Gampang, kalau sekedar ingin menjadi atasan yang selalu diingat oleh
anak buahnya. Secara naluriah, bawahan selalu ingat terhadap atasannya.
Makanya, ada bawahan yang setiap pagi malas ngantor. Karena pagi itu dia
teringat punya jadwal rapat dengan atasannya. Atau, karena dia harus
mengirimkan laporan kepada atasannya. Atau, karena atasannya hari ini
masuk kantor lagi setelah beberapa hari traveling. Ada juga anak buah
yang selalu bersemangat, karena dia ingat jika atasannya akan selalu ada
ketika dibutuhkan. Apa saja. Pokoknya, selalu ada alasan kenapa anak
buah selalu ingat atasannya. Tantangannya adalah; bagaimana caranya
membuat agar anah buah selalu mengingat hal-hal positif kita. Bukan yang
sebaliknya.
Kemarin, saya rapat tentang teknis pelaksanaan training Leadership
yang akan dilakukan untuk salah satu klien dalam beberapa hari
mendatang. Biasalah disela-sela rapat kita kan suka ada selingan bicara
tentang hal-hal yang ringan. Beliau menceritakan tentang ‘mantan’
atasannya yang katanya memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
karirnya, bahkan hidupnya. Begitu banyak pelajaran yang diperolehnya
dari atasannya, sehingga sampai sekarang beliau masih menyimpan kenangan
terbaik dengan mantan atasannya itu. Saya juga sama. Masih bisa
mengingat kebaikan-kebaikan atasan saya yang sangat berjasa menempa dan
mendidik saya. Tentu mereka memiliki kekurangan. Namun, jasa baik mereka
melampaui hal remeh temeh kelemahan manusiawi yang dimiliki setiap
insan. Saya, ingiiiin sekali bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi
anak buah saya. Sehingga kelak, ada kenangan positif yang tersisa
dibenak mereka. Tidak mudah. Tapi saya yakin kita bisa belajar
melakukannya dari sekarang.
Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar untuk menjadi atasan
yang selalu diingat secara positif, saya ajak memulainya dengan memahami
dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut
ini :
1. Memori lebih panjang dari masa kerja.
Apakah Anda masih ingat tentang guru-guru taman kanak-kanak? SD, SMP,
dan SMA Anda? Bagaimana dengan dosen Anda? Kebanyakan mungkin sudah
dilupakan. Tapi ada beberapa guru yang masih kita ingat dengan sangat
baik. Kita, selalu dapat mengingat hal-hal tertentu bersama orang-orang
yang sangat berpengaruh dalam hidup kita dimasa lalu. Padahal, sangat
mungkin yang bersangkutan sudah tidak ingat lagi. Memori Anda tentang
guru yang masih bisa diingat itu; sesuatu yang positif, atau negatif? Di
dunia kerja, orang yang paling diingat lama adalah para mantan atasan.
Anda pun masih punya memori dengan atasan Anda dimasa lalu, bukan?
Padahal Anda sudah tidak lagi bekerja dengan beliau. Pertanyaannya
sekarang adalah; Apakah kita hendak meninggalkan memori baik ataukah
buruk, dibenak anak buah kita kelak? Kita perlu mulai berhati-hati.
Memori itu akan tetap mereka ingat meskipun sudah pensiun kelak. Karena
memori, lebih panjang daripada masa kerja kita. Sedangkan kita, tentu
ingin dikenang secara positif, bukan sebaliknya. Bagaimana pun juga,
jauh lebih baik meninggalan memori postif daripada negatif, bukan?
2. Atasan populer sering bukan yang terbaik.
Memori positif itu tidak berarti harus serba permisif. Gampang kalau
hanya ingin menjadi atasan yang populer alias disukai anak buah. Tidak
usah terlalu menuntut. Ikuti saja gaya dan kemauan bawahan. Mereka pasti
senang. Tapi, apakah begitu cara memimpin yang baik? Tidak. Atasan yang
baik itu justru berani ambil resiko disebelin anak buah. ASALKAN; apa
yang kita lakukan demi kepentingan mereka. Contohnya, menegakkan
kedisiplinan. Tidak banyak orang yang suka. Tapi jika mereka dibiarkan
terbiasa tidak disiplin, maka mereka akan kalah bersaing. Contoh
lainnya, memberikan penugasan yang lebih tinggi, lebih berat, dan lebih
menantang kepada anak buah yang berpotensi. Banyak orang yang lengah dan
lebih suka kerja nyantai. Padahal, itu merugikan diri mereka
sendiri. Karena pertumbuhan karir yang bagus hanya menjadi milik mereka
yang terus menempa diri. Maka demi kepentingan anak buah Anda, tempalah
anak buah Anda, hingga punya daya saing yang tinggi. Meskipun
menyebabkan Anda menjadi atasan yang tidak populer.
3. Positif atau negatif itu bisa relatif.
Atasan yang menuntut kedisiplinan dan menempa anak buahnya dengan
berat; sering tidak disukai. Kenapa? Karena kebanyakan orang inginnya
kerja gampang, tugas ringan, tapi gaji besar. Padahal gaji besar hanya
cocok bagi para kontributor di posisi tinggi. Untuk mendapat gaji besar,
orang mesti sanggup berkontribusi lebih banyak dan meraih kedudukan
yang lebih tinggi. Makanya, kedua hal itu tidak bisa dicapai oleh orang
tidak mau susah payah. Sayangnya, kalau ada atasan yang mendidik dengan
tempaan yang berat, banyak yang salah sangka dan menilai negatif. Tapi
setelah berhasil nanti, mereka baru menyadari bahwa tempaan yang
dilakukan oleh atasannya dulu itu sangat berguna untuk meraih apa yang
mereka inginkan. Jadi, kalau ada atasan yang suka menempa bawahannya;
apakah itu positif atau negatif? Pada awalnya bisa saja dinilai negatif,
tapi setelah ada hasilnya, barulah orang sadar jika itu positif.
Makanya, sebagai atasan, Anda tidak perlu khawatir dengan penilaian dari
orang lain. Yang penting, lakukan upaya terbaik untuk menggembleng dan
mengembangkan anak buah yang Anda pimpin. Hingga bisa meraih pencapaian
yang tinggi untuk dirinya sendiri.
4. Bawahan selalu ingat pada manfaat.
Selalu. Setiap orang bertanya; apa manfaatnya buat gue? Begitu pula
anak buah kita. Mereka selalu bisa mengingat atasannya yang bisa memberi
manfaat. Memang, mudah sekali untuk mengingat manfaat jangka pendek
seperti bonus, hadiah atau benda material lainnya. Namun, sifat
kebendaan yang cepat habis itu juga berkorelasi dengan memori
penerimanya. Kalau bonusnya sudah ludes, biasanya rasa syukur juga
otomatis ikut luntur. Makanya, kita perlu melakukan tindakan-tindakan
yang bisa memberikan manfaat jangka panjang kepada anak buah. Agar
dampaknya lama, dan tentu rasa syukurnya juga lama. Adakah yang seperti
itu? Kalau uang, jelas jangka pendek. Tapi ilmu, kebiasaan baik,
kedisiplinan, keterampilan kerja, kemampuan mengelola yang kita latihkan
kepada mereka; akan menetap sepanjang masa. Seperti halnya Anda masih
ingat guru-guru terbaik Anda, maka anak buah Anda kelak akan selalu
mengingat Anda. Jika Anda berhasil memberikan manfaat, berupa bekal yang
berarti bagi pertumbuhan karir mereka.
5. Gratis itu sebenarnya yang paling mahal.
Memang sih, kadang kita mikir; kenapa mesti susah payah menggembleng
anak buah. Kan tidak ada dampaknya dengan penghasilan kita. Selama
berhasil mencapai target-target, posisi kita bakal aman. Buat apa lagi
memberikan layanan gratis segala? Tak perlulah itu. Benar, jika kita
masih terkungkung oleh norma alam material. Memang, kita tidak dapat
tambahan uang dengan mendidik dan memintarkan anak buah. Tapi, bukankah
ketika anak buah lebih terampil dan lebih bisa mengelola pekerjaannya
membuat tugas teknis kita menjadi semakin ringan? Itu salah satu reward
langsung yang kita dapatkan. Reward lainnya, adalah ketika anak buah
kita – terucapkan atau tidak – merasa bersyukur pernah punya atasan
seperti Anda. Lha, jika mantan anak buah kita yang sudah maju itu tidak
tahu terimakasih? Malah dengan bangganya menepuk dada seolah seluruh
pencapaiannya dia buat sendiri tanpa kontribusi orang lain, bagaimana
coba? Mengapa pusing? Bukankah Anda merasakan kepuasan didalam batin
saat menyaksikan orang yang Anda gembleng berhasil meraih
suksesnya? Reward yang satu itu, tidak ada tandingannya.
Jika gajah mati, dia meningalkan gading. Lantas, sebagai seorang
atasan kita akan meninggalkan apa di benak anak buah sepeninggal kita
kelak? Ketika pensiun, apakah mereka masih akan mengenang
kebaikan-kebaikan kita? Ataukah perlakuan buruk yang selama ini kita
timpakan kepada mereka. Oh, terlampau beresiko jika kita hanya
meninggalkan kenangan buruk. Karena selain menyebabkan nilai diri kita
jatuh dimata mereka. Kita juga sulit untuk mempertanggungjawabkan
kepemimpinan kita. Soalnya, kita percaya bahwa; setiap pemimpin itu akan
dimintai pertanggungjawaban soal bagaimana caranya memimpin. Namun jika
kita sudah memimpin dengan baik untuk kebaikan orang-orang yang kita
pimpin, mungkin lebih mudah untuk menghadapi hari persidangan di
akhirat. Sehingga kita boleh mengatakan; “Tuhan, sudah saya gunakan
kewenangan saya dalam memimpin. Sebesar-besarnya untuk kebaikan
orang-orang yang saya pimpin.” Dengan begitu, semoga Tuhan berkenan
menerima laporan pertanggungjawaban kita, ya. Amin.
Catatan Kaki:
”Pemimpin yang biasa-biasanya saja sangat mudah dilupakan..
Pemimpin yang buruk selalu diingat keburukannya.. Sedangkan ..
Pemimpin yang baik senantiasa diabadikan namanya didunia dan diakhirat..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar