Brainly-thumbBrainly merupakan salah satu startup pendidikan asing yang agresif di Indonesia | Sumber: Kaskus
Belum terungkap jelas mengapa lima startup pendidikan asing yang akan kami ulas ini melakukan ekspansi ke Indonesia. Bisa jadi mereka tergiur dengan total siswa dari SD hingga SMA di Indonesia yang mencapai 50 juta jiwa yang tersebar di 200.000 sekolah dengan 3 juta guru yang mengajar di dalamnya.

Mungkin bisa jadi juga karena mereka tertarik dengan 30 juta dari 75 juta jiwa penduduk Indonesia yang aktif mengakses internet ternyata adalah anak dan remaja yang notabene masih bersekolah. Atau kemungkinan ketiga, mereka telah mengkaji riset yang diungkap oleh Ambient Insight bahwa Indonesia di tahun 2017 — itu artinya tiga tahun lagi — diprediksikan sebagai salah satu top buyer ketiga dari produk dan layanan Mobile Learning setelah Cina dan India.
Apapun pertimbangannya, berikut adalah lima startup pendidikan asing yang sudah berekspansi ke Indonesia. Empat diantaranya baru masuk tahun 2014 ini. Siapa sajakah mereka?
Baca juga: 7 fakta mengejutkan seputar startup pendidikan Indonesia

1. Brainly

1-Dimas-Mukhlas-thumb
Dimas Mukhlas Widiantoro (country manager Brainly Indonesia)
Startup pendidikan asal Polandia ini memungkinkan penggunanya untuk menanyakan dan menjawab pertanyaan terkait pelajaran di sekolah secara terbuka ke pengguna lain. Dengan membidik pendidikan formal, Brainly menyediakan mata pelajaran pada tiga kategori tingkat pendidikan yaitu SD, SMP, dan SMA.
Baca juga: FYI: Brainly kini miliki 6 juta pengunjung unik tiap bulannya di Indonesia
Dimas Mukhlas Widiantoro, country manager Brainly Indonesia, mengungkap bahwa pengguna Brainly di Indonesia berjumlah sekitar 650.000 orang dan mengklaim telah mendapat kunjungan 6 juta pengunjung unik tiap bulannya. Sementara pelajaran yang paling populer untuk didiskusikan di Brainly Indonesia yaitu Bahasa Indonesia, PPKN, dan Matematika.
Catatan: Jauh sebelum Brainly beroperasi di Indonesia, pada 10 Juni 2013 silam startup pendidikan lokal dengan konsep yang mirip Brainly sudah diluncurkan yaitu UtakAtikOtak. Namun, entah mengapa, popularitas Brainly kini tampaknya lebih dikenal ketimbang UtakAtikOtak. Padahal UtakAtikOtak juga sempat menjadi salah satu nominasi INAICTA 2013 untuk kategori digital interactive.
Baca juga: Mari belajar sambil bermain melalui kuis edukasi di UtakAtikOtak

2. Duolingo

Duolingo
Startup pendidikan tidak selalu harus bergerak di kawasan pendidikan formal, tetapi bisa juga menyentuh area pendidikan non-formal seperti Duolingo. Sekiranya Anda ingin belajar bahasa asing dengan cara yang lebih menyenangkan, startup pendidikan asal Amerika Serikat ini tampaknya bisa menjadi alternatif solusi. Tidak hanya bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang bisa dipelajari di Duolingo, melainkan juga bahasa Spanyol, Perancis, Italia, Jerman, Portugis, Belanda, dan bahkan bahasa Indonesia!
Baca juga: Belajar bahasa asing sambil bermain dengan Duolingo (REVIEW)
Tidak banyak informasi yang kami dapatkan mengenai Duolingo Indonesia selain startup ini baru berekspansi ke Republik ini sejak April 2014 silam — kami memantaunya dari akun Twitter @duolingo_id.
Catatan: Pada Rabu 9 Mei 2012, Telkom Indonesia sempat bekerja sama dengan SK Telecom Korea Selatan dalam meluncurkan startup untuk mempelajari bahasa Inggris bernama English Bean. Sayangnya, setelah berjalan satu tahun, English Bean kini sudah tidak beroperasi lagi bahkan website-nya pun sudah tidak bisa diakses sama sekali.

3. Quipper School

3-Quipper-School-thumb
Tim Quipper School Indonesia

Ranah pendidikan formal juga dianggap “seksi” oleh Quipper School asal Inggris sebagai lahan bisnis sehingga melabuhkan Indonesia sebagai salah satu negara ekspansinya setelah mendapatkan pendanaan sebesar USD 5,8 juta (sekitar Rp 70 miliar) Maret 2014 silam. Untuk wilayah Indonesia, usia Quipper School masih beberapa bulan setelah Februari 2014 silam membuka kantornya di republik ini. Konsep Quipper School yang mengusung pembelajaran interaktif secara online dalam platform jejaring sosial mengingatkan kita pada Edmodo atau Kelase. Bedanya, Quipper School sementara ini hanya bisa dinikmati oleh siswa tingkat SMA saja mulai dari kelas 10 hingga kelas 12. Belum lagi Quipper School mengklaim sebagai platform pembelajaran online terlengkap di Indonesia.
Catatan: Dari pengamatan kami, Quipper School salah satu startup pendidikan asing yang terbilang cukup agresif dalam menggarap pasar pendidikan formal Indonesia. Cara marketing-nya yang menggunakan pendekatan kultural dengan menampilkan siswi berhijab juga potensial menarik pengguna dari sekolah-sekolah Islam. Apalagi sejauh ini belum ada startup pendidikan lokal yang menargetkan khusus anak-anak SMA.

4. Legentas

Legentas-thumb
Sudah kami singgung di atas bahwa berbicara startup pendidikan, tidak melulu yang berkecimpung dalam area pendidikan formal. Legentas adalah salah satu startup pendidikan (dan bukan pendidikan formal) yang menawarkan program membaca cepat (speed reading). Metode membaca cepatnya sendiri berasal dari Republik Ceko dan sudah menggunakan bahasa Inggris, Slovakia, serta tentu saja bahasa Ceko selama lebih dari satu tahun. Saat ini Legentas sedang dikembangkan dalam bahasa Indonesia, Jerman, Rusia, dan Portugal.
Belum banyak informasi yang kami dapatkan seputar Legentas Indonesia. Namun, kehadirannya pada awal November ini di Indonesia membuka wawasan betapa startup pendidikan memiliki bidang garapan yang luas tidak hanya menggarap pendidikan formal, melainkan juga pendidikan informal, dan pendidikan non-formal dengan konsep bisnis yang beraneka pula bukan hanya seputar pembuatan kelas online.
Catatan: Di Indonesia, ikon speed reading melekat pada sosok Agus Setiawan dengan training andalannya: Baca Kilat. Agus sendiri bukan pelaku startup pendidikan, namun Legentas perlu belajar dari cara Agus memasarkan metode Baca Kilat di Indonesia. Bedanya, Legentas memiliki aplikasi komputer tersendiri dan memiliki program kursus online-nya dalam mengajarkan metode speed reading ini.

5. Edmodo

Edmodo-thumb
Jauh sebelum Brainly, Duolingo, Quipper School, dan Legentas ekspansi ke Indonesia, startup pendidikan Edmodo dari Amerika Serikat sudah terlebih dahulu hadir. Dengan membidik pasar pendidikan formal, Edmodo jeli dengan menyediakan solusi untuk urusan pembuatan kelas online dan jejaring sosial khusus pendidikan.
Nama Edmodo sendiri beberapa tahun silam cukup terkenal di kalangan pendidik Indonesia. Apalagi Edmodo juga dipopulerkan oleh organisasi Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre (Seamolec). Sayangnya, lagi-lagi tidak banyak informasi yang kami dapatkan seputar eksistensi Edmodo di Indonesia.
Catatan: Ide untuk membuat kelas online akhir-akhir ini memang terdengar santer di kalangan para pelaku startup pendidikan. Salah satu yang mengeksekusi ide itu menjadi kenyataan adalah Kelase yang disebut-sebut sebagai “Edmodo”-nya Indonesia. Bedanya? Kelase mewajibkan pengguna berasal dari lembaga pendidikan tertentu, sementara pengguna Edmodo tidak harus terikat dengan lembaga pendidikan manapun.
Baca juga: FYI: Kelase hari ini resmi meluncurkan fitur-fitur baru

Epilog
Kehadiran startup pendidikan asing di Indonesia seyogianya membuka mata para pelaku startup pendidikan lokal betapa republik ini memang pasar empuk yang menggairahkan. Jadi, tampaknya startup pendidikan lokal perlu meningkatkan daya saing startup yang dikelolanya, apalagi mendekati ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015.
Lagipula, tidak ada jaminan bahwa di bawah kepemimpinan Anies Baswedan sebagai Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah yang baru dilantik pada kabinet kerja Presiden Joko Widodo, startup pendidikan lokal mendapatkan keistimewaan sebagai tuan rumah di negeri sendiri.

Lalu, Indonesia punya startup pendidikan apa saja? Inilah 15 startup pendidikan terpopuler di Indonesia

Rudy-Ramawy-thumb
Rudy Ramawy (Country Head Google Indonesia) sedang mengajar pada program “Indonesia Mengajar”| Gambar: Tekno Kompas
(Diedit oleh Ketut Krisna Wijaya)