Dua molekul asam amino dapat saling berikatan membentuk ikatan
kovalen melalui suatu ikatan amida yang disebut dengan ikatan peptida.
Ikatan kovalen ini terjadi antara gugus karboksilat dari satu asam amino
dengan gugus α amino dari molekul asam amino lainnya dengan melepas
molekul air. Secara sederhana
mekanisme reaksi pembentukan ikatan
kovalen dapat dilihat Gambar 14.26.
Gambar 14.26. Mekanisme pembentukan ikatan peptida sebagai rantai protein
Tiga
molekul asam amino dapat bergabung membentuk dua ikatan peptida, begitu
seterusnya sehingga dapat membentuk rantai polipeptida.
Peptida
memberikan reaksi kimia yang khas, dua tipe reaksi yang terpenting yaitu
hidrolisis ikatan peptida dengan pemanasan polipeptida dalam suasana
asam atau basa kuat (konsentrasi tinggi). Sehingga dihasilkan asam amino
dalam bentuk bebas.
Hidrolisa ikatan peptida dengan cara ini
merupakan langkah penting untuk menentukan komposisi asam amino dalam
sebuah protein dan sekaligus dapat menetapkan urutan asam amino
pembentuk protein tersebut.
Peptida atau polipeptida bebas juga
merupakan molekul aktif penyusun hormon yang memiliki aktifitas biologis
dalam tubuh manusia, seperti pada hormon insulin, glukagon dan
kortikotropin.
Insulin mengandung dua rantai polipeptida, satu
polipeptida mengandung 30 residu asam amino dan yang lain mengandung 21
residu asam amino. Kortikotropin mengandung 39 residu asam amino dan
hormon oksitosin hanya mengandung 9 residu asam amino.
Protein
sebagai makromolekul (molekul besar) mampu menunjukkan berbagai fungsi
biologi. Atas dasar peran ini maka rotein dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (Gambar 14.27) ; enzim, protein transport, protein
nutrient dan penyimpan, protein kontraktil atau motil, protein
struktural, protein pertahanan dan protein pengatur.
Gambar 14.27. Skema penggolongan Protein berdasarkan fungsinya
Enzim,
merupakan protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator. Hampir
seluruh reaksi kimia yang terjadi di tingkat sel dikatalisis oleh enzim.
Beberapa
contoh enzim yang banyak dimanfaatkan saat ini seperti, glukosa
oksidase yang mengkatalisis glukosa menjadi asam glukonat, urikase yaitu
enzim yang dapat membongkar asam urat menjadi alantoin. Saat ini sudah
ditemukan lebih dari 2000 jenis macam enzim yang mengkatalisis reaksi
kimia yang spesifik dan ditemukan dalam berbagai bentuk kehidupan.
Protein
transport adalah protein yang dapat mengikat dan membawa molekul atau
ion yang khas dari satu organ ke organ lainnya. Contoh protein transport
yang mudah adalah mioglobin yang menyimpan dan mendistribusikan oksigen
ke dalam otot, perhatikan Gambar 14.28.
Gambar 14.28. Mioglobin yang mendistribusikan oksigen ke otot
Hemoglobin
juga merupakan protein transport yang terdapat dalam sel darah merah.
Hemoglobin dapat mengikat oksigen ketika darah melalui paru-paru.
Oksigen dibawa dan dilepaskan pada jaringan periferi yang dapat
dipergunakan untuk mengoksidasi nutrient (makanan) menjadi energi. Pada
plasma darah terdapat lipoprotein yang berfungsi mengangkut lipida dari
hati ke organ. Protein transport lain yang terdapat dalam membran sel
berperan untuk membawa beberapa molekul seperti glukosa, asam amino dan
nutrient lainnya melalui membran menuju sel.
Protein nutrient
sering disebut juga protein penyimpanan, protein ini merupakan cadangan
makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa
contoh protein ini, sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari
seperti ovalbumin merupakan protein utama putih telur, kasein sebagai
protein utama dalam susu. Contoh lainnya adalah protein yang menyimpan
zat besi yaitu ferritin yang terdapat di dalam jaringan hewan.
Protein
kontraktil juga dikenal sebagai protein motil, di dalam sel organisme
protein ini berperan untuk bergerak seperti aktin dan myosin. Kedua
protein ini merupakan filament yang berfungsi untuk bergerak di dalam
sistem kontraktil dan otot kerangka. Contoh lainnya adalah tubulin
pembentuk mikrotubul merupakan zat utama penyusun flagel dan silia yang
menggerakkan sel.
Protein struktural, jenis protein ini berperan
untuk menyangga atau membangun struktur biologi makhluk hidup. Misalnya
kolagen adalah protein utama dalam urat dan tulang rawan yang memiliki
kekuatan dan liat. Persendian mengandung protein elastin yang dapat
meregang dalam dua arah. Jenis lain adalah kuku, rambut dan bulu-buluan
merupakan protein keratin yang liat dan tidak larut dalam air.
Protein
juga dapat digolongkan berdasarkan bentuk dan proses pembentukan serta
sifat fisiknya. Terdapat empat struktur protein yaitu struktur primer,
sekunder, tersier dan kuartener. Selain penggolongan juga sering
dilakukan sebagai sebagai protein serabut atau dan protein globular.
Struktur
primer adalah rantai polipeptida sebuah protein terdiri dari asam-asam
amino yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen melalui ikatan
peptida yang membentuk rantai lurus dan panjang sebagai untaian
polipeptida tunggal, seperti pada Bagan dibawah.
Bagan 14.29. Struktur primer sederhana yang disusun oleh 4 jenis asam amino
Struktur
yang kedua adalah struktur sekunder. Pada struktur sekunder, protein
sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai samping asam
amino. Ikatan pembentuk struktur ini didominasi oleh ikatan hidrogen
antar rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada
orientasi ikatan hidrogennya. Ada dua jenis struktur sekunder, yaitu:
D-heliks dan β-sheet (lembaran). Gambar 14.30 menunjukkan protein
dengan struktur sekunder dengan bentuk α-heliks.
Gambar 14.30. Protein dengan struktur α-heliks
Struktur
protein sekunder dalam bentuk βsheet. Untuk mengenal dan mudah dalam
mengidentifikasi dan membedakan kedua struktur, maka bentuk disajikan
pada Gambar 14.31 pada halaman berikut.
Gambar 14.31. Protein dengan struktur sekunder
Struktur
tersier merupakan struktur yang dibangun oleh struktur primer atau
sekunder dan distabilkan oleh interakasi hidrofobik, hidrofilik,
jembatan garam, ikatan hidrogen dan ikatan disulfida (antar atom S)
sehingga strukturnya menjadi kompleks. Protein globular dan protein
serbut/serat atau fiber merupakan contoh struktur tersier.
Protein
Globular, merupakan protein yang larut dalam pelarut air dan dapat
berdsifusi dengan cepat, dan bersifat dinamis lihat Gambar 14.32, dimana
seluruh interaksi antar struktur sekunder atau primer terviasualisasi
dengan baik.
Gambar 14.32. Struktur tersier dari protein Globular
Protein
serabut bersifat tidak larut dalam air merupakan molekul serabut
panjang dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu dan
tidak berlipat menjadi bentuk globular.
Jenis protein ini memiliki
peran sebagai penyangga dan sebagai pelindung. Untuk struktur fiber
disajikan pada Gambar 14.33, di bawah ini.
Gambar 14.33 Struktur tersier untuk protein fiber
Struktur
kuartener merupakan hasil interaksi dari beberapa molekul protein
tersier, setiap unit molekul tersier disebut dikenal dengan subunit.
Setiap
subunit protein struktur tersier dapat berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu sama lain, interaksi tersebut dapat mengubah struktur
maupun peran dan fungsinya. Molekul protein kuartener ditampilkan pada
Gambar 14.34. Pembentukan struktur kuartener protein menyebabkan bagian
nonpolar protein tidak terpapar pada lingkungan yang berair.
Gambar 14.34. Gambar struktur kuartener yang diwakili oleh molekul hemoglobin
Sehingga
protein yang memiliki bagian nonpolar yang panjang dapat larut dalam
air. Hemoglobin merupakan contoh protein yang membentuk struktur
kuartener dengan 4 subunit (2 sub unit α dan 2 subunit β). Beberapa
protein menjadi aktif ketika membentuk struktur kuartener, namun ada
juga protein yang aktif ketika struktur kuartenernya terdisosiasi
menjadi subunitnya.
Pembentukan keempat struktur protein dapat disarikan ke dalam bagan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 14.35. Mekanisme pembentukan struktur tersier dari tahapan yang sederhana
Denaturasi
protein merupakan suatu keadaan dimana protein mengalami perubahan atau
perusakan struktur sekunder, tersier dan kuartenernya. Denaturasi ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pemanasan, suasana
asam atau basa yang ekstrim, kation logam berat dan penambahan garam
jenuh.
Pemanasan dapat menyebabkan pemutusan ikatan hidrogen yang
menopang struktur sekunder dan tersier suatu protein sehingga
menyebabkan sisi hidrofobik dari gugus samping polipentida akan tebuka.
Hal ini menyebabkan kelarutan protein semakin turun dan akhirnya mengendap dan menggumpal peristiwa ini dinamakan koagulasi.
Perubahan
pH yang sangat ekstrim akhibat penambahan asam kuat atau basa kuat akan
merusak interaksi ionik yang terbentuk antar gugus R polar dari asam
amino penyusun protein. Hal ini juga berakhibat sama pada perusakan
struktur protein. Kehadiran ion logam berat dapat memutuskan ikatan
disulfida (S-S) yang menstabilkan tekukan – tekukan yang dibentuk oleh
polipeptida dalam membangun struktur protein, lihat Gambar 14.36.
Gambar 14.36. Pemanasan telur ayam merupakan contoh denaturasi protein
Penambahan
larutan garam encer pada protein globular akan meningkatkan kelarutan
protein. Beberapa interaksi hidrofilik antara molekul protein dan air
akan semakin kuat dengan kehadiran garam pada konsentrasi rendah
peristiwa ini dinamakan salting in. Namun apabila larutan garam pekat
yang ditambahkan maka kelarutan protein akan menurun. Kehadiran garam
pada konsentrasi tinggi menyebabkan peristiwa solvasi air pada molekul
protein berpindah ke garam sehingga menurunkan tingkat kelarutan
protein. peristiwa ini disebut salting out.
Beberapa jenis
protein fungsional seperti enzim dan hormon yang telah terdenaturasi
akan kehilangan sifat dalam biokatalisisnya. Hal ini menyebabkan
terhambatnya beberapa jenis reaksi biokimia yang dikatalisis oleh enzim
atau hormon yang bersangkutan.
Apabila berada pada kondisi yang
sesuai, protein yang telah terdenaturasi akan dapat mengalami renaturasi
atau penyusunan kembali struktur protein yang meliputi struktur
sekunder, tersier dan kuartenernya.
Peristiwa denaturasi protein
dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari, seperti saat kita
memanaskan putih telur, sterilisasi peralatan gelas dengan autoclave, dan sebagainya perhatikan kembali Gambar 14.36 di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar