Kamis, 31 Januari 2013

BERITA



Road To Olimpiade Kimia Indoesia (OKI VI) UIN MALIKI MALANG

Disebuah sekolah dipinggir sungai yang jauh dari kota MAN Pesanggaran namanya, ada enam siswa yang mendapatkan sebuah penghargaan. Mereka adalah Dewi Q, Fadhil, Teguh, Ulfa, Zulfa, Vina dan Ufik. Penghargaan yang mereka dapatkan bukanlah sebuah tropi atau pun piagam melainkan sebuah kepercayaan untuk membawa nama baik sekolah mereka ditengah sekolah-sekolah elite yang ada dikota. Olimpiade Kimia, itulah yang harus mereka hadapi. Tentunya bukan hal yang mudah mengalahkan peserta lainnya yang notabennya dari sekolah favorit.
          Masih ada waktu tiga minggu menjelang olimpiade, berbagai persiapan pun mereka kakukan. Hampir setiap hari pada jam sekolah, mereka berkumpul dan didampingi pak susanto (guru kimia) untuk membahas soal-soal olimpiade tahun lalu dan sedikit penembahan materi yang diperlukan. Bahkan tak jarang mereka harus mengorbankan pelajaran lain untuk persiapan ini. Mereka hanya berharap semoga pengorbanan ini tidak sia-sia.
          Satu minggu sebelum olimpiade mereka berkumpul di lab. IPA untuk membahas keberangkatan mereka.
          “Bagaimana? Apa kalian sudah siap?” Tanya pak susanto ditengah pembicaraan. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya tersenyum dan saling memendang satu sama lain.
          “Kerjakan semampu kalian, yang penting siapkan mental kalian dulu. Walaupun sekolah kita dipinggir sungai dan dibawah pohon jati tapi kita tidak kalah dengan sekolah-sekolah lain yang ada dikota. Kita punya sejarah yang luar biasa, tahun kemaren kita menjadi yang terbaik di banyuwangi nomor 1 dan 2 dan tahun sebelumnya juga kita juga menjadi juara” Kata-kata P. Santo itu telah memecahkan keheningan dan sekaligus menjadi penyamangat untuk mereka.
                                                          ***
          Hari itu pun akhirnya tiba. Mereka berangkat pagi sekali karena jarak tempat olimpiade dengan sekolah mereka jauh. Tampak sekali ketegangan diwajah mereka yang coba mereka kendalikan namun masih terlihat. Tiga puluh menit sebelum kegiatan dimulai mereka sampai.
          “Bagi seluruh peserta olimpiade harap berkumpul dilapangan untuk acara pembukaan!” Kata panitia melalui sebuah pengeras suara. Mereka pun langsung bergegas menuju lapangan. Selesai pembukaan mereka langsung menuju ruang kelas yang telah ditentukan panitia. Namun sebelum itu mereka menyempatkan untuk menemui P.Santo, guru yang selama ini telah membimbing mereka.
          “Ingat, kerjakan semampu kalian dan yang yakin benar! Semoga kalian sukses!” Kata P.Santo. Kami mengangguk dan bergegas menuju ruang kami masing-masing.
          Seratus menit bukanlah waktu yang lama untuk mengerjakan 50 soal. Apalagi jika mereka sampai salah menjawab maka nilai mereka akan min atau berkurang. Seratus menit telah berlalu, mereka keluar dari ruangan mereka masing-masing. Selesai mengerjakan soal ternyata tidak menghilangkan perasaan was-was mereka karena mereka bisa mengetahui hasil kerjakeras mereka selama ini. Karena pengumuman masih lama akhirnya P.Santo memutuskan untuk pulang dan meminta panitia untuk memberi  tahu hasilnya lewat sms.
          Ditengah perjalanan tiba-tiba terdengar suara telepon genggam milik P.Santo.
          “Bismillahirrahmanirrahim…,” Kata P.Santo sambil membuka sms yang beliau terima. P.Santo membaca sms itu dengan suara keras agar mereka bisa mendengar.
          “Yang lolos hanya satu, namanya Zulfatus sa’adah. Juara 3.”
P.Santo tersenyum kearah mereka yang juga ikut tersenyum mengetahui ada salah satu dari mereka yang lolos ke babak semifinal. Apalagi Zulfa, bahkan dia tidak percaya kalau satu orang itu adalah dirinya. Tapi dibalik senyuman itu mereka juga merasakan kekecewaan karena hanya satu orang yang bisa lolos ke babak semifinal padahal target P.Santo kali ini bisa lolos sampai ke final. Dengan satu orang yang lolos apa mungkin aku bisa mewujudkan harapan P.Santo?. Fikir Zulfa dalam hati.
          Tak banyak persiapan yang Zulfa lakukan dibandingkan sebelum ini, padahal waktu yng tersisa tinggal dua minggu lagi. Dia hanya sedikit mengulang materi yang telah ada. Begitu juga dengan P.Santo, mungkin karena materi yang diberikan dirasa sudah cukup. Beliau hanya meminta Zulfa belajar sendiri dan menanyakan hal-hal yang dia tidak bisa.
                                                         
***
          Untuk babak ini kegiatan olimpiade dilaksanakan dikota Malang, tepatnya di UIN Malang. Jam 6 sore P.Santo dan Zulfa berangkat dari kota pisang menuju kota apel. Setelah kira-kira 8 jam dalam perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai. Mereka sampai sekitar pukul 02.30. Masih terlalu pagi, pintu gerbang kampus ditutup. Awalnya mereka dilarang masuk oleh penjaga kampus namun setelah 2 mahasiswa yang menjadi panitia olimpiade dating dan memberikan penelasan, akhirnya mereka diperbolehkan masuk.
          Babak semifinal dimulai jam 8 pagi.Seperti biasanya sebelum kegiatan dimulai pasti ada acara pembukaan. Tidak bisa dipungkiri lagi rasa takut dan nerves  menguasai diri  Zulfa,  untunglah hal itu tidak berlangsung lama karena Zulfa bisa mengendalikan dirinya.
          Seratus menit waktu yang diberikan dan dia gunakan sebaik mungkin. Tak banyak yang bisa Zulfa kerjakan. Hanya beberapa nomer saja yang dia yakin bisa.Namun siapa sangka dari benerapa soal itu membawa Zulfa masuk ke babak final. Zulfa sama sekali tidak percaya kalau dia bisa lolos. Sejak pertama kali dia tahu kalau dia masuk final hanya satu yang dia fikirkan yaitu apa yang harus dia lakukan saat praktek nanti. Karena dia sama sekali belum siap untuk itu. Soal theory masih bisa dia siasati dengan beberapa cara tapi kalau praktek apa yang harus dia lakukan jika dia tidak tau samasekali materinya. Pasrah, hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.
          Tahap demi tahap dalam praktek telah dia lalui dengan pengetahuan dan cara seadanya. Soal theory juga telah dia kerjakan dan dengan pengetahuan yang seadanya juga karena soal theory iibabak final ini jauh lebih sulit dari soal-soal sebelumnya. Dn akhirnya dia pun selesai.
          Pengumuman kali ini di laksanakan disebuah aula  dilantai 4. Entah kenapa jantung Zulfa begitu deg-degan dan ingin segera mengetahui hasilnya padahal dia sangat yakin bahwa dia tidak akan jadi pemenang. Juara harapan 2 sampai juara 2 diumumkan secara bergantian oleh panitia dan akhirnya tiba saatnya untuk mengetahui siapa pemenang olimpiade kimia Indonesia sejawa-bali yang diadakan oleh uin malang.
          “Sekarang adalah saatyang kita tunggu-tunggu. Saatnya untuk kita mengetahui siapakah sang juara olimpiade kimia tahun ini. Dia adalah…………….. … dari SMAN 1 Pamekasan.” Seketika suasana menjadi gaduh dan riuh dengan suara tepuk tangan.
Selesai pengumuman semua pserta dan guru pendamping diperlihatkan nilai yang dicapai setiap peserta. Disana terlihat Zulfa mendapatkan peringkat ke 18.
          “Selamat ya!” kata p.santo.
          “iya pak trimakasih, tapi baru bisa peringkat 18.”
          “tidak apa-apa, ini prestasi yang luar biasa.”
          P.Santo benar, peringkat 18 dari 1005 peserta bukanlah suatu yang buruk.

Tidak ada komentar: