Jumat, 21 Maret 2014

Mengajarkan Siswa Menjadi Pebelajar dengan Pengaturan Diri (Self-Regulated Learning)

self regulated learning oleh si pebelajar mandiri

Mengajarkan Siswa Menjadi Pebelajar dengan Pengaturan Diri (Self-Regulated Learning)

Pentingkah menjadikan siswa kita menjadi pebelajar yang mampu mengatur bagaimana ia belajar (self-regulated learner)? Tentu penting sekali. Siswa yang mampu mengatur dirinya dalam hal belajar akan mampu menganalisis tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada mereka, kemudian mereka akan mampu menentukan tujuan pembelajaran mereka sendiri dalam belajar. Berikutnya, mereka, siswa-siswa dengan pengaturan belajar itu akan mampu menentukan strategi-strategi belajar apa yang diperlukan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajarannya, kemudian memonitor (mengevaluasi) sendiri bagaimana pencapaiannya dalam belajar. Nah, luar biasa bukan jika siswa kita tampil sebagai seorang self regulated-learner (seorang pebelajar yang mampu mengatur bagaimana ia belajar). Kurikulum 2013, kurikulum yang baru diluncurkan pada beberapa sekolah sasaran di tahun 2013 lalu dan akan berlanjut ke sekolah-sekolah lainnya secara nasional pada tahun ajaran baru 2014/2015 nanti-pun juga mengamanatkan agar siswa dapat menjadi seorang pebelajar yang mampu mengatur bagaimana ia belajar, di mana salah satu cirinya adalah siswa sebagai pebelajar sepanjang hayat (lifelong learner). Baca tulisan sebelumnya tentang Pandangan Kurikulum 2013 dan Pebelajar Sepanjang Hayat di sini.

Baiklah, sekarang, blog penelitian tindakan kelas akan memberikan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru (kita) agar siswa menjadi pebelajar yang mampu mengatur bagaimana dirinya belajar tadi. Yuk disimak.
Berikut ini adalah beberapa carauntuk menjadikan siswa seorang Self Regulated-Learner:

Bantu siswa untuk menganalisis tugas yang diberikan sehingga mereka mampu menentukan tujuan pembelajarannya sendiri secara tepat.


Seringkali siswa keliru dalam menafsirkan tugas yang diberikan oleh guru kepadanya. Misalnya saja, siswa kelas rendah lebih mengira bahwa gurunya sangat senang kalau ia lancar membaca, walaupun ia tidak mengerti apa makna kalimat-kalimat yang dibacanya. Akibatnya mereka cenderung membaca dengan cepat, bahkan dengan kata-kata yang salah-salah, agar kelihatan lancar. Padahal, penting mengajar anak kelas rendah membaca dengan memahami makna bacaan itu. Urusan kecepatan membaca adalah nomor dua setelah memahami makna bacaan.

Secara gamblang mengajari siswa menggunakan strategi-strategi belajar efektif.

Kita dapat mengajari siswa strategi-strategi belajar yang efektif digunakan untuk tujuan-tujuan belajar tertentu. Mengenai strategi belajar telah pernah dibahas sebelumnya di blog ini. Baca lebih lanjut mengenai Pengajaran Strategi Belajar (Learning Strategies) di sini. Dengan demikian siswa akan menguasai dan menemukan strategi belajar yang cocok digunakannya sesuai dengan situsi dan kondisi, misalnya strategi apa yang harus ia gunakan saat mempelajari soal-soal matematika, strategi apa yang harus ia gunakan saat diminta menghafal surat-surat pendek dalam Juzz Amma pada pelajaran pendidikan agama, lalu strategi apa yang harus ia gunakan saat belajar materi IPA.

Bantu siswa belajar memonitor perkembangan pribadinya dalam belajar (mencapai tujuan belajarnya).

Untuk ini guru dapat membantu mereka berlatih melakukan refleksi terhadap hasil belajar mereka masing-masing, mengevaluasi efektivitas strategi belajar yang telah mereka gunakan, memodifikasi strategi belajar tersebut bila perlu, dsb. Selain itu guru dapat membantu siswa dalam menilai performanya sendiri.

Demikian tulisan dari blog penelitian tindakan kelas kali ini, yaitu tentang Mengajarkan Siswa Menjadi Self Regulated Learning. Semoga bermanfaat untuk anda.

Tidak ada komentar: