Orangtua di zaman kiwari, mungkin bakal merasa malu jika anak-anaknya gaptek atau belum memiliki dan bisa mengoperasikan segala perangkat digital semisal telepon seluler pintar maupun komputer.
Sebabnya, kehidupan pada era kekinian kental dengan nuansa
komputerisasi. Bahkan, ada anekdot awam yang mengatakan manusia kini tak
bakal bisa hidup tanpa seperangkat gadget untuk mengakses dunia maya.
Namun, fakta yang mengejutkan adalah, mayoritas petinggi maupun karyawan perusahaan gadget
maupun portal raksasa dunia maya semisal E-bay, Google, Apple, Yahoo,
dan Hewlett-Packard, justu tak menginginkan anaknya mengenal semua
perangkat digital itu pada usia dini
.
Bahkan, mereka mengirim anak-anaknya ke sekolah prestisius yang
dikenal tak mau memakai perangkat digital maupun komputer dalam kegiatan
belajar-mengajarnya. Sekolah itu, bernama "Waldorf School of the
Peninsula", Amerika Serikat.
"Saya secara fundamental menolak gagasan bahwa anda membutuhkan
bantuan teknologi digital di sekolah dasar," tegas Alan Eagle, Executive
Communications Google.
Karena alasan itu pula, ia menyekolahkan putrinya, Andie, di Waldorf
School yang mengandalkan filosofi pendidikan itu harus "memanusiakan
manusia".
Seperti dikutip dari The New York Times, kelas-kelas belajar
di Waldorf tampak seperti kelas klasik. Tak ada perangkat elektronik,
komputer, maupun "tablet" untuk membuka buku elektronik.
Kelas-kelasnya justru berdinding kayu. Mereka juga menggunakan papan
dan kapur tulis, buku-buku eksiklopedia, dan buku tulis biasa serta
pensil. Para siswa juga secara rutin belajar dan bermain di tanah lapang
maupun lahan bercocok tanam milik sekolah.
Andie, putri Eagle yang duduk di kelas V, masih mendapat pelajaran
kerajinantangan, yakni membuat kaos kaki. Merajut, menurut guru Waldorf,
mampu membantu anak-anak belajar memahami pola dan matematika.
Menggunakan jarum dan benang, dapat mengasah kemampuan siswa memecahkan masalah dan belajar koordinasi.
Cathy Waheed, guru kelas Andie, mengajarkan matematika kepada
anak-anak dengan cara sederhana. Ia menggunakan buah-buahan, kue atau
roti yang dipotong-potong.
“Saya yakin, dengan cara ini, mereka bisa secara mudah menguasai matematika," tutur Waheed.
Ia mengatakan, mengajarkan siswa menggunakan komputer tak akan membuat mereka lebih pintar.
"Tak ada satu pun penelitian ilmiah yang membuktikan komputer bisa
membuat anak-anak pintar. Pendidikan, harus ditujukan sebagai proses
anak-anak mengenal diri maupun dunianya secara bebas melalui
metode-metode ilmiah," tandasnya.
sumber : http://www.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar