Konon dampaknya Generasi Z akan
benar-benar dirasakan sekitar tahun 2020, ketika mereka berusia sekitar
25 tahunan, saat memasuki dunia kerja. Mereka diyakini akan sangat
tergantung kepada perangkat digital untuk hampir seluruh aktivitasnya.
Bagi Generasi Z, kecepatan (speed) adalah kunci keberhasilannya, sejalan
dengan kegemaran mereka terhadap yang serba instan. Siapa yang paling
cepat memperoleh informasi, memasuki pasar, akan memenangi pertarungan.
Ironinya, kecepatan itulah yang dapat membuat mereka terisolasi dari
alam nyata, seolah pohon yang tercerabut akarnya, terlepas dari tanah.
Maka para orang tua masa kini memliki tantangan baru, yaitu bagaimana
untuk menyikapi anak-anak generasi Z dengan bijak. Orang tua selain
harus menjaga komunikasi dua arah dengan sang anak, kini juga harus bisa
menjelaskan kepada si anak bahwa proses itu merupakan aspek penting,
jangan dilupakan. Bahkan konsep dasar bekerjanya sebuah komputer modern
sekalipun adalah INPUT – PROSES – OUTPUT.
Era digital juga membuat Generasi Z kurang trampil dalam berkomunikasi verbal. Mereka terbiasa berkomunikasi dengan gadget elektronik, apakah melakukan chatting via messenger atau SMS. Saya pernah memergoki dua kakak beradik tengah berkomunikasi via chatting,
padahal mereka berada di satu ruangan, malah duduk berdekatan. Ini sih
kebangetan pikir saya, karena mereka kan bisa saja berkomunikasi secara
langsung. Jadi jangan heran kalau ada yang menamakan generasi ini dengan
istilah silent generation.
Kelemahan generasi Z adalah sebagian dari
meraka tidak mau paham dengan sebuah proses yang detail yang penting
cepat selesai dalam artian sebagian dari mereka tidak begitu memetingkan
sebuah proses pembelajaran namun dengan instan mereka bisa belajar
dengan cepat. Itulah dampak dari dunia digital yang serba instan dan
global.
Generasi Z alias generasi digital, adalah
kalangan yang paling banyak menggunakan perangkat teknologi sebelum
berangkat tidur. Generasi Z juga tercatat paling banyak melakukan
aktivitas berkirim pesan teks pada ponsel sebelum tidur, yaitu 56%, lalu
Generasi Y 42%, Generasi X 15%. Baby Boomers adalah kalangan yang
paling sedikit melakukan aktivitas ini, hanya 5% saja. Siapa yang
terbangun dari tidurnya karena terganggu oleh dering ponsel (SMS, email,
telepon, pesan instan, dsb) di malam hari selama beberapa kali dalam
seminggu? Ternyata Generasi Y ada 20%, dan Generasi Z sebesar 18%. Jika
melihat angka-angka di atas, ternyata semakin muda usia seseorang,
semakin besar pula ketergantungannya pada perangkat teknologi.
Untuk menyikapi dan mengarahkan generasi Z
di Indonesia, pihak pemerintah telah menyusun strategi dan skenario
besar agar generasi Indonesia mada datang tidak salah arah dan dapat
membangun generasi Z Indonesia yang memiliki karakter kepribadian yang
baik dan benar. Maka dari itu para pendidik diarahkan untuh menyusun
proses pembelajaran yang efektif dan menyenangjan untuk para generasi Z
tersebut.
Secara prinsip, kegiatan pembelajaran
merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin
lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta
berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi
peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.
Untuk mencapai kualitas yang telah
dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu
menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2)
mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika,
logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Di dalam pembelajaran, peserta didik
difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi dirinya
menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta
didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka
mengembangkan potensi yang dimiliki mereka menjadi kompetensi yang
ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih. Pengalaman belajar
tersebut semakin lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar
mandiri dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat,
yang tadinya diberi tahu menjadi aktif mencari tahu.
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus
proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses
pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses
pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan
berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan
sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa
kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut
peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan
mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis.
Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan
langsung atau yang disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.
Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP (berdasarkan Permendikbud 81A lampiran IV)
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut.
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut.
- RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.
- RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
- Mendorong partisipasi aktif peserta didik
- Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.
- Mengembangkan budaya membaca dan menulis
- Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
- Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
- RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik.
- Keterkaitan dan keterpaduan.
- RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.
- Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (Inilah yang mendukung untuk mengarahkan generasi Z dalam dunia digitalnya)
- RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. (Inilah yang mendukung untuk mengarahkan generasi Z dalam dunia digitalnya)
Untuk lebih jelasnya saya sediakan contoh RPP beberapa mata pelajaran SMA, format RPP di bawah ini berlaku juga untuk semua jenjang dan mapel-mapel lainnya. Semoga bermanfaat.
Bahasa dan Sastra Indonesia
Bahasa Inggris
PAI dan Budipekerti
PPKn
Matematika Sejarah
Penjasorkes
Seni Budaya
Kimia
Fisika
Biologi
Ekonomi
Sosiologi
Geografi
Bahasa Jepang
Antropologi
Prakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar