Pisang
merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling umum dikenal oleh
masyarakat. Setiap masyarakat sudah dapat dipastikan mengetahui
kelezatan buah pisang. Daging bauh pisang diolah sebagai makanan
selingan, seperti pisang goreng, kripik, roti, kolek, sale, dan
sebagainya. Sedangkan, kulit buah pisang tidak banyak dimanfaatkan atau
diolah, sehingga merupakan sampah yang terbuang dan hanya mengganggu
kelestarian lingkungan. Padahal kulit buah pisang mengandung komposisi
kimia yang bernilai gizi. Kondisi seprti ini banyak ditemukan di
kompleks pemukiman dimana terdapat banyak pedagang kaki lima yang
dagangannya menggunakan bahan buah pisang. Salah satunya di Kelurahan
Pemecutan – Denpasar.
Ditinjau dari komposisi kimianya, kulit buah pisang tidak jauh berbeda
dengan daging pisangnya. Sebagai contoh, komposisi buah pisang dan kulit buah pisang dapat dilihat pada tabel 1.
dengan daging pisangnya. Sebagai contoh, komposisi buah pisang dan kulit buah pisang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Daging dan Kulit Buah Pisang ( per 100 g)
Unsur
|
Buah Pisang per 100 gram
|
Kulit Buah Pisang per 100 gram
|
Air
|
65,8 mg
|
70,10 %
|
Karbohidrat
|
31,8 mg
|
20,10 %
|
Lemak
|
0,2 mg
|
3,20 %
|
Protein
|
1,2 mg
|
0,45 %
|
Kalsium (Ca)
|
10 mg
|
810 mg
|
Pospor (P)
|
22 mg
|
105 mg
|
Besi (Fe)
|
0,8 mg
|
1,9 mg
|
Vitamin A
|
950 mg
|
0,10 mg
|
Vitamin B
|
0,06 mg
|
0,18 mg
|
Vitamin C
|
10 mg
|
12,50 mg
|
Manudjin, 1983
Karbohidrat
dapat diolah menjadi minuman beralkohol, seperti: wine, arak, dan
sebagainya. Dengan demikian, kulit buah pisang yang mengandung cukup
banyak karbohidrat, tentu dapat diolah menjadi wine.
Wine
adalah minuman yang populer di beberapa negara di dunia. Negara-negara
yang mengkonsumsi wine paling banyak adalah: Prancis, Italia, Amerika
Serikat, Jerman, Spanyol, Argentina, Rusia dan Rumania, sedangkan
negara-negara yang paling banyak memproduksi wine adalah: Prancis,
Italia, Amerika Serikat, dan Australia. Produksi
wine secara global dan konsumsi wine diprediksikan akan menanjak.
Produksi wine bakalan tumbuh 3,83% sepanjang 2008-2012 menjadi 3 miliar
krat. Sementara itu konsumsi wine dunia akan membengkak sebesar 6% pada
2008-2012 mencapai 2,8 miliar
krat. Wine merupakan minuman dengan kadar alkohol antara 12-14 %
volume yang dibuat melalui proses fermentasi gula (Soempeno, 2008).
Proses
pembuatan wine terdiri dari tiga tahap. Pertama, pembuatan stater yang
bertujuan untuk memperbanyak khamir, sehingga enzim yang dihasilkan
lebih banyak dan melatih ketahanan khamir dalam kondisi adonan. Kedua,
pembuatan sari kulit buah pisang, yaitu campuran air, kulit buah pisang,
dan gula pasir. Ketiga, fermentasi sari kulit buah pisang dengan
stater. Sebagai minuman beralkohol wine mempunyai beberapa manfaat bagi
kesehatan seperti, menurunkan dan menjaga kadar kolesterol, mengurangi
resiko penyakit jantung, kanker payudara, kanker prostat, dan
menghambat pertumbuhan sel kanker hati (sutomo,2009). Institut
Karolinska di Swedia melakukan penelitian tentang kebiasaan minum
wine. Hasilnya sungguh diluar dugaan. Mereka yang sesekali mengkonsumsi
wine, memiliki resiko mati muda kurang dari 33% dibanding yang tak
pernah mengkonsumsi wine. Sedangkan mereka yang rutin meminum wine
memiliki resiko kematian akibat kanker dan penyakit jantung lebih
rendah secara signifikan.
Kota Denpasar merupakan salah satu kota di Bali yang memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Secara geografis Kota Denpasar terletak di sebelah selatan Pulau Bali. Kota Denpasar yang memiliki luas hanya 127,88 Km2 saat
ini telah dihuni sekitar 800.000 orang pada siang hari dan 600.000
orang pada malam hari, sedangkan daya tampung ideal Kota Denpasar hanya
200.000-250.000 jiwa dengan kepadatan penduduk sudah mencapai 4.537
jiwa/Km2 sesuai data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Denpasar, ini artinya Kota Denpasar sudah sangat padat, bagaikan
sebuah kapal bermuatan penuh mengarungi samudra bergelombang, beban Kota
Denpasar saat ini sangat berat.
Sebagian besar masyarakat Kota Denpasar bermata pencaharian sebagai
pegawai negeri, wirausaha dan pedagang, salah satunya adalah pedagang
kaki lima dengan memproduksi pisang goreng. Keadaan perekonomian
sebagian besar masyarakat Kota Denpasar memang sudah cukup mapan
terkecuali keadaan perekonomian masyarakat kelompok pedagang kaki lima
khususnya pedagang pisang goreng yang berpenghasilan rata-rata Rp.
500.000 per-bulannya (berdasarkan hasil wawancara beberapa pedagang
pisang goreng di Kelurahan Pemecutan, 2009).
Selain
itu, dari hasil observasi yang telah dilakukan, pedagang kaki lima
khususnya pedagang pisang goreng di Kelurahan Pemecutan memang cukup
banyak yaitu, 15 pedagang dengan pengunaan rata-rata 20 kg pisang tiap
harinnya (berdasarkan hasil wawancara beberapa pedagang pisang goreng di
Kelurahan Pemecutan, 2009), sehingga limbah kulit pisang yang
dihasilkan sangat banyak dan secara tidak langsung dapat menganggu
kebersihan Kota Denpasar. Pemerintah dan pedagang kaki lima khususnya
pedagang pisang goreng di Kelurahan Pemecutan belum memanfaatkan limbah
kulit pisang secara optimal. Ini mengakibatkan limbah kulit pisang
hanya menjadi sampah yang mengganggu kebersihan kota Denpasar sebagai
salah satu kota budaya. Terkait dengan limbah kulit pisang yang belum
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di Kelurahan Pemecutan – Denpasar,
maka penulis merencanakan untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan
tentang pemanfaatan kulit buah pisang untuk pembuatan wine yang
berkualitas dan memiliki nilai ekonomis tinggi.
Melalui
penyuluhan dan pelatihan pembuatan wine berbahan baku kulit buah
pisang dengan memberdayakan kelompok pedagang kaki lima khususnya
pedagang pisang goreng di Kelurahan Pemecutan – Denpasar, di harapkan
dapat menambah penghasilan kelompok pedagang pisang goreng, sekaligus
dapat memanfaatkan kulit buah pisang sabagai bahan baku wine untuk
mengatasi permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh sampah kulit
buah pisang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar