Sabtu, 02 Februari 2013

ARTIKEL


Membumikan Kimia dengan Mengenal Bahan Kimia

Di dunia ini tidak bisa lepas dari adanya zat-zat kimia, meskipun dalam keseharian orang awam tidak menyebut itu zat-zat kimia. Sepertinya makna zat kimia di masyarakat mengalami penyempitan makna sehingga banyak yang tidak tahu bahwa yang mereka gunakan, mereka sentuh, semua mengandung zat-zat kimia. Zat-zat kimia dalam masyarakat sering hanya dibedakan menjadi zat kimia berbahaya dan zat kimia tidak berbahaya sedangkan yang biasa atau yang banyak dijumpai sering tidak disebut sebagai zat kimia. Ini aneh memang, tapi itulah kebiasaan yang terjadi di masyarakat umum.
Sebagai guru kimia, tentu punya tanggung jawab untuk menginformasikan tepatnya membiasakan siswa untuk mengenal berbagai bahan yang ada di sekitar untuk mengetahui zat-zat apa saja yang dikandung suatu bahan tersebut. Pencarian dengan mesin pencari tentu adalah satu-satunya cara termudah.
Dengan mengetahui berbagai zat yang terkandung dalam suatu bahan tentu dimungkinkan siswa untuk bisa membuat bahan itu sendiri jika ketersediaan zat-zat penyusun bahan itu ada dan terjangkau. Seperti saat saya di sd, smp (tahun 80-an), dahulu guru keterampilan sudah mulai mengenalkan bagaimana membuat sabun sendiri, dan lain-lain. Guru saya ketika itu berbekal buku panduan sederhana mengajarkan kami untuk membuat sesuatu. Meskipun secara keilmuan barangkali guru saya pun tidak tahu apa yang terjadi selama proses pembuatan sabun itu. Tapi kami senang, bahwa ternyata kami bisa membuat sabun sendiri.
Jaman sekarang tidak perlu guru lagi yang mengajarkan, siswa atau siapapun bisa melakukannya sendiri dengan berbekal informasi (tepatnya resep) dari internet. Namun sering siswa sering tidak peka, kurang mau “bereksperimen” untuk membuat bahan-bahan yang diperlukan dalam keseharian, padahal mungkin di daerahnya untuk mendapatkan zat-zat kimia guna membuat bahan itu tidak sulit. Beda kalau memang zat-zat yang diperlukan itu langkah.
Dari berbagai bahan yang disebut dalam resep pembuatan suatu bahan, sering hanya menggunakan nama dagang, bukan zat kimia yang disebutnya. Inilah menariknya ketika siswa yang fokus pada IPA sedikit banyak harus mengetahui. Sayangnya hal-hal seperti itu seolah memutus hubungan antara dunia nyata dengan dunia persekolahan. Akibatnya siswa (bahkan beberapa guru kimia sendiri) akan gagap dengan bahan atau zat kimia yang sering dijumpai dalam keseharian. Sekali lagi kini hal itu bukan perkara sulit, tinggal ketikkan nama bahan maka kita dapat mengetahui kandungan di dalam bahan tersebut terdapat zat kimia apa.
Misalnya salah satu bahan pembuat bahan pembersih lantai salah satunya adalah arkopal. Arkopal ini ternyata zat ini merupakan nama lain dari Nonylphenoxypoly(ethyleneoxy)ethanol yang memiliki rumus kimia dan rumus struktur seperti yang terpampang di bawah ini.
nama dagang arkopalarkopal
arkopal2
arkopal3
Sumber gambar: drogueriasanjorge.com
Ini hanya sebatas pengenalan, setidaknya mereka tahu bahwa “makhluk” yang disebut arkopal itu seperti itu. Tentu saja hal-hal seperti itu tidak perlu harus dihafal, karena mereka kini sedang berada dalam belajar pengenalan ilmu kimia, sebab seorang ahli kimia saja belum tentu hafal rumus kimia sekaligus rumus struktur dari arkopal itu, kecuali memang ia sedang menggelutinya. Hal-hal seperti itu anggap-lah sebagai rekreasi dalam belajar kimia :)
Selama ini praktikum di sekolah sering sangat kaku, hanya yang ada di buku pelajaran saja. Kegiatan-kegiatan praktikum di sekolah tentu tidak harus melulu text book, bisa sesekali atau teragendekan dengan jelas bahwa siswa setelah menyelesaikan bab ini dapat membuat sesuatu untuk pokok bahasan tertentu. Ini tentu akan mendekatkan ilmu kimia sebagai pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Menjadikan kimia membumi, terasa aplikatif-nya, tidak sekedar mempelajari konsep, rumus, berhitung, berteori dan menjadikan kimia kering dari bahan-bahan kimia itu sendiri. Saya kira ini sudah sering dilakukan oleh guru-guru kimia yang dengan ketelatenannya mengajak siswa mengenal dunia keseharian dengan kimia.
Suatu ketika dalam pembelajaran saya tanya kepada siswa, apa kandungan alkohol yang dijual di apotik itu. Siswa kebanyakan tidak tahu. Sepertinya sering dalam pembelajaran mereka berpikir “sedang di langit”, contoh sederhananya ketika saya menyebut air, siswa pasti hanya terpikir H2O saja. Mereka kadang tak menyadari (lupa terpikir) itu adalah cairan yang setiap hari ia minum, ia gunakan untuk membersihkan badan dan pakaian. Mereka seolah macet pikirannya, air adalah H2O itu saja. Mengapa ini sering terjadi. Yah karena siswa sendiri tidak diakrabkan dengan dengan dunia nyata dalam pelajaran kimia itu sendiri. Apalagi jika tersebut bahan-bahan yang asing di pendengarannya, mereka seolah enggan membayangkan itu zatnya seperti apa dan seterusnya, mereka enggan perduli. Mereka hanya fokus pada pokok bahasan yang sedang ia hadapi saja. Bahkan kalaupun ia ingin tahu sudah keburu ia ingin fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung, mengenai bahan asing masa bodoh toh tidak ditanya pada saat ujian.
Penyebab inti dari semua itu adalah kekurangingintahuan siswa tentang sesuatu, guru kurang merangsang siswa untuk memuaskan rasa keingintahuannya tentang kimia itu sendiri. Akibatnya pelajaran kimia dianggap tidak lebih sebagai pelajaran saja. Karena tekanan sekedar belajar ini mereka lantas takut memikirkan apalagi mengeksplorasi lebih lanjut tentang apa-apa yang bisa ia dapat dari pelajaran yang berlangsung. Di sinilah peran guru kimia diperlukan, menjadikan pelajaran kimia membumi. Berbagai keterbatasan tentu dapat dicarikan alternatif, misalnya tidak ada bahan nyata, bisa dengan melihat video atau gambar. Internet sungguh menjadi alternatif yang tiada tara :)
Catatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
  • Bahan: barang yang akan dibuat menjadi barang yang lain.
  • Zat: bahan yang merupakan pembentuk (bagian-bagian yang mendukung) suatu benda.
Wassalam

Tidak ada komentar: