Road To Olimpiade Kimia Indoesia (OKI VI) UIN MALIKI MALANG
Disebuah sekolah dipinggir sungai yang jauh dari kota MAN Pesanggaran namanya, ada enam
siswa yang mendapatkan sebuah penghargaan. Mereka adalah Dewi Q, Fadhil, Teguh,
Ulfa, Zulfa, Vina dan Ufik. Penghargaan yang mereka dapatkan bukanlah sebuah tropi
atau pun piagam melainkan sebuah kepercayaan untuk membawa nama baik sekolah
mereka ditengah sekolah-sekolah elite yang ada dikota. Olimpiade Kimia, itulah yang harus mereka hadapi. Tentunya bukan
hal yang mudah mengalahkan peserta lainnya yang notabennya dari sekolah
favorit.
Masih ada waktu tiga minggu menjelang
olimpiade, berbagai persiapan pun mereka kakukan. Hampir setiap hari pada jam
sekolah, mereka berkumpul dan didampingi pak susanto (guru kimia) untuk
membahas soal-soal olimpiade tahun lalu dan sedikit penembahan materi yang
diperlukan. Bahkan tak jarang mereka harus mengorbankan pelajaran lain untuk
persiapan ini. Mereka hanya berharap semoga pengorbanan ini tidak sia-sia.
Satu minggu sebelum olimpiade mereka
berkumpul di lab. IPA untuk membahas keberangkatan mereka.
“Bagaimana? Apa kalian sudah siap?”
Tanya pak susanto ditengah pembicaraan. Tak ada satupun kata yang keluar dari
mulut mereka. Mereka hanya tersenyum dan saling memendang satu sama lain.
“Kerjakan semampu kalian, yang penting
siapkan mental kalian dulu. Walaupun sekolah kita dipinggir sungai dan dibawah
pohon jati tapi kita tidak kalah dengan sekolah-sekolah lain yang ada dikota.
Kita punya sejarah yang luar biasa, tahun kemaren kita menjadi yang terbaik di
banyuwangi nomor 1 dan 2 dan tahun sebelumnya juga kita juga menjadi juara”
Kata-kata P. Santo itu telah memecahkan keheningan dan sekaligus menjadi
penyamangat untuk mereka.
***
Hari itu pun akhirnya tiba. Mereka
berangkat pagi sekali karena jarak tempat olimpiade dengan sekolah mereka jauh.
Tampak sekali ketegangan diwajah mereka yang coba mereka kendalikan namun masih
terlihat. Tiga puluh menit sebelum kegiatan dimulai mereka sampai.
“Bagi seluruh peserta olimpiade harap
berkumpul dilapangan untuk acara pembukaan!” Kata panitia melalui sebuah
pengeras suara. Mereka pun langsung bergegas menuju lapangan. Selesai pembukaan
mereka langsung menuju ruang kelas yang telah ditentukan panitia. Namun sebelum
itu mereka menyempatkan untuk menemui P.Santo, guru yang selama ini telah
membimbing mereka.
“Ingat, kerjakan semampu kalian dan
yang yakin benar! Semoga kalian sukses!” Kata P.Santo. Kami mengangguk dan
bergegas menuju ruang kami masing-masing.
Seratus menit bukanlah waktu yang lama
untuk mengerjakan 50 soal. Apalagi jika mereka sampai salah menjawab maka nilai
mereka akan min atau berkurang. Seratus menit telah berlalu, mereka keluar dari
ruangan mereka masing-masing. Selesai mengerjakan soal ternyata tidak
menghilangkan perasaan was-was mereka karena mereka bisa mengetahui hasil
kerjakeras mereka selama ini. Karena pengumuman masih lama akhirnya P.Santo
memutuskan untuk pulang dan meminta panitia untuk memberi tahu hasilnya lewat sms.
Ditengah perjalanan tiba-tiba
terdengar suara telepon genggam milik P.Santo.
“Bismillahirrahmanirrahim…,” Kata
P.Santo sambil membuka sms yang beliau terima. P.Santo membaca sms itu dengan
suara keras agar mereka bisa mendengar.
“Yang lolos hanya satu, namanya
Zulfatus sa’adah. Juara 3.”
P.Santo tersenyum
kearah mereka yang juga ikut tersenyum mengetahui ada salah satu dari mereka
yang lolos ke babak semifinal. Apalagi Zulfa, bahkan dia tidak percaya kalau
satu orang itu adalah dirinya. Tapi dibalik senyuman itu mereka juga merasakan
kekecewaan karena hanya satu orang yang bisa lolos ke babak semifinal padahal
target P.Santo kali ini bisa lolos sampai ke final. Dengan satu orang yang
lolos apa mungkin aku bisa mewujudkan harapan P.Santo?. Fikir Zulfa dalam hati.
Tak banyak persiapan yang Zulfa
lakukan dibandingkan sebelum ini, padahal waktu yng tersisa tinggal dua minggu
lagi. Dia hanya sedikit mengulang materi yang telah ada. Begitu juga dengan
P.Santo, mungkin karena materi yang diberikan dirasa sudah cukup. Beliau hanya
meminta Zulfa belajar sendiri dan menanyakan hal-hal yang dia tidak bisa.
***
Untuk babak ini kegiatan olimpiade dilaksanakan dikota Malang, tepatnya di UIN Malang. Jam 6 sore P.Santo dan Zulfa berangkat dari kota pisang menuju kota apel. Setelah kira-kira 8 jam dalam perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai. Mereka sampai sekitar pukul 02.30. Masih terlalu pagi, pintu gerbang kampus ditutup. Awalnya mereka dilarang masuk oleh penjaga kampus namun setelah 2 mahasiswa yang menjadi panitia olimpiade dating dan memberikan penelasan, akhirnya mereka diperbolehkan masuk.
Untuk babak ini kegiatan olimpiade dilaksanakan dikota Malang, tepatnya di UIN Malang. Jam 6 sore P.Santo dan Zulfa berangkat dari kota pisang menuju kota apel. Setelah kira-kira 8 jam dalam perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai. Mereka sampai sekitar pukul 02.30. Masih terlalu pagi, pintu gerbang kampus ditutup. Awalnya mereka dilarang masuk oleh penjaga kampus namun setelah 2 mahasiswa yang menjadi panitia olimpiade dating dan memberikan penelasan, akhirnya mereka diperbolehkan masuk.
Babak semifinal dimulai jam 8 pagi.Seperti
biasanya sebelum kegiatan dimulai pasti ada acara pembukaan. Tidak bisa
dipungkiri lagi rasa takut dan nerves
menguasai diri Zulfa, untunglah hal itu tidak berlangsung lama
karena Zulfa bisa mengendalikan dirinya.
Seratus menit waktu yang diberikan dan
dia gunakan sebaik mungkin. Tak banyak yang bisa Zulfa kerjakan. Hanya beberapa
nomer saja yang dia yakin bisa.Namun siapa sangka dari benerapa soal itu
membawa Zulfa masuk ke babak final. Zulfa sama sekali tidak percaya kalau dia
bisa lolos. Sejak pertama kali dia tahu kalau dia masuk final hanya satu yang
dia fikirkan yaitu apa yang harus dia lakukan saat praktek nanti. Karena dia
sama sekali belum siap untuk itu. Soal theory masih bisa dia siasati dengan
beberapa cara tapi kalau praktek apa yang harus dia lakukan jika dia tidak tau
samasekali materinya. Pasrah, hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.
Tahap demi tahap dalam praktek telah
dia lalui dengan pengetahuan dan cara seadanya. Soal theory juga telah dia
kerjakan dan dengan pengetahuan yang seadanya juga karena soal theory iibabak
final ini jauh lebih sulit dari soal-soal sebelumnya. Dn akhirnya dia pun
selesai.
Pengumuman kali ini di laksanakan
disebuah aula dilantai 4. Entah kenapa
jantung Zulfa begitu deg-degan dan ingin segera mengetahui hasilnya padahal dia
sangat yakin bahwa dia tidak akan jadi pemenang. Juara harapan 2 sampai juara 2
diumumkan secara bergantian oleh panitia dan akhirnya tiba saatnya untuk
mengetahui siapa pemenang olimpiade kimia Indonesia sejawa-bali yang diadakan
oleh uin malang.
“Sekarang adalah saatyang kita
tunggu-tunggu. Saatnya untuk kita mengetahui siapakah sang juara olimpiade
kimia tahun ini. Dia adalah…………….. … dari SMAN 1 Pamekasan.” Seketika suasana
menjadi gaduh dan riuh dengan suara tepuk tangan.
Selesai
pengumuman semua pserta dan guru pendamping diperlihatkan nilai yang dicapai
setiap peserta. Disana terlihat Zulfa mendapatkan peringkat ke 18.
“Selamat ya!” kata p.santo.
“iya pak trimakasih, tapi baru bisa
peringkat 18.”
“tidak apa-apa, ini prestasi yang luar
biasa.”
P.Santo benar, peringkat 18 dari 1005 peserta bukanlah suatu yang buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar