A. Penilaian
Penilaian
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik,
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar
oleh Pemerintah.Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau
dan mengevaluasi proses,kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan.
Penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan
bertujuan untuk menilai pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.Penilaian hasil belajar peserta
didik meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Penilaian aspek sikap
dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yangrelevan,
dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru kelas.
Penilaian aspekpengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan
penugasan sesuai dengan kompetensiyang dinilai. Penilaian keterampilan
dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan atau tehbnik lain
sesjuai dengan kompetensi yang dinilai. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan,dan/atau bentuk lain yang
diperlukan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukandalam
bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah.
B. Peran Soal
HOTS dalam Penilaian
Soal-soal HOTS
bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi.Dalam melakukan
Penilaian, guru dapat menyisipkan beberapa butir soal HOTS. Berikut dipaparkan
beberapa peran soal-soal HOTS dalam meningkatkan mutu Penilaian.
1.
Mempersiapkan
kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21
Penilaian yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan diharapkan dapat
membekali peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada
abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan
pada abad ke-21 (21st century skills) yaitu: a) memiliki karakter yang
baik (beriman dan taqwa, rasa ingin tahu, pantang menyerah, kepekaan sosial dan
berbudaya, mampu beradaptasi, serta memiliki daya saing yang tinggi); b)
memiliki sejumlah kompetensi (berpikir kritis dan kreatif, problem solving,
kolaborasi, dan komunikasi); serta c) menguasai literasi mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual,
digital, dan auditori.
Penyajian soal-soal HOTSdalam Penilaian dapat melatih peserta didik
untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi
abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS,
keterampilan berpikir kritis (creative thinking and doing), kreativitas
(creativity) dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan
dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan nyata
dalam kehidupan sehari- hari (problem-solving).
2.
Memupuk rasa
cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah
Dalam Penilaian guru diharapkan dapat mengembangkan soal-soal HOTS secara
kreatif sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya
masing-masing.Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis
permasalahan daerah di lingkungan satuan pendidikan sangat penting.Berbagai
permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai stimulus
kontekstual.Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS
menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung
oleh peserta didik.Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam ujian
sekolah dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi
yang ada di daerahnya.Sehingga peserta didik merasa terpanggil untuk ikut ambil
bagian untuk memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya.
3.
Meningkatkan
motivasi belajar peserta didik
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di
masyarakat sehari- hari.Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas, agar
terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat.Dengan demikian peserta
didik merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam kelas berguna
dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat.Tantangan-tantangan yang
terjadi di masyarakat dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam
Penilaian, sehingga munculnya soal-soal berbasis soal-soal HOTS,
yang diharapkan dapat menambah motivasi belajar peserta didik.
4.
Meningkatkan
mutu Penilaian
Penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Dengan membiasakan melatih siswa untuk menjawab soal-soal HOTS, maka diharapkan
siswa dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Ditinjau dari hasil yang
dicapai dalam US dan UN, terdapat 3 kategori sekolah yaitu: (a) sekolah unggul,
apabila rerata nilai US lebih kecil daripada rerata UN; (b) sekolah biasa,
apabila rerata nilai US tinggi diikuti dengan rerata nilai UN yang tinggi dan
sebaliknya nilai rerata US rendah diikuti oleh rerata nilai UN juga rendah; dan
(c) sekolah yang perlu dibina bila rerata nilai US lebih besar daripada rerata
nilai UN.
Masih banyak satuan pendidikan dalam kategori sekolah yang perlu
dibina.Indikatornya adalah rerata nilai US lebih besar daripada rerata nilai
UN. Ada kemungkinan soal-soal buatan guru
level kognitifnya lebih rendah daripada soal-soal pada UN. Umumnya
soal-soal US yang disusun oleh guru selama ini, kebanyakan hanya mengukur level
1 dan level 2 saja. Penyebab lainnya adalah belum disisipkannya soal-soal HOTS
dalam US yang menyebabkan peserta didik belum terbiasa mengerjakan
soal-soal HOTS. Di sisi lain, dalam soal-soal UN peserta didik dituntut
memiliki kemampuan mengerjakan soal-soal HOTS. Setiap tahun persentase
soal-soal HOTS yang disisipkan dalam soal UN terus ditingkatkan. Sebagai
contoh pada UN tahun pelajaran 2015/2016 kira-kira terdapat 20% soal-soal HOTS.
Oleh karena itu, agar rerata nilai US tidak berbeda jauh dengan rerata nilai
UN, maka dalam penyusunan soal-soal US agar disisipkan soal-soal HOTS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar