di
dunia maya seringkali disikapi dengan rencana penyensoran oleh
pemerintah. Meski begitu, tidak semua masyarakat internet (netter)
setuju dengan rencana seperti itu. Sebab rencana seperti itu dinilai
justru berpotensi mengancam kebebasan berekspresi, dan kreativitaspun
terancam akan tersumbat. Konten vulgarpun akan tetap berkeliaran
walaupun sudah diblokir. Mereka akan dengan mudah membuat lagi yang baru
yang lebih keren dan interaktif. Diblokir satu akan muncul seribu.
Sebaiknya bukan sekedar sensor sana,
sensor sini, blokir sana, blokir sini, atau merazia ponsel dan warnet.
Tetapi mengupayakan gerakan imunisasi kepada para pengguna internet
dengan konsep para pengguna internet (netter) dibuat kebal sehingga tidak mudah terkapar dampak negatif dari konten-konten vulgar berbau pornografi yang bersileweran di internet.
Upaya itu telah dilakukan oleh sebuah
LSM yaitu ICT Watch yang bergerak di bidang pemberdayaan teknologi
informasi (TI). Mereka berusaha agar citra internet di mata masyarakat
menjadi baik, dan bukan justru sebaliknya. Internet Sehat digagas oleh
ICT Watch (Donny BU, Onno W. Purbo, dkk) sejak tahun 2002, yang
bertujuan mengenalkan dan menggiatkan penggunaan Internet yang aman,
nyaman, dan bermanfaat bagi semua. Citra internet pun menjadi terangkat,
dan orang tak alergi lagi dengan internet yang seolah-olah telah
menjadi tempat berbuat mesum, dan tak bermoral. Ini jelas tidak baik
buat anak-anak sekolah yang sedang memasuki tahap remaja menjadi dewasa.
Mereka justru harus menjadi duta kampanye internet sehat yang
sesungguhnya dengan bantuan guru hebat.
Seharusnya kita menyadari bahwa maraknya
kasus pornografi saat ini, baik video mesum mirip artis, dan lain
sebagainya membuat kita bersatu untuk melawan dan mengusir orang-orang
jahat yang ada di dunia maya. Tanpa persatuan, kita tak mungkin melawan
niat jahat orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu.
Kita tak bisa menjamin semua orang yang online
di internet memiliki niat baik. Karakteristik internet sebagai media
yang bebas, dan terbuka tentunya akan sulit membendung keberadaan
konten-konten negatif. Perlu kerjasama yang saling terkait diantara
kita. Baik dari mulai lingkungan keluarga sampai negara.
Dari semiliar lebih pengguna internet
dunia (lebih dari 45 juta ada di Indonesia, dan lebih dari 35 juta
diantaranya pengguna facebook), mustahil dapat menjamin seluruhnya
memiliki niat baik. Bisa dipastikan tak sedikit dari mereka yang sengaja
maupun tidak sengaja ikut menyuburkan keberadaan konten-konten
negatif tersebut ke internet. Mereka menyusup melalui jalur email,
milis, blog, dan lain-lain yang biasa disebut spam.
Dalam majalah Gen+ halaman 40, Mas Donny
BU, salah seorang aktivis internet sehat mengungkapkan bahwa upaya
filterisasi konten negatif bukanlah langkah solutif yang bisa
menyembuhkan penyakit yang sebenarnya. Filterisasi bukanlah obat super
manjur untuk memerangi pornografi di internet. Filterisasi hanyalah
seperti obat parasetamol belaka yang digunakan hanya untuk sekedar
pereda gejala (panas) saja, tetapi tidak untuk menyembuhkan penyakit
sesungguhnya. Nah Loh! Kaget khan???.
Menanggapi maraknya peredaran video
porno mirip artis yang terjadi belakangan ini, mas Donny berpendapat
bahwa penyakit sebenarnya dari fenomena tersebut adalah perilaku
sebagian masyarakat Indonesia (khususnya pengguna internet) yang
menggemari hal-hal yang justru ditabukan seperti mengorek privasi orang
lain. Hal seperti itu tentunya sulit ditangani dengan tindakan
menyaring konten karena cenderung tidak efektif dan berbiaya mahal.
Lebih baik dilakukan dengan upaya
preventif. Sejak dini, anak-anak sekolahan harus diberi imunisasi
tentang internet. Dengan demikian mereka akan bisa membangun
antibody-nya (daya tahan tubuh) sendiri untuk melawan hal-hal yang bisa
merugikan dirinya. Internet sehat harus dimulai dari yang terdekat,
dan diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak.
Sebagai seorang guru, penulis ingin anak-anak sekolahan melek ICT. Mereka tidak boleh ketinggalan, mereka bisa belajar banyak dariinternet.
Namun ada cerita yang cukup memilukan buat penulis. Ketika para siswa
diberi tugas untuk mencari informasi tentang pelajaran IPA dan IPS di
internet, penulis banyak mendengar keluhan dari anak-anak. Mereka tidak diperbolehkan berinternet oleh orang tuanya. Alasannya, orang tua mereka takut nantinya anaknya akan terjerumus ke dalam dampak negatifinternet.
Apalagi pada waktu itu sedang maraknya kasus pornografi, dan
penculikan yang konon disebabkan oleh facebook, dan youtube. Pelajaran
agama nampaknya kurang teraplikasikan.
Oleh karena itu, selain masalah agama
dan budi pekerti, perlu juga disampaikan kepada mereka bahwa internet
memiliki sisi positif dan negatif. Peran guru, orang tua, dan semua
pihak sangat diperlukan agar mereka mampu berinternet secara sehat dan
mendorong mereka menjadi orang hebat.
Harus ada kampanye internet sehat yang mendorong anak sekolahan menjadi hebat!. Para
pengguna internet harus diberitahu cara untuk melakukan eksplorasi
hal positif, dan menghindari hal negatifnya. Jangan ada yang
ditutup-tutupi, karena informasi bak mata air yang terus mengalir dari
dataran tinggi ke tempat yang paling rendah. Selalu saja ada jalan
bagi informasi apapun yang ada di internet untuk bisa sampai ke tangan
para pengguna internet, cepat atau lambat.
Salah satu strategi yang harus
dikampanyekan dalam internet sehat adalah dengan memperbanyak
konten-konten positif. Para siswa, guru, dan orang tua harus mampu
membuat konten-konten positif itu. Setidaknya mereka mampu untuk tidak
terpengaruh masuk dalam konten-konten negatif. Dengan memperbanyak
konten positif, maka konten negatif tersingkirkan.
Kita tentu telah tahu, segala sesuatu yang coba kita temukan melalui mesin pencari seperti Google, kita posting, update, sharing, ataupun tweeting
akan tetap terekam di internet hingga kapanpun untuk kemudian dapat
diakses oleh siapapun. Jika yang kita lakukan di internet berhubungan
dengan konten/ materi negatif, maka hal tersebut akan menjadi ampas atau
residu yang tak berguna dan cenderung merugikan.
Tengok saja warnet-warnet di sekeliling
kita, sebagian besar pengunjungnya adalah anak sekolahan. Fenomena ini
mencemaskan. Bagaimanapun internet itu bak pisau bermata dua, ada
sisi positif dan negatifnya. Jika anak sekolahan dibiarkan
mengeksplorasi sendiri, atau belajar dari teman sebaya, tanpa arahan
guru (dan orang tua), mereka bisa terjerumus pada penggunaan internet
secara negatif. Maraknya cyber bullying, konten pornografi
yang melibatkan siswa, kasus penghinaan, pencemaran nama baik,
penipuan, adalah beberapa contoh ekses negatif yang bisa disebutkan.
Di sisi lain, jika digunakan secara
benar, internet bisa memberi kemanfaatan yang besar. Internet
menyediakan lautan informasi dalam bentuk buku, jurnal, artikel dan
lain-lain dalam bentuk tulisan, maupun video, yang koleksinya melebihi
perpustakaan konvensional manapun. Melalui internet, semua transaksi
bisa dilakukan secara cepat, mudah, dan sekaligus murah. Oleh sebab itu,
menjauhkan anak sekolahan dari internet karena takut terjebak ekses
negatifnya adalah langkah yang kurang bijaksana. Itu sama saja dengan
menutup rapat-rapat kesempatan anak sekolahan mendapatkan nilai-nilai
positif dari internet.
Internet sehat akan membuat guru dan siswa menjadi hebat,
bila mampu menghindari dampak negatif dari internet, dan membuatmu
menjadi orang kreatif dan inovatif yang mampu menciptakan konten-konten
positif dan edukatif sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan oleh orang
banyak. Salah satu contohnya adalah bila mampu membuat blog
pembelajaran atau mengembangkan situs jejaring sosial seperti http://salingsapa.com yang dikembangkan oleh seorang anak SMP di Bandung, Jawa Barat yang bernama Muhammad Yahya Harlan. Kabarnya, situs ini telah diakses lebih dari 50 negara di dunia.
Salam Blogger Persahabatan
sumber : http://wijayalabs.blogdetik.com/2014/01/06/benarkah-internet-sehat-bikin-hebat/#more-1109
Tidak ada komentar:
Posting Komentar