Sabtu, 02 Februari 2013

ARTIKEL



KESEHATAN REPRODUKSI
oleh : Susanto, S.Pd
BAB I

PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG

Membicarakan remaja akan selalu menarik, semenarik untuk menegaskan siapakah remaja tersebut. Secara umum remaja di identifikasikan sebagai sosok yang sedang mengalami perubahan baik biologis maupun psikologisnnya atau masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Menyelami dunia remaja kita akan melihat perubahan, perubahan biologis dan psikologisnya termasuk di dalamnya peran sosiologis dimana remaja minta diakui keberadaanya sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Perubahan biologis remaja terlihat dari pertumbuhan fisiknya yang begitu pesat. Pertumbuhan fisik mulai tampak dengan semakin tinggi dan panjang badan, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang mulai tumbuh.
Perubahan psikologis ditandai dengan pembentukan konsep diri. Pada masa transisi dari periode anak-anak ke dewasa pembentukan konsep diri sebagai orang dewasa dimulai.
Dengan makin banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja menjadi sangat penting. Permasalahan remaja yang disebutkan di atas berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi, dan seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat.
Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur bagi remaja akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku reproduksinya.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengrtian kesehatan reproduksi bagi remaja ?
2.      Apa sajakah bahaya yang bisa ditimbulkan ?
3.      Perlu atau tidakkah pemberian bekal pendidikan bagi remaja tentang menjaga kesehatan reproduksi remaja ?

1.3 TUJUAN
1.      Memperjelas pengertian tentang reproduksi remaja.
2.      Memberikan bekal pengetahuan akan pentingnya arti sehat agar dapat    menjaga    reproduksi bagi kalangan remaja.
3.      Memberi pengetahuan bagi remaja akan bahaya yang ditimbulkan apabila tidak mau menjaga kesehatan bagi reproduksi para remaja.
4.      Mengevaluasi dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, sikap      dan perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi
5.      Mengevaluasi tingkat pengetahuan remaja menurut perbedaan tingkat pengetahuan, karakteristik, dan mengidentifikasi penyempurnaan program/ kegiatan kesehatan reproduksi remaja.

1.4  MANFAAT:
1.      Dapat dijadikan sebagai pengetahuan yang berarti bagi semua khalayak.
2.      Masyarakat dapat mengetahui arti pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
3.      Dapat memberikan kejelasan tentang dampak yang ditimbulkan.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Apakah pengertian kesehatan reproduksi bagi remaja?
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman.
 Berdasarkan definisi dari Departemen Kesehatan, diketahui bahwa kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit, melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan baik sebelum menikah maupun sesudah menikah.
Alat reproduksi sendiri adalah bagian-bagian tubuh kita yang berfungsi dalam melanjutkan keturunan. Alat reproduksi wanita berbeda dengan alat reproduksi laki-laki.

2.2  Perkembangan Remaja
Masa remaja dibedakan dalam :
1.      Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.
2.      Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.
3.      Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun.
 Secara psikologik kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri-ciri tertentu pada seseorang. Ciri-ciri tersebut menurut G.W. Allport (dikutip dari Dr. Sarlito W. Sarwono, hal 71, 1994) adalah :
1.      Pemekaran diri sendiri (extension of the self) yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri. Perasaan egoisme berkurang, sebaliknya tumbuh perasaan ikut memiliki.
2.      Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self objectivication) yang ditandai dengan kemampuan untuk memiliki wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran. Ia tidak marah jika dikritik dan di saat-saat yang diperlukan ia bisa melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar.
3.      Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life), tanpa perlu merumuskannya dan mengucapkannya dalam kata-kata. Orang dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan objek-objek lain di dunia. Ia tahu kedudukannya dalam masyarakat, ia paham bagaimana harusnya ia bertingkah laku dalam kedudukan tersebut dan ia berusaha mencari jalannya sendiri menuju sasaran yang ia tetapkan sendiri.
Ciri-ciri yang disebutkan Allport tersebut dimulai -- secara fisik-- tumbuh tanda-tanda seksual sekunder, seperti menyukaii lawan jenisnya,jatuh cinta dan memiliki idola. Usia-usia perubahan atau masa pancaroba/pubertas inilah menimbulkan permasalahan tersendiri dan unik yang dialami para remaja. Jika tidak dihadapi dan diarahkan baik oleh remaja tersebut maupun keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya tentunnya akan menimbulkan persoalan yang cukup rumit dan membingungkan. Imempengaruhi remaja tersebut. Perubahan-perubahan ini harus diarahkan dan diberikan pengertian yang benar agar perilaku remaja tersebut tidak menyimpang dan mampu menempatkan fungsi-fungsi reproduksinya sesuai dengan aturan kesehatan dan syariat (agama).


a.    Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan :
1.  Mulai menstruasi.
2.  Payudara dan pantat membesar.
3.  Indung telur membesar.
4.  Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
5.  Vagina mengeluarkan cairan.
6.  Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
7.  Tubuh bertambah tinggi.
Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki, mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab, yaitu :
1.   Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
2.   Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
3.   Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
4.   Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada kelompoknya.
Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif dari lingkungan barunya.
MENSTRUASI ATAU HAID.
Alat reproduksi wanita terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam dan luar. Bagian dalam memiliki fungsi sebagai berikut:
·       Bibir kemaluan (labia mayora), yaitu daerah yg berambut, berfungsi sebagai pelindung dan menjaga agar bagian dalam tetap lembab.
·       Bibir dalam kemaluan (labia minora), yaitu daerah yang tidak berambut dan memiliki jaringan serat sensorik yang luas yang sangat peka karena mengandung ujung syaraf.
·       Vagina, yaitu rongga penghubung antara alat reproduksi wanita bagian luar dan dalam.
Sementara itu alat reproduksi wanita bagian luar memiliki fungsi sebagai berikut:
·       Vagina bagian luar, yang merupakan jalan keluar bagi darah haid dan  jalan keluar ketika bayi lahir (sifatnya sangat lentur sehinggga bayi dapat keluar melalui vagina).
·       Leher rahim (cervix), yang merupakan penghubung antara vagina dan rahim.
·       Rahim (uterus), tempat dimana sel telur yang sudah dibuahi tumbuh dalam rahim selama kehamilan. Bila telur tidak dibuahi, maka sel telur menempel ke dinding rahim. Selanjutnya dinding rahim menebal lalu luruh dan mengalir keluar dalam bentuk darah. Inilah yang disebut haid (menstruasi).
·       Saluran telur (tuba falopii), yaitu dua saluran yang terletak sebelah kanana dan kiri rahim yang berfungsi sebagai penghubung rongga rahim dan indung telur.
·       Dua buah indung telur ( ovarium), berfungsi memproduksi sel telur dan hormon peremputan yaitu estrogen dan progesterone. Atas pengaruh hormon, sebanyak satu sampai dua sel telur masak setiap bulan , lalu dilepaskan ke dinding rahim. Dinding rahim ini akan menebal, yang sebetulnya berguna sebagai tempat sel telur bersarang setelah dibuahi.

Kematangan alat reproduksi wanita ditandai oleh terjadinya haid pertama, yaitu disebut menarche. Biasanya kita menyebut anak remaja wanita yang demikian sudah akil baligh, yang dimulai sekitar umur 8-12 tahun. Bila seorang wanita sudah mengalami menarche, itu artinya tubuhnya sudah menghasilkan sel telur yang bisa dibuahi sperma yang dihasilkan oleh tubuh laki-laki, dan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan.
Bila menstruasi baru mulai periodenya mungkin tidak teratur dan dapat terjadi sebulan dua kali menstruasi kemudian beberapa bulan tidak menstruasi lagi. Hal ini memakan waktu kira-kira 3 tahun sampai menstruasi mempunyai pola yang teratur dan akan berjalan terus secara teratur sampai usia 50 tahun. Bila seorang wanita berhenti menstruasi disebut menopause. Siklus menstruasi meliputi :
1.   Indung telur mengeluarkan telur (ovulasi) kurang lebih 14 hari sebelum menstruasi yang akan datang.
2.   Telur berada dalam saluran telur, selaput lendir rahim menebal.
3.   Telur berada dalam rahim, selaput lendir rahim menebal dan siap menerima hasil pembuahan.
4.   Bila tidak ada pembuahan, selaput rahim akan lepas dari dinding rahim dan terjadi perdarahan. Telur akan keluar dari rahim bersama darah.
Panjang siklus menstruasi berbeda-beda setiap perempuan. Ada yang 26 hari, 28 hari, 30 hari, atau bahkan ada yang 40 hari. Lama menstruasi pada umumnya 5 hari, namun kadang-kadang ada yang lebih cepat 2 hari atau bahkan sampai 5 hari. Jumlah seluruh darah yang dikeluarkan biasanya antara 30 – 80 ml. Selama masa haid, yang perlu diperhatikan adalah kebersihan daerah kewanitaan dengan mengganti pembalut sesering mungkin.

b. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :
1.  Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap.
2.  Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
3.  Tumbuh kumis.
4.  Mengalami mimpi basah.
5.  Tumbuh jakun.
6.  Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
7.  Penis dan buah zakar membesar.

MIMPI BASAH.
Ketika seseorang laki-laki memasuki masa pubertas, terjadi pematangan sperma didalam testis. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan melalui Vas Deferens kemudian berada dalam cairang mani yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Air mani yang telah mengandung sperma ini akan keluar yang disebut ejakulasi. Ejakulasi yang tanpa rangsangan yang nyata disebut mimpi basah. Masturbasi adalah memberikan rangsangan pada penis dengan gerakan tangan sendiri sehingga timbul ereksi yang disusul dengan ejakulasi, atau disebut juga onani.

2.3  KOMPONEN KESEHATAN REPRODUKSI
Ada 8 komponen yang termasuk dalam kesehatan reproduksi, yaitu: konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi, infertilitas, infeksi dan penyakit; pendidikan seksualitas dan jender; pencegahan, skrining dan pengobatan saluran reproduksi, PMS, termasuk HIV/AIDS dan masalah kebidanan lainnya; pemberian informasi yang benar sehingga secara sukarela memilih alat kontrasepsi yang ada; pencegahan dan pengobatan infertilitas; pelayanan aborsi aman; pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan pasca kelahiran; pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.

2.3.1   Berbahayakah jika kita tidak mengerti tentang kesehatan reproduksi
Secara garis besar dapat dikelompokkan golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi:
a.     Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil)
b.     Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb)
c.      Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb);
d.     Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb).
Pengaruh dari semua faktor diatas dapat dikurangi dengan strategi intervensi yang tepat guna, terfokus pada penerapan hak reproduksi wanita dan pria dengan dukungan disemua tingkat administrasi, sehingga dapat diintegrasikan kedalam berbagai program kesehatan, pendidikan, sosial dam pelayanan non kesehatan lainyang terkait dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan reproduksi. Beberapa gangguan reproduksi yang berhubungan dengan pekerjaan yaitu:
a.  Abortus.
     Penyebab : kerja berat, cytotoxic drug
b.  Premature
     Penyebab: ionizing radiation
c.   Lahir cacat
     Penyebab : menthyl mercuri, ionizing radiasi
d.  Kerusakan sperma
     Penyebab : dioxin, anesthetic gates
e.  Mandul
     Penyebab: timah hitam, cadmium, chlodecone, dibromochlopropane

2.4  PERILAKU YANG MENGABAIKAN KESEHATAN REPRODUKSI:
2.4.1   KEHAMILAN.
Merupakan akibat utama dari hubungan seksual. Kehamilan dapat terjadi bila dalam berhubungan seksual terjadi pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel sperma.
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya.Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda : Keguguran
Kabar  yang beredar dapat dipakai dengan aman oleh pasangan remaja. Pilihannya tergantung pada selera remaja yang bersangkutan. Bagi remaja yang belum menikah, kehamilan remaja dapat dicegah dengan cara menghindarkan terjadinya senggama. Itu berarti remaja harus mengisi waktunya dengan kegiatan-kegiatan positif yang akan menjadi bekal hidupnya di masa depan.
Kehamilan remaja merupakan kehamilan resiko tinggi. Karena itu remaja yang hamil harus memeriksakan kehamilan secara intensif. Dengan demikian diharapkan kelainan dan penyulit yang terjadi dapat segera diobati. Seorang wanita secara biologik sudah memasuki usia subur beberapa tahun sebelum mencapai usia subur atau beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan aman. Kurun waktu yang paling aman adalah antara 20-30 tahun. Setelah itu resiko terhadap ibu dan anak akan meningkat setiap tahun. Angka kematian anak dan ibu remaja 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian anak dan ibu yang berumur 20-30 tahun. Jelaslah bahwa kehamilan remaja merupakan kehamilan resiko tinggi.
Kehamilan di luar nikah dapat berakhir dengan perkawinan yang terpaksa, pengguguran kandungan atau pengungsian untuk sementara. Apapun yang dipilih mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan mental emosional remaja.
Kehamilan remaja juga memiliki dampak medik. Ada dua komplikasi utama yang dihadapi oleh seorang remaja yang hamil. Pertama adalah keracunan kehamilan yang ditandai dengan bengkak terutama di kaki dan tangan serta tekanan darah tinggi. Bila tidak mendapat pengobatan yang baik dan benar, maka keadaan ini dapat menimbulkan kejang-kejang yang pada gilirannya dapat membawa maut bagi ibu maupun bayinya. Yang kedua adalah ketidakseimbangan besarnya bayi dan ukuran panggul. Biasanya hal ini menyebabkan macetnya persalinan. Bila tidak diakhiri dengan operasi Caesar maka keadaan ini dapat menyebabkan kematian ibu maupun janinnya.
Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu remaja mengalami beberapa masalah antara lain perkembangan yang terhambat dan prematur atau berat badan lahir rendah. Biasanya penyebab utamanya adalah gizi ibu remaja yang buruk.
Pencegahan kehamilan relaja merupakan upaya pertama dan terbaik. Bagi remaja yang telah menikah, kehamilan remaja dapat dicegah dengan memakai kontrasepsi atau alat KB. Semua obat/alat Akhirnya diharapkan kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan baik dan selamat. Bagi remaja yang hamil di luar nikah ada 3 pilihan yang dapat diambil. Pertama, segera menikah. Dengan demikian maka secara hukum bayi yang dilahirkan mempunyai ibu dan ayah yang sah. Namun pernikahan semacam ini sering berakhir dengan perceraian. Kedua, meneruskan kehamilan tanpa menikah. Biasanya oleh keluarganya remaja ini diungsikan ke tempat lain sampai anaknya lahir. Setelah lahir anaknya diadopsi oleh keluarganya. Ketiga, melakukan pengguguran kandungan (abortus). Umumnya remaja yang hamil di luar nikah datang untuk abortus setelah kehamilannya besar karena kurang pengetahuan bahwa dirinya dalam kondisi hamil, takut akan diketahui dan dimarahi orang tua, takut dikucilkan oleh masyarakat sekitar dan dihantui oleh perasaan telah berbuat dosa hingga ia tidak berani mengungkapkannya pada orang lain. Tidak jarang karena kesulitan teknis (hamil sudah besar) maka permohonan abortus ditolak. Selanjutnya remaja akan pergi ke dukun. Abortus dilakukan oleh dukun dengan efek samping dan komplikasi yang membahayakan. Tidak jarang berakhir dengan kematian. Jelaslah bahwa bila terjadi kehamilan remaja di luar nikah maka apapun pilihan atau keputusan yang diambil merupakan pilihan dengan segala kelemahan dan resikonya. Tanda-tanda kehamilan :   
1.     Sering mual-mual, muntah dan pusing pada saat bangun tidur (morning sickness) atau sepanjang hari.
2.     Mengantuk, lemas, letih dan lesu.
3.     Amenorhea (tidak mengalami haid).
4.     Nafsu makan menurun, namun pada saat tertentu menghendaki makanan tertentu (nyidam).
5.     Dibuktikan melalui tes laboratorium yaitu HCG Test dan USG.
6.     Perubahan fisik seperti payudara membesar dan sering mengeras, daerah sekitar Aerola Mammae (sekitar puting) membesar

2.4.2   ABORSI
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita dan membahayakan Fisik dan Mental. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.


2.4.3   NARKOBA
 Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan/adiksi.
2.4.4   MEROKOK
Perempuan muda yang merokok menghadapi resiko serangan stroke dua-kali lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang bukan perokok, sementara perokok paling berat di antara mereka memiliki resiko sembilan kali lebih besar.

2.4.5   Hubungan Seksual

Dalam kehidupan nyata, masalah seksual dan penyakit lewat hubungan seksual dapat menjadikan hubungan intim anda renggang, menjatuhkan harga diri dan, dalam kasus AIDS, bahkan dapat mengambil nyawa anda. Paling tidak, masalah seksual dapat membuat anda merasa seolah-olah usia telah mengalahkan anda, mengisap kebugaran anda, dan mengubah anda menjadi kakek renta dan terkucil sendirian.
Setiap tahun, sekitar enam juta pria Amerika mendapatkan penyakit menular lewat hubungan seksual. Apabila tidak diobati, penyakit ini dapat menurunkan hasrat seksual, memicu artritis akut, beberapa penyakit kronis, memutus sistem saraf sentral dan membuat penderitanya kehilangan kewarasan.
Beberapa penyakit, misalnya hepatitis dan sifilis, dapat mengantar ke kematian. Tetapi, untunglah, banyak cara yang dapat ditempuh agar anda dapat mencegah timbulnya masalah-masalah seksual dan penyakit yang menular lewat hubungan seksual, kata para dokter. Bahkan, kalau anda mengalaminya, kebanyakan masalah seksual dan  penyakit seksual dapat diobati, sehingga anda dapat bebas lagi untuk menikmati hidup yang aktif dan memenuhi kebutuhan seksual yang sehat

2.5  Perlu atau tidakkah pemberian bekal pendidikan bagi remaja tentang menjaga kesehatan reproduksi remaja?
Makin banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja menjadi sangat penting. Permasalahan remaja yang disebutkan di atas berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi, dan seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat.
Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur bagi remaja akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku reproduksinya.
Kedua, akses layanan yang terbatas. Meski Puskesmas sebagai tempat Klinik Reproduksi Remaja (Klinik Peduli Remaja) sudah dicanangkan pemerintah, namun akses remaja terhadap tempat layanan tersebut sangatlah rendah. Beberapa data mengungkapkan bahwa setting ruangan, pola pelayanan, pola pakaian yang serba putih, terbatasnya jam buka, dan nilai-nilai normatif tenaga provider yang tidak gaul menjadi penyebab utama enggannya remaja datang ke tempat pelayanan tersebut. Akibatnya, layanan yang disediakan tidak mampu diakses oleh remaja dengan baik.
Sebab lainnya adalah terbatasnya jenis layanan. Puskesmas sebagai institusi yang menyediakan pelayanan dasar kesehatan di tingkat grass root, belum mampu memenuhi pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh remaja. Kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi, khususnya kepada anak perempuan, baik karena kasus perkosaan, maupun kehamilan yang tidak dikehendaki (hamil di luar nikah), menjadi hambatan tersendiri untuk dilakukan pelayanan.
Kasus kehamilan yang tidak dikehendaki ini merupakan kasus yang berakibat terjadinya diskriminasi dan merupakan pelanggaran atas hak-hak anak, paling tidak hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan Konvensi Hak Anak, sehingga harus ada perubahan cara pandang atas kasus ini dari muatan moral menjadi muatan empati, di mana hak-hak korban harus dilindungi dan diperjuangkan secara bersama-sama, bukan lagi menyalahkan korban dengan alasan-alasan yang tidak rasional, seperti menuduh korban sebagai pihak yang memicu terjadinya perbuatan tersebut dengan memakai pakaian-pakaian seksi dan sejenisnya.
Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan untuk generasi mendatang, maka dalam rangka menjamin pemenuhan hak seksual dan kesehatan reproduksi untuk remaja, maka ada beberapa upaya yang harus dilakukan secara terpadu dan lintas sektor.
Untuk itu, perlu dibangun komitmen bersama antarelemen, baik pemerintah maupun masyarakat, yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama dan penting.
Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan. Untuk itu, harus ada kesadaran bersama bahwa upaya yang dilakukan saat ini tidak serta merta tampak hasilnya, namun perlu waktu panjang untuk memetik hasilnya.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.
Untuk itu, di era otonomi daerah seperti sekarang ini, adalah momentum yang menguntungkan dan tepat untuk melahirkan kebijakan ini. Pemerintah bersama LSM dan masyarakat dapat menjadi inisiator lahirnya kebijakan ini menjadi perda atau sejenisnya. Kebijakan itu misalnya dengan memberikan keputusan bahwa seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta mempunyai kewajiban memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja mulai SD hingga SMU.
Dengan lahirnya kebijakan ini, maka sudah tidak ada alasan lagi bagi berbagai pihak yang menentang pemberian informasi kesehatan reproduksi dengan alasan-alasan yang tidak rasional.
Informasi ini memberikan makna kepada kita bahwa bila para stakeholder pendidikan, terutama Dinas Pendidikan dan Pemerintah Provinsi mempunyai komitmen yang kuat, maka dapat saja hal itu dilakukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberhasilan pendidikan bahasa Jawa tersebut. Oleh karena itu, diharapkan ada perlakukan yang sama untuk memberlakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai muatan lokal di seluruh jenjang pendidikan dari SD hingga SMU dengan jenjang pendidikan, kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja juga berbeda.
Dengan memberikan waktu khusus pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam sekolah, maka akan ada upaya-upaya sistematis dan terencana dalam pemberian informasi kepada anak didik, sehingga pada gilirannya mereka dapat mengetahui dan bertanggung jawab atas perilaku seksualnya di masa depan.
Sisi lainnya adalah memberikan benteng/pertahanan kepada remaja itu sendiri untuk secara tegas dapat bersikap atas maraknya informasi pornografi yang beredar di masyarakat, baik dalam bentuk tulisan, maupun elektronik. Upaya ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama para stakeholder dalam pendidikan yang berani berpikir secara kreatif dan inovatif dalam melahirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada remaja di Jawa Tengah.
Sudah saatnya diakhiri hal-hal yang kontraproduktif dan polemik yang mempertentangkan antara pendidikan kesehatan reproduksi dengan pornografi. Area pembatas kedua hal ini sudah sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kekhawatiran bahwa dengan informasi pendidikan kesehatan reproduksi para murid (anak didik) akan meniru juga berlebihan, karena di dalam informasi pendidikan kesehatan reproduksi remaja memang tidak ada sesuatu yang patut ditiru. Jadi sebenarnya tidak ada sesuatu yang patut dicurigai atau bahkan dikhawatirkan.
Upaya lainnya adalah memberikan porsi dan kesempatan yang seluas-luasnya pendidikan moral/agama kepada seluruh anak/ remaja, dengan memberikan informasi yang komprehensif bahaya dan akibat-akibat yang ditanggung remaja bila melakukan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Informasi kerugian fisik, mental dan spiritual harus dijelaskan secara seimbang dengan hal-hal yang terkait dengan moral /agama bila sampai terjadi perilaku seks yang tidak bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, mencegah terjadinya perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab jauh lebih baik dari pada harus menyelesaikannya bila hal tersebut sungguh-sungguh terjadi.












































BAB III
PENUTUP


3.1      KESIMPULAN

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman.
Ada 8 komponen yang termasuk dalam kesehatan reproduksi, yaitu: konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi, infertilitas, infeksi dan penyakit; pendidikan seksualitas dan jender; pencegahan, skrining dan pengobatan saluran reproduksi, PMS, termasuk HIV/AIDS dan masalah kebidanan lainnya; pemberian informasi yang benar sehingga secara sukarela memilih alat kontrasepsi yang ada; pencegahan dan pengobatan infertilitas; pelayanan aborsi aman; pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan pasca kelahiran; pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.
Dengan memberikan waktu khusus pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam sekolah, maka akan ada upaya-upaya sistematis dan terencana dalam pemberian informasi kepada anak didik, sehingga pada gilirannya mereka dapat mengetahui dan bertanggung jawab atas perilaku seksualnya di masa depan.

3.2 SARAN

Bagi masyarakat yang mengetahui dan memahami tentang pentingnya kita menjaga kesehatan reproduksi diharapkan ikut berpartisipasi dalam penanggulangan bahaya-bahaya yang bisa ditimbulkan akibat kurang memperhatikannya kesehatan reproduksi terutama bagi   kalngan remaja,sehingga dampak yang ditimbulkan dapat teratasi atau dapat dihindari.



Tidak ada komentar: